Prolog
Seorang anak laki-laki berusia kisaran sepuluh tahun terlihat berlari kecil menuruni tangga rumahnya. Ia tengah merasa begitu bahagia karena hari ini akan pergi berlibur dan piknik bersama kedua orangtuanya setelah sekian lama. Sampai di lantai dua ia berjalan menuju dapur dimana Mamanya tengah menyiapkan bekal untuk piknik keluarga mereka.
“Mama,” panggil bocah laki-laki itu sambil berlari dan langsung memeluk wanita yang berada di dapur tersebut.
Wanita yang dipeluk bocah laki-laki tersebut tertawa senang dan membalas pelukan tersebut. “Anak Mama udah ganteng banget nih. Udah siap kan pergi pikniknya?” Tanya wanita itu.
Bocah tersebut memberikan anggukan dengan penuh semangat sebagai jawaban atas pertanyaan Mamanya tersebut. “Alviano udah siap Ma. Kita berangkat kapan Ma?” tanya bocah itu.
“Coba kamu tanyain ke Papa sana, dia lagi di ruang kerja tuh,” ujar Mamanya.
Bocah bernama Alviano tersebut segera memberikan anggukan kemudian berbalik dan berlari menuju ruang kerja Papanya. Sampai di depan pintu ruang kerja Papanya yang tidak tertutup sempurna, ia menghentikan langkahnya saat mendengar suara keras Papanya yang seperti tengah membentak seseorang.
Bocah laki-laki tersebut bergerak pelan untuk mengintip ke dalam ruang kerja Papanya. Di dalam ruangan tersebut Papanya terlihat seperti tengah memegang sebuah ponsel yang menempel di telinganya, menandakan bahwa ia sedang berbicara dengan seseorang dari sebrang telepon tersebut.
“Saya sama sekali nggak peduli dengan resiko yang akan saya hadapi. Endiwarma Gadi sudah melakukan sebuah kejahatan jadi dia pantas menerima hukuman atas kejahatannya itu. Saya akan tetap melaporkan kejahatan dia apapun resikonya,” ujar pria tersebut dengan suara keras.
Bocah laki-laki yang tengah mengintip nampak ketakutan mendengar nada bicara Papanya yang begitu keras berbicara dengan seseorang di balik telepon tersebut.
“Papa,” panggil bocah tersebut dengan nada pelan dan wajah memelas menatap Papanya setelah dia berdiri di depan pintu.
Melihat kedatangan putranya membuat pria yang berada di dalam ruangan tersebut terkejut.
“Kita bicarakan lagi nanti,” ucap pria tersebut pada orang yang tengah berbicara dengannya. Ia kemudian segera memutuskan sambungan telepon dan berjalan ke arah Putranya.
“Sayang, kamu udah siap?” Tanya pria tersebut sambil menatap lembut putranya.
“Papa marah sama siapa?” Tanya bocah tersebut.
“Bukan siapa-siapa sayang. Ayok, kita berangkat piknik yuk,” ajak Papanya.
Mendengar kata piknik membuat bocah tersebut melupakan kemarahan Papanya tadi dan kembali tersenyum senang. Ia segera memberikan anggukan semangat dan langsung meraih tangan Papanya untuk di genggam erat.
“Ayo pa, Mama udah nungguin kita,” ajak bocah tersebut.
Kedua pria berbeda usia itu segera berjalan menuju ke arah dapur dimana wanita yang menyuruh bocah tersebut tengah menunggu mereka saat ini. Setelah menyelesaikan semua persiapan, keluarga tersebut segera masuk ke dalam mobil untuk berangkat ke tempat liburan mereka.
Sepanjang perjalanan keluarga tersebut tidak berhenti mengobrol dan bercerita banyak hal. Bocah tersebut tidak berhenti mengoceh tentang kegiatannya di sekolah dan kedua orangtuanya menanggapi ceritanya dengan begitu antusias.
Di tengah perjalanan mereka mulai merasa kecepatan mobil mereka semakin melaju kencang. Pria yang mengemudikan mobilnya nampak mulai panik saat menyadari bahwa rem mobil mereka tidak berfungsi saat ini.
“Mas, ada apa ini?” Tanya istrinya panik.
“Nggak tahu sayang, kayanya rem mobil blong.”
Perkataan suaminya membuat wanita itu nampak begitu panik. Ia segera berbalik ke belakang untuk melihat kondisi putranya. “Alviano, pegangan yang erat sayang,” perintahnya.
Bocah tersebut memberikan anggukan pada Mamanya dan segera meraih bagian manapun di mobil yang bisa ia gunakan sebagai pegangan saat ini. Ia tentu saja menyadari bahwa ada yang salah dengan mobil yang mereka tumpangi saat ini.
Kejadian terjadi begitu cepat, tanpa diduga mobil yang sudah mengalami rem blong itu tiba-tiba bertemu dengan sebuah truk saat ada belokan. Tabrakan akhirnya tidak bisa terhindari, dan kecelakaan yang menghancurkan mobil tersebut dan membuat dua orang dewasa yang duduk di bagian depan mobil langsung tewas di tempat.
Bocah laki-laki yang duduk di bangku belakang masih dalam keadaan sadar walau ia juga terluka parah. Matanya menatap ke arah kedua orang tuanya yang sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh yang berlumuran dar*h saat ini.
“Papa, Mama,” panggil bocah itu sambil terisak melihat kondisi orangtuanya yang nampak begitu mengenaskan.
*****
Seorang pria tampan terlihat duduk bersandar di sebuah kursi besar yang berada di belakang meja kerjanya. Ia terlihat memejamkan mata namun alisnya nampak berkerut menandakan bahwa ia tidak tenang dalam tidurnya saat ini.
Pria itu tiba-tiba membuka matanya mendadak dengan keringat dingin yang mulai bercucuran membasahi wajahnya saat ini. Ia sama sekali tidak menduga bahwa ketiduran karena kelelahan bekerja membuatnya kembali terserang mimpi buruk dari kenangan masa lalu yang selalu menghantuinya itu.
“Papa, Mama,” gumam pria tersebut kembali mengingat kedua orangtuaku yang begitu dirindukannya selama dua puluh tahun ini. Ia mencengkram kuat tangannya dengan raut wajah yang menunjukkan kemarahan setiap kali kenangan tentang orangtuanya kembali teringat dalam benaknya.
Pintu di dalam ruangan tersebut tiba-tiba terbuka dan muncul seorang pria yang mengenakan jas lengkap berjalan masuk ke dalam ruangan dan mendekati meja.
“Tuan Alviano, sudah ada kabar dari orang suruhan kita,” ujar pria yang baru masuk ke dalam ruangan tersebut sambil menunduk hormat pada pria yang duduk di kursi saat ini.
“Kabar apa?” Tanya pria yang bernama Alviano tersebut.
“Endiwarma sedang membutuhkan seseorang untuk bekerja padanya,” ujar pria tersebut untuk menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
Pria bernama Alviano itu tersenyum sinis mendengar laporan yang dikatakan sekretarisnya itu. “Bagus. Siapkan semua yang diperlukan, aku sendiri yang akan mendekati pria brengs*k itu dan membuat pria tua itu membayar kesalahan yang sudah dia lakukan. Jika dia sudah begitu kejam mengambil orangtuaku, maka aku akan membalasnya dengan mengambil putrinya dan juga seluruh kekayaan yang ia miliki lalu menghancurkan hidupnya,” ujarnya penuh tekad. “Persiapkan semuanya,” lanjutnya.
“Baik Tuan.”