"Besok kamu akan bertemu dengan papa ku, aku harap kamu bisa menghormati nya seperti kamu menghormati kedua orang tua mu, papa ku orang nya asik kok, dia cuek dan dinggin, ya mungkinnkamu bisa mengajaknya berbincang!"
"Iya A, ika janji akan mengangap orang tua aa sama seperti orang tua kandung cia sendiri,"
mereka pun bertatap muka sambil berbaring dengan mesra, iya ada gairah dari dalam pikiran Firza untuk menikmati indahnya tubuh sang istri walaupin sedang haid, tapi ia berjanji untuk tidak menyakitinya lagi.
"Kamu tadi sudah keliling kemana saja denga Bibi, hafalkan jalan ya, nanti lama lama juga kamu terbiasa sayang, nanti aku belikan mobil baru untuk mu, jika aku tak sempat mengajari mu biar aku suruh galih saja yang membantu mu."
ucap Firza kepada istrinya yang terbaring di hadapan wajahnya, Ika pun menolak, ia tak mau berduaan dengan pria lain selain suaminya yang ia cintai, ika sangat menjujung tinggi pernikahan, terlebih didikan orang tua ika yang sangat kolot dan beradab membuat ika menjadi pribadi yang berpegang tegung atas suci nya pernikahan.
"Gak ah A, sama Aa aja nanti, gak enak berduan bukan dengan muhrim nya, apalagi di dalam mobil berduaan takut ada yang liat salah paham"
ucap ika dengan mimik wajah yang ketakutan, firza pun tersenyum dan mengelus kepala ika dengan lembut.
"kamu emang istri ku yang benar benar aku dambakan, percis seperti almarhumah ibu ku, tapi kenapa waktu itu kamu les bikin kue mau dengan galih? kan sama aja berdua!"
Firza memancing Ika dengan nada yang seolah menyinggung,
"di sana ramai, dan ada pegawai A galih yang menemani daa membantu, jadi kami tidak berduaan dalam dapur di toko rotin nya A, Aa Ika janji bakalan setia sampai kapan pun dengan Aa asalakan, aa tidak berkhianat kepada ika, apalagi sampai memukil ika, menyelingkuhi, dan bermain api dengan wanita yang bukan muhrimnya, jika A firza mencintai wanita lain, bilang sama ika ya A, biar ika yang mengalah"
Ucap ika dengan wajah yang memerah karena menahan tangisnya, ika benar benar mempertaruhkan kehiduoannya bersama kedua orang tua nya di kampung untuk menjalankan pernikahan dengan Firza sang tuan tanah.
"Kita tak pernah tahu sayang, masalah apa yang akan kita hadapi di tahun tahun berikutnya dalam rumah tangga kita, tapi aku yakin kamu memang jodoh yang dikirim kan Tuhan khusus untuk ku, karena kamu sangat mirip dengan mama ku, kalau papa sampai lihat kamu pasti dia akan sedih, bukan sedih karena kamu menantunya ya jangan salah paham, tapi sedih ternyata masih ada wanita yang baik dan lembut seperti istrinya"