. Silau. Naviza mengerjap tiga kali dengan cepat. Matanya buram, kepala belakangnya pening dan telinganya mendengung samar. Ada sesuatu yang kental dan basah terasa basah di lubang hidungnya, lalu mengalir ke bibir atasnya dan asin. Kedua tangannya terasa ketat di belakang punggung. Lututnya menekan lantai keras yang kasar dan sepasangan tangan mencengkram bahunya dengan sebuah tekanan kuat untuk memastikan dia tak bisa bangkit. Naviza menoleh dengan setengah mendongak ke atas. Seorang pria tambun dengan seragam yang sangat ia kenal, sedang menjaganya. Pria itu mendelik lebar padanya dengan wajah seram. “Jadi kau yang bernama Naviza?” Suara menggelegar lain datang dari arah depan. Naviza kembali meluruskan wajahnya dengan tatapan tanya pada pria lain yang duduk sejauh dua m