Pusing. Hal pertama yang kurasakan saat meninggalkan ruang kerja. Mungkin karena tadi terlalu lama menangis, atau memang kondisi tubuh yang sedang lemah. Saat kepala sudah tidak bisa diajak kompromi dan tubuh hampir terhuyung jatuh, seseorang memegangku dari belakang. Meski tak langsung melihat, dapat ku kenali dengan jelas siapa orang yang tengah menolongku itu. "Apa kau sakit?" Aku menggeleng dan berusaha melepaskan dekapan Gabrian pada bahuku. Ya dia Gabrian. Aku langsung bisa mengenalinya dari parfum yang selalu dia pakai. Gabrian segera melepaskan tangannya begitu menyadari kalau aku tidak suka dia menyentuhku. "Apa kau bisa pulang sendiri?" Aku memilih mengabaikan Gabrian. Laki-laki itu tidak akan membiarkanku pulang sendiri jika aku tidak bisa bersikap baik-baik saja dihadapann