Selesai ijab Kabul, kuhampiri Grisella dan memeluk wanita itu. Dia menangis. Entahlah tangis bahagia atau tangis penyesalan. "Selamat Gris akhirnya kau resmi menjadi seorang istri." Grisella hanya mengangguk sambil terus menangis. Selanjutnya aku memberi selamat pada Arron dan berbisik di telinga laki-laki itu. "Jadilah suami yang baik dan ayah yang bertanggung jawab untuk istri dan anakmu Arron. Apapun yang terjadi kalian berdua tetaplah sahabat baikku." Arron tidak menjawab tapi malah membawaku ke dalam pelukannya. Ku tepuk-tepuk punggung Arron sebelum akhirnya kak Vino menyadarkan kami kalau tamu lain juga ingin memberi ucapan selamat. Aku menghela nafas berat dan berjalan keluar rumah Grisella setelah tak mampu menahan air mataku. Kadang aku bertanya, kenapa takdir mereka jadi begi