Bab 10

1372 Words
Daniel nampak fokus menyetir mobil dengan kecepataan sedang dimana ada Zevanya yang duduk di kursi oenumpang bagian belakang serta Karlina yang duduk di kursi sampingnya. Mereka saat ini sednag dalam perjalanan menuju hotel kembali setelah pertemuan bersama dengan perwakilan Andaran Corps. Sepanjang perjalanan Zevanya beberapa kali tertangkap oleh Daniel sedang memperhatikan dirinya. “Sebenarnya apa yang membuat anda terus melihat ke arah saya Nona Agatha?” Tanya Daniel. Zevanya tentu saja sedikit terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Daniel. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela mobil. “Siapa juga yang merhatiin kamu, nggak usah geer,” ujar Zevanya mengelak. Daniel hanya memberikan gelengan sambil tersenyum tipis mendengar jawaban dari wanita yang duduk dibelakangnya itu. “Kalau boleh tahu, kamu lulusan apa?” tanya Zevanya tiba-tiba. Daniel mengerutkan alisnya, nampak sedikit bingung dengan pertanyaan wanita tersebut. ‘’Saya hanya lulusan SMA Nona Agatha, tapi saya mendapatkan sabuk hitam saat baru lulus SMP, karena itu saya memutuskan untuk menjadi seorang pengawal,” jelas Daniel. Zevanya tertawa sinis. “Ternyata hanya lulusan SMA,” ujarnya meremehkan. Daniel tentu saja mendengar apa yang dikatakan oleh Zevanya. “Apa anda saat ini sedang meremehkan pendidikan saya?” tanya daniel. “Kenapa? Kamu nggak terima kalau saya meremehkan pendidikan kamu. Orang miskin seperti kalian bukannya memang wajar hanya lulusan SMA saja, bahkan ada yang lebih bodoh dengan hanya lulusan SMP. Sudah seharusnya kalian semua hanya akan berakhir menjadi pengawal ataupun pembantu, yang pasti adalah seorang babu,” jawabnya. Daniel sama sekali tidak terpancing emosi mendengar perkataan Zevanya yang begitu menghina dirinya saat ini. “Ternyata selain memiliki tempramen yang buruk, anda juga sulit menghargai orang lain.” Bukannya tersinggung dengan perkataan Daniel, Zevanya malah tertawa mendengarnya. “Menghargai orang lain? Manusia yang punya hal itu malah akhirnya akan jadi manusia yang lemah dan bodoh. Asal kamu tahu, jika tidak ingin dijahati oleh orang lain, kita harus jadi lebih jahat dari orang lain,” ujar Zevanya dengan nada tegas. Karlina yang duduk di dalam mobil bersama Daniel dan Zevanya mulai merasa tidak nyaman saat ini. Ia tentu saja bisa merasakan aura permusuhan yang begitu besar dari dua orang di dalam mobil yang sama dengannya saat ini. Karlina menghembuskan nafas lega saat mobil yang dikendarai oleh Daniel akhirnya masuk ke area Gadi’s Hotel dan berhenti di depan lobby, ia akhirnya tidak perlu lagi merasakan suasana mencengkam di dalam mobil terlalu lama. Dengan terburu-buru Karlina bergerak keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Zevanya. Setelah Zevanya keluar, mobil yang dikendarai oleh Daniel langsung bergerak menuju ke area basement hotel. “Nggak usah ngelihat ke arah orang yang nggak penting itu Karlina,” ujar Zevanya memperingatkan sekretaris itu, karena wanita itu saat ini sedang memperhatikan mobil yang baru mereka naiki berjalan masuk ke dalam basement. “Maaf Bu,” jawab Karlina. Ia kemudian segera mengikuti langkah Zevanya memasuki hotel. Begitu dua wanita itu masuk ke dalam hotel menuju arah lift, keduanya berpapasan dengan dua orang pegawai hotel yang sedang mengobrol dan tidak menyadari kedatangan Zevanya dan karlina. “Jadi pria bernama Daniel itu bukan bodyguard biasa?” Tanya salah satu pegawai wanita pada temannya. “Bukan. Menurut desas desus, pria bernama Daniel itu dipekerjakan oleh Direktur untuk mengawasi Ibu Zevanya agar nggak melakukan hal-hal diluar keinginan Direktur,” jelas pegawai lainnya. “Berarti Direktur masih meragukan Bu Zevanya ya. Udah fiks banget nih, yang bakal terpilih jadi pewaris pasti Refo adiknya.” “Bagus dong. Kalau Bu Zevanya yang mimpin Gadi’s Group, yang ada semua pegawai bakal dipecat satu-satu sama dia.” "Setuju. orang dengan tempramen seperti dia emang nggak cocok jadi bos." “Apa kalian memang tidak ada pekerjaan sama sekali di hotel sampai punya waktu untuk bergosip tidak jelas seperti ini.” Suara tajam Zevanya tentu saja mengagetkan dua orang pegawai wanita yang sedang mengobrol tersebut. Mereka langsung membalikkan badan dan menunduk takut saat menemukan Zevanya yang sedang berjalan mendekati keduanya dengan Karlina yang mengikuti dari belakang. “B…B…Bu Zevanya,” ujar kedua pegawai terbata-bata. Keringat dingin mulai membanjiri wajah mereka karena rasa gugup dan takut saat mengetahui bahwa atasan mereka mendengar pembicaraan mereka tadi. “Kenapa sekarang diam saja, bukannya tadi kalian begitu bersemangat menceritakan kejelekan saya?” Tanya Zevanya. Kedua pegawai wanita itu langsung berlutut di hadapan Zevanya dengan wajah penuh ketakutan. “Maaf kan kami Bu Zevanya,” ujar salah satu pegawai. “Maafkan kami Bu, kami tidak bermaksud menjelekkan Ibu,” ujar pegawai yang lainnya ikut meminta maaf seperti temannya. Zevanya tertawa sinis mendengar ucapan maaf dari kedua pegawai yang tadi berani membicarakan namanya. Setelah ketahuan ia mendengar pembicaraan mereka barulah penyesalan itu muncul. “Kalau saya nggak mendengar pembicaraan kalian, pasti kalian akan tetap menjadi pegawai munafik yang menjelekkan atasan kalian,” ujar Zevanya menatap tajam penuh permusuhan pada dua wanita yang berlutut di hadapannya saat ini dengan airmata yang sudah mengalir deras membasahi pipi mereka. Zevanya melirik ke arah karlina. “Saya sama sekali nggak mau ngelihat dua perempuan ini masih ada di hotel ini mulai besok, selain itu simpan data mereka dan pastikan tidak ada satu hotel pun di Indonesia yang akan menerima mereka untuk bekerja,” perintah Zevanya pada Karlina. Kedua wanita tersebut tentu saja langsung panik mendengar kalimat perintah yang dilontarkan Zevanya pada Karlina. Keduanya langsung bergerak mendekati kaki Zevanya dan memegangnya dengan erat. “Bu zevanya, saya mohon jangan pecat saya. Saya tulang punggung keluarga dan adik-adik saya masih sekolah,” mohon salah satu pegawai tersebut. “Bu Zevanya, saya juga seorang Ibu tunggal yang anaknya masih sangat kecil. Jika saya tidak bekerja, mau makan apa anak saya,” ujar pegawai yang satunya ikut memohon pada Zevanya. Zevanya sama sekali tidak menunjukkan wajah kasihan pada dua wanita yang sedang memegang kakinya dan tengah memohon saat ini. “Sudah tahu hidup susah tapi malah senang bergosip dan membicarakan orang lain. Bahkan orang itu adalah atasan kalian yang memberikan kalian makan,” sindir Zevanya. Ia kemudian menunduk dan menatap penuh intimidasi pada dua wanita di bawah kakinya ini. “Sayangnya saya bukan Tuhan, jadi tidak ada pengampunan untuk kalian berdua.” Setelah mengatakan kalimat itu, Zevanya segera menggerakkan kakinya mendorong tangan dua wanita itu. Gerakan Zevanya yang terlalu kuat tentu saja mendorong dua wanita itu hingga terduduk di lantai. “Nona Agatha,” teriak Daniel sambil berjalan dengan wajah marah mendekati Zevanya. Ia segera membantu dua pegawai tadi untuk berdiri baru kembali menatap Zevanya dengan tatapan marah. “Anda ini benar-benar nggak punya hati. Apa itu cara memperlakukan sesama manusia? Bagaimana bisa anda dengan tega menendang dua pegawai anda?” Zevanya tentu saja tidak terima mendengar pertanyaan Daniel yang seakan memojokkan dan menyalahkan dirinya. “Kalau kamu nggak tahu permasalahannya lebih baik kamu diam,” jawab Zevanya penuh penekanan sambil membalas tatapan tajam Daniel. “Apapun kesalahan yang sudah dilakukan mereka berdua, anda tidak seharusnya begitu kasar sampai menendang mereka. Kelakuan anda benar-benar menunjukkan bahwa anda itu memang wanita yang tidak punya hati.” Zevanya tersenyum sinis sambil memberikan anggukan pada Daniel. “Iya, saya memang wanita yang tidak punya hati, lalu apa masalah kamu?” Tanya Zevanya menantang Daniel. “Sekali lagi saya katakan Bapak Daniel yang terhormat, tugas kamu itu cuma mengawasi apapun yang saya lakukan dan laporkan pada Papa saya. Selain dari itu semua, jangan pernah mencampuri urusan saya,” ujar Zevanya penuh peringatan. Zevanya kemudian melirik ke arah Karlina yang berdiri di belakangnya. “Ayo Karlina,” ajaknya. Setelah itu ia berjalan masuk ke dalam lift bersama Karlina yang mengikutinya dari belakang. Daniel hanya terdiam menatap tajam pada Zevanya hingga wanita itu menghilang setelah pintu lift tertutup. Dua pegawai yang dipecat Zevanya sudah pergi dari tempat tersebut, namun Daniel masih berdiri diam di sana dengan tatapannya yang masih lurus menatap ke arah pintu lift. Ia kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Setelah menemukan kontak yang ingin ia hubungi, ia segera menempelkan benda pipih tersebut di telinganya. “Cari tahu tentang perencana dari Gadi’s Hotel atau proyek apapun yang sedang mereka jalankan. Setelah berhasil kamu temukan, gunakan cara apapun untuk menggagalkan proyek tersebut.” Daniel langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari orang yang ia telepon tadi. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dengan pandangan yang masih tetap lurus menatap pintu lift. Ternyata kamu sudah sama iblisnya dengan Papa kamu Zevanya Agatha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD