Mikaela dan Willy pun selesai berbincang. Dan mereka pun berpisah, maksudnya Mikaela pulang bersama Marcel. Mikaela merasa perbincangannya dengan Willy semakin menambah kepercayaan dirinya untuk menjalankan harinya untuk kedepan.
‘Intinya jangan pesimis dan mulai saja. Apapun akhirnya, biar waktu yang menjawab’, Mikaela bertekad dalam hati agar dia tidak bersedih lagi. Dia tidak akan ambil pusing tentang Marcel. Dia hanya perlu menjalankan apa yang seharusnya.
Sepulangnya Mikaela dan Marcel, Willy masih diam di mobilnya sambil merenungkan sesuatu. Sebenarnya, Willy yang hangat dan baik hati tidak seperti apa yang terlihat. Willy adalah orang yang paling pandai menyembunyikan perasaannya dan menebak ekspresi seseorang. Sejujurnya, perkataan yang diucapkannya kepada Mikaela tadi bukan dari hatinya. Tapi itulah yang harus dia katakan. Dia hanya tidak ingin wanita yang dicintainya itu sedih mengetahui kesedihannya karena cintanya harus bersama orang lain.
“Cassie, aku akan menjaga kebahagiaanmu dari jauh. Maafkan aku yang datang terlambat dan tidak bisa membahagiakanmu secara langsung”, gumam Willy pada dirinya sendiri. Willy pun pulang ke apartementnya di Podomoro City. Pria itu kemudian duduk dimenja kerjanya sambil membuka sebuah album. Dia tersenyum kala melihat fotonya bersama Mikaela di dalam album tersebut.
“Aku memang benci kata seandainya. Tapi, tidak ada orang yang tidak pernah berandai-andai”, katanya lagi sambil terus membalik-balikkan album itu. Dia benar-benar bahagia bahkan hanya melihat senyuman Mikaela yang mereka abadikan lewat foto. Tatapannya berhenti disebuah foto mereka di hari Valentine. Entah kenapa, dia kembali memutar memori mengenai hari itu.
Flashback
“Happy Valentine Day, dear”, Willy mengucapkan hari Valentine kepada kekasihnya sambil mengecup pipi Mikaela. Diapun memberikan sebuah cake berbentuk love yang dia buat sendiri untuk Mikaela.
“Thank you honey.You too! You’re sooo sweet!! Ini kelihatan lezat. Boleh aku cicip?”, Mikaela membalas ucapan Willy dengan berterima kasih. Dia juga kagum dengan cake chocolate buatan kekasihnya itu.
“Of course! But…”, Willy memperbolehkannya tapi sepertinya ada syaratnya. Mikaela mulai menatap pria itu karena mengerti maksud terselubung kekasihnya itu. Mereka pacaran hampir 2 tahun dan tentu saja setiap kalu berkata ‘tapi’, Willy menginginkan sesuatu.
“What?”, tanya Mikaela berhati-hati.
“I wanna a special gift”, bisik Willy membuat Mikaela tercengang. Sejujurnya, Mikaela agak sibuk mempersiapkan skripsinya untuk sidang, jadinya dia sebenarnya gak teringat soal hari Valentine. Dan soal hadiah, tentu saja dia lupa karena Willy tiba-tiba memberi kejutan.
“Special hmm?”, Mikaela mulai menyipitkan matanya sambil menatap Willy. Lalu, Mikaela terpikir akan satu hal. Dia menarik Willy lalu mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu.
‘CUP!’
Gadis itu mencium bibir sang pria dengan tiba-tiba. Jujur, Willy terkejut dan terdiam. Ini pertama kali jelas untuknya. Jantung pria itu berdegup kencang tak karuan lalu pipinya memerah.
‘Ini terlalu tiba-tiba’, pikir Willy sambil memegang bibirnya sendiri.
“Eumm… ini juga pertama kalinya untukku. Ta-tapi aku memberikan first kissku karena aku yakin kamu pantas mendapatkannya”, ucap Mikaela malu-malu sambil menunduk.
“Thank you for your special gift. Silakan cicipi cakenya”, Willy menyuapi Mikaela cake itu. Lalu setelah Mikaela puas dengan cakenya, Willy memberikan sebuah kalung dengan inisial nama depan Mikaela ‘M’. Mikaela melihat kalung itu dan tersenyum bahagia karena senang akan perhatian Willy dan juga untuk kalung yang benar-benar indah.
“Boleh aku pasang?”, tanya Willy dibalas anggukan oleh Mikaela. Willypun memasangkan kalung itu dan Mikaela menyibakkan rambutnya dari lehernya. Setelah menautkan kalung itu Willy mengecup leher belakang Mikaela. Gadis itu agak terkejut tapi dia tetap diam membiarkan Willy.
“ I love you! I really love you, Cassie. What should I do if you’re not mine?”, bisik Willy dari belakang sambil memeluk pinggang Mikaela.
“Make me yours, Wil”, balas Mikaela sambil berbalik dan membalas tatapan Willy. Mikaela bukan anak kecil yang tidak tahu apa yang dia katakan. Dia sudah siap jika hal ini berlanjut lebih jauh.
“I will! Aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya saat kau memang sudah menjadi milikku. Aku ingin membuat dunia tahu bahwa kamu adalah milikku dulu barulah aku membuatmu menjadi milikku seutuhnya. Aku akan menikahimu dulu, Cassie”, balas Willy membuat Mikaela tersenyum manis.
“Kalau begitu, kau akan menanggung resiko cukup besar untuk kehilangan diriku”, ucap Mikaela membuat Willy sedikit terkejut. Wajah mereka cukup dekat, dan tentu saja dia bisa langsung melihat ekspresi Willy.
“Kalau kita memang tidak ditakdirkan bersama, apapun yang kita lakukan tidak akan menyatukan kita. Aku tidak mau mengambil apa yang bukan hakku. Saat ini, hanya hatimu yang menjadi milikku. Aku belum punya hak sepenuhnya atasmu”, kata Willy membuat Mikaela tersenyum bahagia. Dia sangat bahagia karena Willy adalah pria terbaik dan punya keteguhan yang luar biasa.
“Aku gak masalah sih”, kata Mikaela lagi tapi Willy menggeleng.
“Itu masalah besar! Bukannya aku akan merendahkanmu karena dengan mudahnya menyerahkan segalanya, tetapi itu akan menyalahi prinsipku dan standar moral yang aku pertahankan selama ini. Bagiku, yang menjadi milikku adalah hakku, tapi jika belum, tentu aku akan memperjuangkannya sampai kau jadi milikku. Dengan cara yang seharusnya, bukan dengan cara rendah seperti itu”, jelas Willy benar-benar menegaskan prinsipnya.
“Thanks, Wil! Inilah alasan aku mencintai kamu! Kamu bukannya berpikir untuk mengklaim diriku seperti yang biasa dilakukan orang, tetapi kamu berusaha menjagaku sampai tiba saatnya aku menjadi milikmu sepenuhnya. Oh iya! Kita foto yuk! Momen ini harus kita ingat selamanya!”, ucap Mikaela dan diangguki Willy. Willypun mengambil camera DSLR dan mengatur timernya 10 detik. Saat detik-detik terakhir, Mikaela malah mengecup pipi Willy dan terjepretlah foto yang natural ketika sang gadis mencium kekasihnya itu.
“Kamu ini”, kesal Willy tapi senang saat melihat hasil foto itu.
“Kenapa? Senang banget ya?”, tanya Mikaela iseng sambil tersenyum bahagia. Melihat Mikaela, Willy tidak tahan untuk memeluknya erat.
“I love you!”, sekali lagi Willy menegaskan perasaannya pada hari itu.
End Of Flashback
“I miss that moment”, Willy bergumam lagi merindukan momen manisnya dengan Mikaela. Dia masih belum menerima sepenuhnya kenyataan bahwa wanita itu sudah menjadi milik pria lain. Tanpa sadar, air matanya meluncur dengan sendirinya karena sejujurnya dia masih belum merelakan Mikaela.
“Kenapa aku sangat terlambat? Kenapa aku tidak sanggup memenuhi janjiku sendiri? Arrgghh! Hiks…! Cassie! I really love you”, tangisnya sambil memukul-mukul dadanya. Pasti butuh waktu lama untuk seorang Willy melepaskan dan benar-benar melupakan Mikaela. Tiba-tiba, Willy merasakan dadanya sakit dan kepalanya sakit begitu hebat. Dengan sigap, dia langsung mengambil beberapa jenis obat-obatan lalu meminumnya cepat. Sehingga perlahan, rasa sakitnya hilang.
‘Jangan tenggelam dalam penyesalan! Tidak ada gunanya William! Kamu mestinya mendukung kebahagiaan Mikaela seperti yang kau katakan padanya! Jangan menjadi pecundang menyedihkan seperti ini’, Willy membatin dalam hatinya untuk menguatkan dirinya sendiri. Diapun mengambil Kitab Suci dan membacanya untuk menenangkan dirinya. Seorang William Simon memang menjadikan membaca buku itu sebagai penghilang keluh kesahnya.
Mansion Buana
“Kami pulang!”, Mikaela menyapa seisi rumah dan hanya Ribka bersama Selena yang menyahut.
“Sudah pulang?”, tanya Ribka dan Selena berlari kepelukan sang ibu.
“Gimana jalannya? Seru?”, tanya Ribka sambil memandangi Mikaela dan Marcel.
“Ya! Seru kok, ma”, jawab Mikaela dengan nada senang. Sementara, Ribka menatap wajah Marcel yang menunjukkan senyum tipisnya. Meskipun tidak bicara, Ribka tahu putranya itu juga senang tapi entah karena apa.
“Kalian tadi ngapain saja?”, tanya Ribka lagi tentu saja ingin tahu.
“Kami bicara santai saja sih, bu”, jawab Marcel diangguki oleh Ribka. Sebenarnya, Marcel cukup lega karena Willy memang tidak berniat menghancurkan rumah tangganya dengan Mikaela. Tapi Willy malah menyemangati Mikaela untuk terus berusaha kedepannya.
‘Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harus membuktikan bahwa aku pantas untuk menjadi papanya Selena.’, Marcel kembali bertekad untuk kesekian kalinya.
Di sebuah taman
“Mike, kenapa kamu bawa aku kesini?”, tanya Michelle pada Michael yang membawanya ke taman ini. Tentu saja, Michelle ingat taman ini. Taman tempat dulu mereka merayakan anniversary mereka.
“Aku harap kamu ingat semua kenangan kita, Michie”, balas Michael membuat Michelle terdiam.
“Aku tidak pernah melupakan apapun tentangmu, Mike. Kamu adalah kenangan terindah dalam kehidupanku. Tapi, saat kamu sudah lebih baik nanti, kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik daripada diriku.”, ucap Michelle membuat Michael merengut. Tiba-tiba, pria itu menidurkan dirinya dipaha Michelle.
“A-apa yang kau lakukan?”, tanya Michelle terkejut melihat tindakan Michael.
“Dulu, kamu selalu mengelus kepalaku setiap kali aku tidur dipangkuanmu. Kamu juga pernah bilang kalau hanya aku yang kamu sayangi sepanjang hidupmu. Apa semudah itu kamu berubah, Michie?”, Michael kembali membujuk Michelle agar mau menerimanya.
“Sulit, Mike. Tapi, saat aku sudah melewatinya rasanya semua yang sudah kita lewati biarlah berlalu. Kamu adalah pria pertama yang memasuki kehidupanku dan tidak mudah melupakanmu. Tapi, aku akan jawab jujur, Mike. Aku sudah jatuh cinta lagi. Kumohon jangan seperti ini terus”, ucap Michelle membuat Michael terdiam.
“Siapa?”, tanya Michael dengan nada panik dan langsung terbangun dari pangkuan Michelle. Ekspresi Michael langsung berubah yang tadinya hangat menjadi sangat panik dan pucat. Dia memegang kedua sisi bahu Michelle dan menatap wanita itu intens.
“Mi-Mike a-aku…”, Michelle tergugup karena melihat Michael yang terlihat marah. Wanita itu jadi enggan mengatakan hal yang sebenarnya.
‘Apa jadinya jika Michael tahu kalau selama ini aku bersama dengan kakaknya? Apakah mereka akan saling membenci? Tidak! Aku tidak mau itu terjadi! Mereka adalah kakak beradik yang sangat dekat, aku tidak boleh egois merusak hubungan mereka’, Michelle memilih tidak mengatakan kebenarannya.
“Tenanglah, Mike! Jangan seperti ini”, Michelle mencoba menenangkan Michael. Tetapi Michael menggeleng lalu mengguncang Michelle.
“Siapa orang yang menggantikan posisiku dihatimu, Michie!! Siapa!”, Michael masih menuntut jawaban Michelle. Michelle sangat ketakutan saat ini. Dia tidak mengira bahwa Michael akan menjadi seperti ini.
‘Harusnya aku ingat kalau Michael bisa depresi jika mendengar ini. Dasar Michelle bodoh!’, rutuk Michelle pada dirinya sendiri.
“Tidak ada, Mike! A-aku tadi hanya ingin tahu seberapa besar kamu masih mencintaiku. Te-ternyata kamu belum berubah.”, Michelle berusaha menenangkan Michael supaya depresi pria itu tidak kumat. Kalau tidak mungkin saja Michael bisa mencelakainya.
“Benarkah? Hanya aku dihatimu, kan? Iyakan?”, tanya Michael menuntut lagi.
“Iya, Mike! Hanya kamu dihatiku”, ucap Michelle terpaksa demi menenangkan Michael. Dia tidak berdaya dan harus menyembunyikan kebenaran yang sebenarnya.
‘Sebenarnya, aku ingin menyelesaikan semua ini, mas. Semakin cepat Michael tahu, akan semakin bisa dia menerima hubungan kita. Tapi aku ragu soal dirimu. Apa kamu mulai mencintai Mikaela? Apa kamu gak bisa mengabaikannya seperti dulu. Kita pasti bisa bertemu Selena kapanpun meski kalian bercerai, kan? Aku belum menyerah mas Marcel’, Michelle masih belum menyerah untuk memperjuangkan cintanya pada Marcel. Dia juga menyesal semua ini terjadi karena dia dulu meninggalkan Marcel tiba-tiba tanpa kabar sehingga insiden ini terjadi.
“Mike, kamu sudah lebih baik?”, tanya Michelle pada Michael.
“Ya, kita pulang. Ini hampir malam”, jawab Michael lalu menghidupkan motornya. Merekapun pulang menuju mansion keluarga Buana.
‘Michelle, sampai kapanpun kamu tetap harus menjadi milikku’, tekad Michael dalam hatinya.
Mansion Keluarga Buana
“Michael dan Michelle sudah pulang? Ayo makan malam”, ajak Ribka ketika melihat mereka pulang. Merekapun duduk bersebelahan seperti biasa. Lalu, Michael mulai berbicara pada ayahnya.
“Pa, aku merasa kondisiku sudah lebih baik. Aku ingin bekerja di Perusahaan. Aku ingin membuktikan bahwa aku sanggup menjadi anak yang kalian banggakan, seperti kakak”, ucap Michael membuat Elmand terkejut.
“Benarkah? Baiklah, kamu besok bisa pergi ke kantor dan bekerja dibawah pengawasan kakakmu”, Elmand tentu saja setuju jika Michael ingin bekerja membangun Perusahaan keluarga.
“Michael, apa kamu yakin?”, Marcel bertanya.
“Kenapa kakak ragu padaku. Kakak jangan khawatir, aku kuliah di Oxford selama 2 tahun. Pengetahuanku soal bisnis tidak bisa kakak remehkan”, jawab Michael dengan percaya diri.
“Bukan masalah pengetahuanmu, Michael. Ini tentang emosimu. Apa kamu bisa mengendalikan emosimu di kantor?”, Mikaela juga angkat bicara membuat Michael mendecih tak suka.
“Cih! Kenapa sih sok ikut campur? Kamu memang istri kakakku, tapi kamu gak berhak mengaturku!”, Michael berkata remeh kepada Mikaela.
“Michael! Jangan begitu padanya! Dia itu kakak iparmu! Dia itu istriku, Michael! Hormati dia seperti kamu menghormatiku”, tegur Marcel membuat Michael memutar bola matanya malas.
“Aku tidak bisa kak! Kakak tahu kenapa? Dia ini sama sekali tidak peduli soal keluarga ini! Dia disini hanya karena ingin status dan nama baik”, Michael kembali meremehkan Mikaela.
“Cukup Michael! Kamu gak mengerti apapun! Tapi tolong, sekalipun kamu tidak menyukainya, hormatilah dia”, pinta Marcel sekali lagi membuat Michael diam.
“Sayang, jangan seperti ini ya, nak. Kalian jangan bertengkar, sudah dewasa lho! Marcel juga udah mau kepala 3 kok bertengkar dengan adiknya. Bukan masalah kalau Michael mau bekerja di Perusahaan, tapi dengan syarat bahwa Marcel harus mengawasimu”, saran Ribka.
“Kamu benar”, Elmand setuju.
“Baiklah, dengan begini aku juga bisa seperti kakak. Dari dulu kalian selalu membading-bandingkanku dengan kakak kan ayah, ibu. Tapi lihat, wanita macam apa yang dipilihnya? Wanita tak berguna yang menikah hanya demi status, kalian pasti menyesal menolak Michelle sebagai menantu. Lihatlah! Baru beberapa hari, dia sudah membuktikannya. Setelah ini, aku juga ingin menikahi Michelle. Itulah yang aku mau sekarang”, kata Michael lagi membuat semuanya terkejut.
“Mike, tapi kita-“, Michelle mencoba mengelak.
“Ssshh! Kenapa Michie? Hubungan kita sudah lama, lho. Lagipula kita sudah seatap sekarang, jangan ragu lagi akan cintaku padamu”, potong Michael membuat Michelle bungkam.
‘Habis sudah! Tapi ini tidak bisa begini! Aku harus cari jalan keluar! Mas Marcel, tolonglah buat Michael memikirkannya lagi’, pinta Michelle dalam hati.
“Michael! Buktikan dulu kemampuanmu, barulah ayah akan mempertimbangkan permintaanmu itu”, ucap Elmand pada Michael karena sebenarnya dia tidak mau Michael benar-benar bersatu dengan Michelle.
“Michael”, panggil Marcel.
“Ya, kak?”, sahutnya.
“Lakukan apapun untuk kebahagianmu ya”, ucap Marcel sambil tersenyum. Namun senyum itu bukan senyum bahagia, baik Michelle atau Mikaela pun sadar Marcel sangat terluka saat ini.
“Terima kasih, kak. Aku tahu kakak akan selalu mendukungku. Akan kupikirkan sekali lagi untuk mencoba menghormati istrimu ya”, balas Michael dengan nada bahagia tanpa mengetahui kalau kakaknya sekarang sedang menahan rasa sakitnya.
“Mama…mama! Celena mau bobo”, ucapan Selena mengalihkan perhatian Mikaela dan Marcel.
“Anak mama ngantuk? Ayo kita bobo”, balas Mikaela pada Selena.
“Baiklah Pa, Ma,dan Michael. Kami mau boboin Selena dulu”, Marcel juga undur diri dari meja makan. Mereka bertiga pun berjalan menuju kamarnya Selena. Sebenarnya, bukan tanpa alasan Michael meminta untuk bekerja di perusahaan Buana. Mata Michael kembali mengarah ke Michelle yang masih meneguk minumannya.
Flashback
“Mike, kalau kamu memang mencintaiku, buktikan bahwa dirimu itu lebih baik dari kakakmu”, Michelle berbicara dibelakang Michael yang sedang membawa motornya.
“Maksud kamu gimana?”, Michael tidak mengerti maksud dari Michelle.
“ Aku ingin seperti mbak Mikaela, dia punya segalanya dan bisa berbuat apapun yang dia mau. Aku tidak ingin disisihkan di mansion keluarga Buana hanya karena mereka merasa kita memanfaatkan mereka”, jelas Michelle pada Michael.
“Eum… baiklah! Aku akan buktikan bahwa kita itu bukam beban didalam keluarga Buana”, jawab Michael menyetujui permintaan Michelle supaya dia juga bekerja di perusahaan Buana.
End Of Flashback
“Tapi setelah dipikir-pikir, saya rasa Michelle juga harus punya pekerjaan. Kamu gak mau kan kalau dikira pelayan di rumah ini. Jadi saya rasa kamu harus segera cari pekerjaan yang cocok”, Elmand mulai menyarankan.
“Maksud papa apa? Bukannya Michelle disini untuk membantu proses penyembuhanku? Kenapa sekarang papa suruh dia kerja? Apa uang papa kurang sampai gak bisa biayain Michelle?”, kesal Michael mendengar bahwa ayahnya meminta Michelle juga kerja diluar.
“Bukan begitu, papa tahu kamu ingin segera mempersuntingnya, kan? Jadi dia harus punya pekerjaan bagus yang bisa menutupi latar belakangnya. Papa gak mau orang-orang berpikir kita memungut orang yang gak jelas”, jelas Elmand sebagai jawaban untuk Michael. Mendengar itu, semuanya tersenyum dan merasa bahagia dengan alasan masing-masing.
‘Sudah kuduga tuan Buana akan memintaku bekerja juga. Dengan begini, aku akan meminta bekerja di Perusahaan Buana dan akan selalu bertemu dengan Mas Marcel. Aku akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan Mas Marcel dibandingkan Mbak Mikaela’, Michelle menyeringai senang memikirkan keberhasilan rencananya untuk semakin mendekati Marcel.
“Jadi papa sudah menyetujui hubungan kami? A-aku nyaris tak percaya!”, ujar Michael tak percaya dengan nada bahagia.
“Suamiku, akhirnya kamu bisa membuka pikiranmu juga”, tambah Ribka ikut bahagia dengan Michael.
“Pa, bagaimana kalau Michelle membantuku di Perusahaan? Aku dan dia sama-sama lulusan fakultas Bisnis dan nilainya sangat baik. Aku yakin dia tidak akan mengecewakan kalian”, saran Michael membuat Michelle tersenyum senang karena awal dari rencananya sudah di mulai oleh Michael sendiri.
‘Maafkan aku, Mike! Aku harus memperjuangkan keadilan untuk diriku dan cintaku’, Michelle sedikit merasa bersalah dalam hatinya.
‘Dulu Michelle juga adalah asistennya Marcel, tentu saja dia bisa di terima karena dia memang pintar’, pikir Elmand mempertimbangkan saran Michael.
“Ya! Dia akan menjadi sekretarismu dan Michael, kamu akan papa kasih posisi General Manager seperti yang dulu papa berikan pada kakakmu, Marcel. Tapi, papa harap kamu mengerti alasannya kenapa kakakmu akan menjadi atasanmu di Perusahaan nanti”, Elmand akhirnya menyetujui saran Michael dan membuat keduanya bahagia. Tentu saja dengan maksud hal yang lain. Tanpa sadar, Michael memeluk Elmand sambil berterima kasih.
“Makasih, Pa! Seandainya dari dulu papa dan mama begini, pasti semuanya akan jauh lebih baik”, Michael berterima kasih dan kemudian dia melepas pelukannya dan menatap Michelle sambil tersenyum. Elmand hanya diam tapi dia tersenyum saat putra bungsunya berterima kasih padanya. Entah kenapa dia gak bahagia saat melihat putranya bahagia.
‘Ternyata kebahagiaan itu tidak selalu karena kita bisa menjunjung tinggi harga diri’, pikir Elmand menyesali perbuatannya yang dulu. Sedikit tapi Elmand mulai memikirkan kebahagiaan kedua putranya.
“Sayang, kita sudah tua. Tidak ada yang perlu kita kejar lagi selain memanjangkan umur untuk melihat putra-putra kita bahagia”, ucap Ribka dibalas senyuman tipis oleh Elmand tanda dia setuju dengan istrinya.