Sudah dua hari sejak kejadian ciuman mengejutkan dari Gabrian waktu itu. Sejak itu pula Gabrian sepenuhnya mengabaikanku. Anehnya dia yang salah tapi aku yang dicueki. Dia yang semaunya tapi tetap aku yang di marah. "Ray besok malam sudah putuskan mau pergi sama siapa?" Aku menggeleng. "Kamu sakit?" Kali ini kak Vino bukan hanya bertanya tapi dia menghampiriku di meja kerja. Aku kembali menggeleng sambil menumpukan kedua tanganku di bawah dagu. "Sejak kemarin kau tampak lesu dan tidak bersemangat. Apa kau sedang punya masalah?" "Tidak kak. Hanya saja perasaanku sedang tidak enak." "Tidak mau cerita?" Aku menatap kak Vino. Melihat tatapannya yang teduh perasaanku jadi sedikit lebih nyaman. "Mungkin perasaanku tidak enak karena kedua sahabat baikku akan segera menikah. Aku bahagi