Permainan yang di mulai

2577 Words
Pagi ini seluruh anggota keluarga Buana sudah sibuk dan langsung pergi ke tempat kerja masing-masing setelah sarapan. Tapi perbedaannya, hari ini Ribka berinisiatif untuk menjaga Selena. Ini baru pertama kalinya, karena biasanya Ribka pergi dengan teman-teman sosialitanya. Tapi, keluarga besar ini memutuskan untuk membuat perubahan demi kebahagiaan kedepannya. Setidaknya, itu yang direncanakan Elmand dan Ribka. Tapi berbeda dengan yang lainnya. Mereka punya rencana masing-masing demi kebahagiaan mereka sendiri. Hanya takdirlah yang akan membawa mereka ke jalan yang seharusnya. Perusahaan Buana Marcel baru saja mengantarkan Mikaela ke kampus dan sekarang dia sudah sampai di Perusahaan keluarganya. Begitu masuk, semua karyawan seperti biasa membungkuk hormat padanya. Marcel cukup senang hari ini karena bisa bekerja bersama dengan adiknya, Michael. Dia pun mendatangai ruang General Manager untuk memberi pelatihan kepada adiknya. Bagaimanapun, posisi itu pernah ditekuni Marcel selama hampir 2 tahun. “ Pagi Michael”, sapa Marcel dengan senyumannya. Tapi sekejap senyumannya hilang ketika melihat Michelle berada disebelah Michael. “Oh! Pagi kak! Aku sangat senang kakak menyambutku sekaligus aku akan bekerja sama dengan Michelle. Hidupku bahagia ya, kak. Rasanya sudah seperti menikah dengan Michelle saja. Kami nyaris 24 jam bersama, kecuali tidur. Nantinya, aku akan menikahi Michelle dan akan benar-benar terus bersamanya.”, sambut Michael pada kakaknya dengan sangat bahagia. Marcel terpaksa tersenyum didepan sang adik walaupun hatinya sakit mendengar semua kebahagiaan adiknya itu. ‘Marcel! Bahagialah untuk Michael’, Marcel terus menekan dirinya lagi supaya tidak merasa sedih. “Tapi kak, apa di Perusahaan aku harus memanggilmu Bapak atau Kakak ya?”, tanya Michael kemudian. “Mau dimanapun dan dalam keadaan apapun kau tetap adikku, Michael. Jangan berpikir soal profesionalitas. Ikatan lebih penting dari pada apapun”, jawab Marcel sambil tersenyum berusaha bahagia dan tidak terlihat kikuk. “Oh iya, kak. Michelle juga akan menjadi sekretarisku. Aku mau kakak menjelaskan apa yang perlu dia kerjakan ya. Oh iya! Aku tadi meninggalkan beberapa proposal untuk dipelajari di mobil. Aku ambil dulu ke bawah ya”, ujar Marcel sambil keluar untuk mengambil file yang tinggal di mobilnya. Tentu agak merepotkan, karena dia harus ke Basement yang jauh dibawah. Tapi, Michael tidak menyuruh orang lain karena dia adalah tipikal orang yang sulit percaya kepada orang lain, apalagi ini hari pertamanya. Dia ingin terlihat professional di depan kakaknya. “Mas, rasanya seperti mengingat masa lalu, ya”, ucap Michelle membuyarkan lamunan Marcel setelah kepergian Michael. “Dulu… ini ruangan kamu, dan aku selalu menjadi orang kepercayaanmu. Asisten pribadimu yang selalu bersamamu kemana pun kamu pergi”, lanjut Michelle lagi dan Marcel tetap diam. “Mas, kamu gak bisa menghindariku! Jangan Mas! Itu sangat menyakitkan aku! Aku sangat mencintaimu dan aku tidak rela dioper kesana-sini hanya karena Michael adalah adikmu! Kenapa kamu harus mengalah, Mas? Kamu mungkin bisa mengalah dalam hal lain, mungkin barang-barang atau warisan. Tapi kumohon, jangan dengan cintamu juga”, ujar Michelle lagi membuat Marcel semakin sedih. “Michelle… dari dulu, aku selalu mengalah kepada adikku. Bukan saja dalam hal barang-barang tapi juga banyak hal. Jadi, cinta bukan hal yang begitu besar untuk diperjuangkan sehingga membuat ikatan keluarga retak. Aku menyesal dengan apa yang aku putuskan dulu.”, jawab Marcel dengan tega untuk membuat Michelle berhenti mengejarnya. Mendengar itu, hati Michelle sangat sedih seakan dirinya tidak berarti apapun untuk Marcel. ‘Aku terpaksa berkata seperti itu, Michelle. Kumohon berhenti terus membuatku tersiksa seperti ini’, batin Marcel sedih ketika melihat ekspresi kecewa dari wanita yang sangat dia cintai. “Kalau begitu, aku tidak akan menyerah, Mas! Bagimu cinta tidak penting, bukan? Tapi bagiku cinta sangat penting, Mas. Kamu yang dulu mengajarkan itu kepadaku. Kamu yang membuat aku sadar bahwa cinta harus diperjuangkan. Kamu yang udah kasih bukti ke aku bahwa cinta kita itu tidak salah. Jadi, jangan pikir kalau aku menyerah, mas”, Michelle bertekad membuat Marcel terdiam. Setiap perkataan Michelle memang benar. Dialah yang salah disini. ‘Aku hanyalah seorang pecundang’, Marcel merutuki dirinya sendiri dalam hati. “Maafkan aku, tapi sepertinya aku harus undur diri. Ada banyak pekerjaan di ruanganku dan pekerjaanmu sebagai sekretaris nanti bisa dijelaskan oleh asistenku. Sampaikan maafku pada Michael, bagaimanapun ini jam kerja, tidak ada waktu untuk berbicara hal yang tidak penting”, pamit Marcel lalu keluar meninggalkan Michelle di ruang kerja Michael. “Kamu selalu menghindar, Mas”, gumam Michelle kesal. Dia pun mengelilingi ruang kerja itu yang sudah di modifikasi sedemikian rupa tapi kenangannya tetap saja tersimpan di memorinya. FLASHBACK                                                                                                                              “Pekerjaanmu sangat bagus! Saya sangat senang dengan hasilnya”, puji Marcel saat memeriksa hasil pekerjaan Michelle. Gadis itupun tersenyum bahagia karena pekerjaannya berhasil membuat atasannya senang. “Terima kasih untuk pujiannya, Pak”, Michelle menunduk berterima kasih. “Sama-sama. Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Hitung-hitung sebagai hadiah dari saya”, ajak Marcel diangguki oleh Michelle. Setelah lulus kuliah, Michelle memilih bekerja di PT. BUANA JAYA. Dia tidak tahu itu adalah Perusahaan keluarga Buana dan tentang Marcel yang adalah kakak kandung Michael. Gadis itu bekerja keras sebaik mungkin supaya dia tidak memikirkan masa lalunya yang menyakitkan yaitu ditinggal oleh Michael. Semuanya mengalir begitu saja, semenjak ajakan makan siang oleh Marcel untuk pertama kalinya, mereka semakin akrab. Marcel mulai mengajaknya jalan di akhir pekan sampai beberapa bulan kemudian, Marcel menyatakan perasaannya pada Michelle. “Saya tahu ini terlalu cepat, tapi perasaan saya tidak main-main. Saya mencintai kamu, Michelle”, Marcel mengungkapkan perasaannya sambil setengah berlutut dan memegang tangan Michelle di hadapan semua karyawan Perusahaan. Michelle sangat terkejut mengetahui atasannya selama ini jatuh cinta kepadanya. Tapi jujur saja, sikap Marcel yang baik dan ramah meluluhkan hati Michelle yang berpikir untuk tidak jatuh cinta lagi. ‘Pak Marcel sangat berbeda dengan Michael. Dia orangnya ramah, baik dan sopan. Sedangkan Michael orangnya dingin tetapi hanya akan bersikap baik kepada orang-orang didekatnya saja, tentu saja itu yang membuatku merasa istimewa dicintai Michael. Sebenarnya, tidak ada alasan bagiku untuk menolak Pak Marcel. Aku harus memulai cinta baru lagi. Michelle, jangan tenggelam dengan masa lalu!’, tekad Michelle dalam hatinya. “Terima! Terima!”, sorak-sorai para karyawan membuyarkan lamunan Michelle dan akhirnya gadis itu mengangguk setuju untuk menerima pernyataan cinta Marcel. “Ya, saya mau, Pak Marcel”, jawab Michelle membuat Marcel berdiri dan memeluk gadis itu. Melihat itu, para karyawan pun bertepuk tangan riuh melihat pernyataan cinta bos mereka diterima. “Jangan panggil Pak lagi. Panggil Mas aja”, bisik Marcel pada Michelle dibalas anggukan gadis itu didalam pelukan Marcel End of Flashback “Michie? Kamu kenapa melamun?”, tanya Michael ketika masuk ke ruangannya dan menemukan Michelle sedang melamun. “Ah, aku hanya memikirkan soal pekerjaanku. I-ini adalah pertama kalinya bagiku bekerja sebagai sekretaris”, bohong Michelle sebagai jawaban untuk Michael. Tidak mungkin dia bilang kalau dia mengingat masa lalunya dengan Marcel. “Jangan gugup begitu. Ini pak Darwin, asistennya Kak Marcel. Dia yang akan menjadi tutor kamu untuk mempelajari pekerjaan sebagai sekretaris”, ucap Michael sekalian memperkenalkan asisten Marcel yang akan membantunya. Michelle hanya bisa tersenyum pada Michael sebagai balasannya. ‘Aku akan mengembalikan semuanya, Mas’, tekad Michelle dalam hatinya lalu mulai mempelajari tentang pekerjaannya bersama pak Darwin. Universitas Esa Unggul Tanpa terasa, sudah tengah hari dan Mikaela keluar dari ruangannya menuju Cafetaria kampus untuk makan siang. Tapi sebelumnya, dia menelpon mertuanya untuk memastikan apakah putrinya, Selena sudah makan atau belum. “Ma, Selena udah makan siang?”, tanya Mikaela pada Ribka. ‘Iya, ini lagi mama suapin’, jawab Ribka membuat Mikaela tersenyum lega. “Baiklah, Ma! Katakan pada Selena aku merindukannya”, ucap Mikaela diiyakan oleh Ribka dari sebrang sana lalu wanita itu mematikan sambungan teleponnya. Dia lalu berjalan menuju lift sambil ingin menghampiri Willy yang juga menekan lift itu. Saat ingin menyapa Willy, Mikaela dikejutkan dengan Willy yang tiba-tiba pusing sambil memegang kepalanya. “Wi-Willy? Are you sick?”, tanya Mikaela sambil mencoba menahan tubuh Willy yang hampir ambruk. “Cassie? A-aku tidak apa!”, jawab Willy tentu saja berbohong karena jelas-jelas tadi dia hampir jatuh. “Jangan memaksa untuk bekerja kalau kamu sakit, Wil! Aku gak bisa melihat kamu seperti ini! Kita ke Unit Kesehatan ya”, ajak Mikaela tapi ditolak oleh Willy dengan melepas paksa tangan Mikaela. “I’m okay! Trust me!”, tegas Willy lalu menghindari Mikaela dengan turun melewati tangga. Mikaela hanya terdiam ditempatnya melihat sikap Willy yang tiba-tiba aneh. Baru pertama kali Willy bersikap agak acuh padanya seperti ini. Diam-diam, Mikaela mengikuti Willy dan tentu saja wanita itu dikejutkan dengan Willy yang hampir saja jatuh di tangga. “Sudah kubilang biar aku bantu! Jangan keras kepala, senior!”, tegas Mikaela sambil membantu Willy berjalan menuju lift biar cepat. “Jangan ke Unit Kesehatan, ke ruanganku saja”, kata Willy membuat Mikaela bingung. Tapi wanita itu mengikuti saja permintaan Willy. Mereka pun sampai ke ruangan Willy dan langsung saja Mikaela mendudukkan pria itu. Bisa dibilang, Willy adalah Dosen istimewa karena latar belakang pendidikannya tentunya. “Ini aku ambilkan air putih, minumlah! Kamu pasti kelelahan”, Mikaela menyodorkan segelas air putih. Willy langsung meminum air putihnya lalu mengambil sesuatu di laci kerjanya. Mikaela terkejut ketika dia melihat Willy meminum obat-obatan yang cukup banyak. “Itu obat apa?”, tanya Mikaela yang sepertinya merasa tidak asing dengan obat-obat itu. ‘Aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana ya?’, pikir Mikaela sambil terus memerhatikan obat-obatan yang di konsumsi Willy. “Hanya obat sakit kepala. Terkadang, saat aku memaksakan diriku untuk bekerja, sakit kepalaku kumat. Itu saja”, jelas Willy seperti menutupi sesuatu dari Mikaela. Wanita itu tentu saja tidak langsung percaya, tapi dia hanya tersenyum sebagai balasan untuk Willy. “Tadinya aku mau ajak ke Cafetaria, tapi sepertinya senior kurang sehat. Aku akan pesan saja untuk diantar kesini. Karena aku ingin mengawasi keadaan senior”, ucap Mikaela sambil memesan makanan dengan menghubungi bawahannya. Willy tahu kalau saat ini Mikaela tidak percaya dengan ucapannya. ‘Jangan terlihat lemah, William!’, tegasnya dalam hati. “Mikaela, aku agak heran”, Willy memulai pembicaraan untuk mengalihkan fokus Mikaela dari keadaannya yang tadi. “Heran? Kenapa?”, tanya Mikaela sebagai respon. “Para mahasiswi terus berbisik-bisik soal diriku. Bukan itu, saja. Mereka juga menaruh surat cinta didalam tugas mereka dan juga menitipkan hadiah buatku.”, ucap Willy membuat Mikaela tertawa karena merasa pria itu agak narsis. “Ahahahahaha! Jadi, ceritanya kamu mulai bangga ya karena banyak mahasiswi muda yang mengejar-ngejar. Bukan masalah sih, kamu memang pantas diperjuangkan”, jawab Mikaela membuat Willy tersenyum. “Tapi sepertinya kamu tidak sepopuler dulu ya? Waktu di kampus, banyak pria yang mengejarmu, tapi tidak ada yang menyukaimu lagi ya setelah kamu jadi dosen. Kamu galak, ya?”, tebak Willy dengan nada iseng membuat Mikaela sewot. “Ih! Bukan gitulah! Aku sudah menikah dan tentu saja mereka harus menjauh! Dan dulu, aku pernah membanting seorang mahasiswa yang mencoba menyatakan cintanya padaku. Dia sangat malu karena kupermalukan di depan umum. Semenjak itu, tidak ada yang berani main-main denganku”, jelas Mikaela dengan bangga membuat Willy terkejut skaligus tertawa. “Hah!! Hahahaha! Astaga Cassie, kamu itu ya! Dari dulu galaknya gak berubah. Tapi, kalau gak begitu mereka akan semakin sesukanya padamu. Inilah yang kusukai darimu. Kau sanggup melindungi dirimu sendiri sehingga kehormatanmu terjaga sampai kamu menikah”, puji Willy tulus namun membuat senyuman Mikaela menghilang seketika. Tiba-tiba dia berkeringat dingin, karena Willy berbicara soal mempertahankan kehormatannya. Melihat reaksi Mikaela, Willy langsung memegang kedua tangan gadis itu. Itulah cara ampuh menenangkan Mikaela yang sedang shock atau khawatir akan sesuatu. “Ada apa? Apa perkataanku salah?”, tanya Willy hati-hati. Mikaela hanya memaksakan senyumannya sambil menggeleng. Wanita itu mengambil air putih lalu menenggaknya cepat. Perlahan, nafasnya teratur dan Mikaela merasa lebih baik. “Permisi bu, ini 2 porsi pesanannya bu”, ucap seseorang dari luar membawakan makanan yang dipesannya. Otomatis, Mikaela menghampirinya dan memberikannya sejumlah uang untuk membayar makanannya. “Sudah saatnya makan siang, senior!”, Mikaela memberikan seporsi makanan untuk Willy. Mikaela dengan cepat menyantap makanannya supaya Willy tidak bertanya apapun soal keterkejutannya tadi. Willy mengerti maksud wanita itu dan memilih untuk diam dan tidak menyinggung soal tadi. Tapi tetap saja Willy memikirkan hal itu. ‘Apakah ada sesuatu hal yang kamu sembunyikan, Cassie?’, Willy bertanya-tanya dalam hati. Perusahaan Buana “Sudah waktunya makan siang,Mas. Kenapa kamu masih disini?”, tanya Michelle yang tiba-tiba saja masuk ke ruangannya dan mengejutkan Marcel yang sedang membaca beberapa file penting. “ Maaf, tapi siapa yang mengizinkan kamu masuk?”, tanya Marcel dibalas senyuman remeh oleh Michelle. Dia menunjukkan sebuah kartu yang bisa memberinya akses ke ruangan Marcel. “Aku dapat dari Michael tadi. Dia suruh aku kesini untuk mengantarkan file-file ini. Tapi, teringat Mas belum makan, jadinya aku pesankan di restoran biasa tempat kita makan dulu”, jelas Michelle sambil memberikan sekotak bekal yang dia beli dari restoran untuk makan siang Marcel. Pria itu masih diam tak merespon Michelle. “Jangan takut, Michael gak tahu soal ini”, Michelle berusaha membujuk Marcel. Melihat pria itu masih diam, Michelle berinisiatif membuka kotak bekal itu dan menyiapkannya untuk Marcel. “Jangan telat makan,Mas. Nanti kamu sakit, siapa yang jagain aku?”, ucap Michelle dibalas keterkejutan oleh Marcel. Tentu saja, Marcel heran dengan tindakan Michelle yang mulai berani. “Michelle, tolonglah! Jaga jarak denganku! Kamu itu hanya untuk Michael dan sekarang saya juga sudah punya istri dan anak. Jangan buat masalah besar diantara kami”, tegur Marcel dengan nada tegas. “Tidak akan masalah, Mas! Baik Michael atau pun Mbak Mikaela gak perlu tahu apapun. Cepat atau lambat, Michael akan menikahiku, Mas. Tidak bisakah, aku menggunakan kesempatan ini untuk bersamamu. Waktu kita tidak banyak, kita harus menggunakannya dengan baik. Sampai ikatan diantara kita benar-benar putus”, ucap Michelle dengan nada sedih membuat Marcel terdiam. Pria itu sedih mendengar ucapan Michelle mengenai ikatan cinta diantara mereka yang sebentar lagi harus kandas. “Apa maumu, Michelle?”, tanya Marcel pada akhirnya. Mendengar itu, Michelle tersenyumdi tengah kesedihannya. ‘Rencana awalku berhasil! Aku akan buat kamu gak bisa lepas dariku, Mas’, Michelle mebatin senang karena rencananya untuk mengembalikan hubungannya dengan Marcel sudah dimulai. “Mas, aku gak pernah meminta apapun darimu. Aku juga gak bisa memaksa kita bersama. Tapi kumohon, jangan pernah mengabaikanku. Bisakah?”, mohon Michelle membuat Marcel terkejut. ‘Hanya untuk tidak mengabaikan, bukan? Sepertinya bukan masalah besar’, pikir Marcel lalu mengangguk sebagai balasan bahwa pria itu setuju dengan permintaan wanita itu. Melihat anggukan Marcel, Michelle senang dan mulai mengambil kotak makanan Marcel lalu menyuapi pria itu. Marcel masih diam dan heran dengan tindakan Michelle. “Jangan abaikan aku, Mas! Tenang saja, baik Michael dan Mbak Mikaela gak bakal tahu. Kita juga nggak selingkuh kok. Anggap saja nostalgia”, ucap Michelle lagi membuat Marcel mengikuti alur permainan Michelle. Dia mulai membiarkan wanita itu menyuapinya dan tentu saja Michelle sangat bahagia saat ini. ‘Kamu gak akan bisa lepas dari aku, Mas! Aku akan pastikan itu!’, tekad Michelle lagi. Tanpa sadar, Marcel sudah mulai merangkak ke dalam permainan Michelle. Dia tanpa sadar mengikuti bujukan wanita itu dan perasaannya. Tentu saja, dia merindukan saat-saat seperti ini. Saat bersama dulu, mereka selalu makan siang bersama dan dengan keadaan romantis tentunya. Tentu saja, sebenarnya keadaan seperti ini akan menimbulkan masalah besar nantinya. Masalah yang akan menyebabkan ketegangan luar biasa didalam keluarga Buana. Kita lihat saja kemana takdir membawa mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD