When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Nayla menunduk, lalu mengangguk pelan. “Maafkan aku, Mas. Jika kamu mau memberiku satu kesempatan lagi, aku ingin memperbaiki kesalahnku.” Widi tersenyum menatap Nayla, ada bahagia yang menyusup hatinya. Tiba-tiba ia ingin hidup lebih lama lagi. “Tentu saja, Nay. Aku akan memberimu kesempstan kedua. Dengan begitu aku juga bisa menunjukkan padamu, bahwa rasa ini berbeda dari rasa sebelumnya.” Kedua pasang bola mata itu saling bertaut, seolah membiarkan pasangannya menyibak isi hati masing-masing. “Terima kasih, Mas,” sahut Nayla sembari mencium punggung tangan Widi. “Kita pindah rumah sakit, ya. Mas Widi harus di rawat di tempat mas Widi biasa control.” “Hm,” Angguk Widi setuju. “Alhamdulillah. Tunggu sebentar, Mas. Aku akan urus perpindahannya.” Ujar Nayla meraih pinswlnya, lalu men