. Tinju Naviza mengepal keras, kemudian melayang menyasar wajah Angkasa tapi dihentikan dengan sempurna. Tinjuan itu bersarang ke telapak lebar Angkasa yang mencengkram tangan Naviza kokoh. Dari pembicaraa dua orang itu, Raka dan Naya memikirkan kemungkinan yang sama. Saling tatap mereka menyetujui satu kesimpulan. Dia adalah musuh. “Kau datang untuk balas dendam?” tanya Angkasa lagi, masih dengan nada dan ekspresi yang sama. Dia belum melepaskan tinju Naviza. Tatapan mereka jadi sangat dekat. Naviza berusaha mencabut tangannya, tapi genggaman Angkasa terlampau kuat. “Mau kuberi saran?” bisik Angkasa mendekat ke samping Naviza. Naviza menyimak dengan gusar dan terpaksa karena tangannya terkunci. “Pergi dari sini sekarang, atau kau dihukum mengg