When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
. Naviza berhasil mencapai dinding luar. Satu titik yang sama tempat ia masuk ke markas ini. Titik yang sama juga dengan lokasi Angkasa mencegatnya pergi. Dia bersembunyi di tikungan tajam dan berhasil mengelabui para pengejarnya. Napasnya berlarian dalam diam. Keringatnya peluh bercampur dengan darah yang terus merembes dari sayatan dangkal cambukan. Pakaiannya sobek di bagian lengan dan perutnya. Sobekan-sobekan halus yang membiarkan kulitnya yang terluka terekspos. Luka-luka ini tak ada artinya jika dibanding dengan kehilangan jari-jari untuk selamanya. Tidak, sama sekali tak bisa dibandingkan. Kedua luka itu sama-sama menyakitkan. Tempat itu sepi dengan cepat, satu hal yang tak ia sangka. Naviza segera berlari ke dinding luar lalu melompat zig zag ke atas dan keluar dari markas. Dia