"Mau kemana pagi-pagi begini?"
Hanif menatap Nafisah. Adik sepupunya itu terlihat rapi sambil membawa totebag canvas di pundaknya
"Mau ke penerbit."
"Ngapain?"
"Alhamdulillah karya aku di pinang sama mereka."
"Oh sekalian taken kontrak?"
"Hm, kalau cocok aku akan tanda tangan. Jika tidak, maka aku akan menolak.."
"Lah kalau nolak, emang nggak sayang sama hasil jerih payah? Mumpung di pinang loh, Naf. Kapan lagi mau punya impian karya sendiri dalam versi n****+?"
"Impian sih, impian, Mas. Tapi kalau aku nggak cocok sama persyaratannya masa iya aku setuju. Kalau merugikan penulis gimana?"
"Iya juga sih. Ada benernya. Jadi, kamu kesana sendiri?"
"Iya sendiri. Memangnya sama siapa lagi?"
"Ya mungkin sama Zulfa. Atau sama si hantu yang suka datang tiba-tiba. Pokoknya Kamu harus hati-hati sama dia!"
"Ih," Nafisah terlihat kesal. "Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati dijalan ya, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku."
Nafisah hanya mengangguk. Lalu ia pun pergi mengendarai motornya. Cuaca begitu cerah. Meskipun jam sudah menujukan pukul 10.00 pagi, namun rasanya tidak terlalu menyengat mengingat kota Batu ini adalah kota yang sejuk.
Lampu merah menyala di persimpangan jalan. Nafisah termenung sesaat. Hanif benar, Daniel itu seperti setan yang suka muncul tiba-tiba. Namun ia juga sadar, akhir-akhir ini tumben sekali pria itu tidak nampak didepan matanya?
"Tumben banget. Sudah 2 minggu dia nggak nongol."
Tint!
Suara klakson motor terdengar dari belakang. Nafisah langsung sadar. Dengan sabar Nafisah menunggu kembali mengendarai motornya karena masih ada mobil yang belum jalan berada didepannya.
"Halo cantik. Lama tak jumpa.."
Nafisah menoleh ke samping sampai membulatkan kedua matanya karena terkejut. Tiba-tiba Daniel ada didalam taksi bandara tempat di samping motornya. Pria itu melambaikan salah satu tangannya pada Nafisah.
"Kamu tahu, arti jodoh yang sebenarnya? Selain tak kemana, tapi dimana saja pasti bertemu."
Daniel mengedipkan salah satu matanya pada Nafisah hingga membuat wanita itu muak. Nafisah menatap ke depan dan kembali mengendarai motornya setelah mobil didepannya sudah berjalan terlebih dahulu. Nafisah merasa kesal.
"Dasar tidak waras!"
****
"Mbak Sofia.."
"Ya?"
"Penulisnya sudah di depan."
Sofia mengangguk. "Suruh dia masuk ya."
"Baik."
Suara pintu tertutup terdengar. Sofia sibuk mempersiapkan hal hal apa saja yang akan di berikan pada penulisnya kali ini untuk tanda tangan kontrak. Suara kertas yang sedang proses print terdengar. Disaat yang sama, pintu terbuka. Posisi Sofia yang masih membelakangi pintu sadar kalau ada yang masuk.
"Permisi.."
"Silahkan masuk."
"Terima kasih."
Sofia sudah selesai dengan urusannya. Dalam hati ia merasa geram dengan Daniel. Akibat kepergian pria itu yang terlalu lama membuatnya sedikit sibuk sebagai editor penerbit dengan tambahan banyak pekerjaan. Apalagi tadi malam Daniel menghubunginya dan memberinya kabar kalau ada salah satu penulis yang menarik perhatiannya dari segi naskah. Sofia membalikkan badannya, seketika ia terdiam.
"Astaga, pantas saja kamu memilih wanita ini Adelard." kesal Sofia dalam hati.
"Halo, maaf membuatmu menunggu." senyum Sofia dengan paksaan. Padahal sebenarnya dia ogah.
"Tidak apa-apa."
"Maaf, boleh perkenalkan diri?"
"Saya Nafisah Zainah."
"Kamu yang nama pena nya author cinta itu, ya?"
"Hm, iya Kak."
"Panggil saja Sofia." senyum Sofia lagi. Ia pun mengeluarkan selembar surat kontrak kerja sama pada Nafisah.
"Saya sudah baca semua isi naskah kamu yang berjudul Jodoh Dari Lauhul Mahfudz. Kebetulan yang tertarik naskah kamu adalah pimpinan redaksi langsung dari kami. Boleh di baca dan di pahami dulu isi kontraknya. Kalau ada hal yang tidak di mengerti, silahkan di tanya.."
Nafisah mengangguk sambil menerima 4 lembar surat kontak kerja sama penulis dan penerbit yang di staples. Nafisah juga tidak menyangka kalau wanita yang ia temui saat ini adalah wanita bule yang berkulit putih dengan rambut berwarna coklat kekuningan.
Nafisah mulai membacanya. Dengan teliti ia memahami isi kontraknya kalau royalti yang ia Terima sebagai penulis nantinya adalah 6% dari harga juga per buku. Tak hanya itu, royalti akan di bayarkan per 6 bulan sekali yaitu periode Januari dan Juli.
"Maaf, apakah royaltinya hanya 6%?"
"Iya, Nafisah. Umumnya segitu. Royalti akan naik 10% apabila terjadi cetak ulang kedua, 15% cetak ke tiga."
"Saya tidak punya NPWP. Apakah potongan pajaknya memang sebesar ini?"
"Sebaiknya Nafisah membuat NPWP. Jika tidak, sebenarnya tidak masalah. Namun akan di potong pajak sebesar 30% , sementara kalau ada NPWP akan di kenai biaya potongan 15%."
Nafisah terdiam. Ia baru tahu ternyata menjadi penulis yang bekerjasama dengan penerbit perjanjiannya seperti ini. Namun ada satu hal yang membuatnya tertarik, yaitu n****+ nya yang akan di distribusikan ke toko buku besar seluruh Indonesia. Bukankah itu impiannya?
"Em, apakah boleh saya bawa pulang dulu surat kontrak ini?"
"Tentu. Kami kasih waktu sampai minggu depan ya, Nafisah."
"Baik. Saya akan mempertimbangkannya."
Nafisah pun segera pergi dari sana. Setelah Nafisah sampai luar kantor penerbit. Daniel terdiam menatap Nafisah. Ia ingin mendekati wanita itu, namun ntah kenapa tiba-tiba ia ragu bahkan takut.
Daniel hanya bisa diam dan pasrah, sembari menyentuh cincin pernikahan yang kini tersemat di jari manisnya.
****
Jrengg jrengggg!!!!
Hayo, ada apa dengan Daniel? ?
Makasih ya sudah baca. Jgn lupa vote cerita ini. Komen juga boleh, kali aja ada respon yang ingin di sampaikan ☺
With Love, Lia
Instagram : lia_rezaa_vahlefii