Bab 9 Pulang Ke Rumah Bapak Tiri

504 Words
Tak terasa sudah seminggu aku di rumah Kakek. Kini saatnya aku pulang ke rumah Ibu, aku sudah di jemput Ibu. "Sarapan dulu Tari, jangan pulang dulu, aku sudah masak tadi. Biarkan Ani makan dulu daripada nanti Ani lapar saat naik angkot!" ajak nenek kepada Ibu dan aku. "Aku tadi sudah sarapan di rumah Bu" kata Ibuku kepada Nenek. "Ya sudah, kalau gitu biarkan Ani sarapan dulu sebelum pulang." kata nenek lagi. Aku pun sarapan bersama Kakek dan Nenek, sedangkan Ibu hanya minum teh hangat karena tadi sudah sarapan di rumah. Tak lama kemudian, kami pamit untuk pulang. Nenek pun memelukku serta menciumku sebagai salam perpisahan, begitu juga Kakek. Mereka adalah orangtua yang merawatku dari aku masih bayi sampai usia taman kanak-kanak karena waktu SD aku pindah bersama Ibu. Kami pun naik angkutan menuju terminal, kemudian pindah angkutan lagi menuju rumah Ibu. Sampai di rumah, "Ani, apakah kamu sudah di beri tahu nenek?" tanya Ibu kepadaku. "Beritahu tentang apa Bu?" tanyaku. "Tentang.....kita harus pindah ke rumah Bapak tirimu Ani....." ucap Ibu akhirnya. "Aku di beri tahu nenek kalau Ibu sudah menikah dan punya adik juga, nenek juga bilang kalau aku nanti pindah ke rumahnya bapak tiriku Bu, tapi gak tau kapan" kataku. "Anggap saja Bapak kandungmu, kau juga akan di sayanginya nanti, Bapak tidak akan membedakan anak kandung atau anak tiri, karena Ibu juga punya anak tiri, tapi Ibu tak pernah membedakannya." "Sekarang kamu siap-siap ya, kita harus pindah sekarang" kata Ibu lagi. "Ya Bu," baru ku sadari ternyata Ibu sudah siap pindah bahkan mungkin sebagian perabotan sudah di bawa ke rumah Bapak tiriku. Tak lama, kami pun siap pindah. "Selamat tinggal rumah yang sudah ku huni selama 6 tahun." gumamku sambil menatap rumah yang menjadi saksi suka dukaku ketika tak ada Ibu di rumah. Ya selama tak ada Ibu, diam-diam aku sering menangis. Menanyakan siapa ayah kandungku, kenapa mereka menyebutku anak haram. Tak lama kemudian kami pun sampai di rumah Bapak tiriku. Kami di sambut oleh Bapak tiriku dengan baik. Aku punya adik tiri perempuan, yang sudah mau naik kelas 5. Sedangkan anak-anak Bapak tiriku dengan pernikahannya terdahulu, Ada 3 perempuan semua. Mereka bernama Sofi, Titik dan Putri. Mbak Sofi dan Mbak Titik sudah menikah, sedangkan Mbak Putri baru tunangan. Tak terasa waktu cepat berlalu, saat sore hari aku bermain dengan adikku namanya Mia, dia cantik baik, tapi cengeng. Berbeda dengan aku yang tomboy dan terkesan agak nakal. Aku hanya akan menangis jika sedang rindu dengan seseorang. Kami pun main kejar-kejaran bersama kucing karena Mia punya kucing, tak terasa kami lelah lalu mandi bersama. Mia sangat suka mandi bersamaku biasanya dia akan bilang pada Ibu kalau dia ingin punya kakak perempuan. Ternyata doanya terkabul, bukan hanya doanya tapi doa kita. Ikatan batin kami sangat kuat meski kami hanya saudara tiri, satu Ibu beda bapak. Kami tetap saling menyayangi. Akan kujaga dia sebagai mana mestinya. Waktu semakin larut, akupun tidur bersama adikku. Biasanya aku tidur sendiri sekarang aku tidur dengan adikku. Sebelum tidur kami cerita, cerita tentang di sekolah dan cerita saat kami masih kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD