. “Kalau kau tak bisa menangkap mereka lagi, lebih baik serahkan urusan Benang Merah kepadaku!” bentak Ralin lantang kepada Ugo di ruangannya. “Kau tak punya wewenang lagi, Ralin. Kau lupa sudah didemosi ke provinsi Selatan?” bantah Ugo tinggi hati. Sumpah serapah yang sudah sampai diubun-ubun dan hampir tergelincir keluar, harus ia telan bulat-bulat. Ralin mengatupkan bibirnya dengan rahang mengeras. Napas ditarik kuat dengan serakah, tertahan di pangkal tenggorokan seakan enggan menyusup ke paru-parunya. Dadanya sesak, sempit mendadak dan menjadi panas drastis. Ugo kembali mengingatkannya dimana tempat dirinya sekarang. Bukan lagi di markas pusat dengan kewenangan penuh seisi negeri, tapi hanya satu sekup kecil provinsi selatan. Satu fakta yang sekaligus menegaskan bahwa