Part 15 sholat
Akhirnya Cantika telah resmi keluar dari atletnya dan gadis itu bisa bernapas lega. Cantika keluar dari ruang kepala sekolah sambil membawa sebuah amplop berwarna cokelat. Ketika Cantika mulai melangkahkan kakinya di koridor, tak sengaja melihat Malik berjalan di arah berlawanan dan Malik pun menyadari keberadaan Cantika.
"Hai Cantik?" sapa Malik dan cowok itu juga melihat sekilas ruang kepala sekolah.
"Hmm." Cantika berdehem saja.
"Lo baru saja keluar tadi dari ruang kepsek?" tanya Malik heran.
"Iya, menyelesaikan urusan penting," jawab Cantika.
"Oh urusan penting, apa tuh?" tanya Malik lagi dan sangat penasaran sekali.
"Pengunduran diri."
"Oh ya lo emang mau keluar dari atlet, baru ingat gue dan btw, kenapa lo mundur dari altet?"
"Banyak tanya deh lo." Cantika membalikkan tubuhnya dan berniat akan meninggalkan Malik.
"Heleh kan gue pengen tau doang, masak ga boleh sih." Malik tetap menyusul Cantika dan menjajarkan dengan langkah kaki Cantika.
"Enggak, buat apa lo tau kan." Cantika memasang wajah sinisnya.
"Kita kan berteman, Cantik. Ya bolehlah gue tau sedikit tentang lo."
"Gak." Cantika menggeleng.
"Ya sudah gue ke kantor dulu aja dan tanya langsung ke kepsek," ucap Malik yang berkedok ancaman. Malik hanya ingin gadis itu menceritakan apa yang baru saja terjadi.
"Ck, ya deh gue bilangin." Cantika mendengus dan tak mau Malik bertanya langsung ke kepala sekolah yang diduga masih sanak keluarganya Malik.
Malik memasang wajah tengilnya dan menunggu Cantika mengeluarkan suaranya lagi.
"Gue habis mengurusi surat resmi Pengunduran diri dan sekarang gue sudah resmi. Sudah tidak ada lavi urusan sama atlet gue ini dan gue nantinya mau pamitan sama temen-temen gue di atlet ini selepas pulang sekolah."
"Nah gitu kan enak cerita sama gue biar lo juga lega dikit. Btw, lo kenapa mengundurkan diri? Katanya lo hebat main taekwondo dan sering menjuarai berbagai jenis lomba." Malik mengernyitkan dahinya dan sangat penasaran sekali terhadap alasan Cantika yang ingin keluar dari atlet taekwondonya.
"Iya karena gue capek aja," jawab Cantika berbohong. Secapeknya dia sebenarnya tidak ada keinginan untuk keluar dari atlet taekwondonya namun ini pilihannya sendiri keluar demi sang ibu yang harus dijaga dan dirawat. Ia tak mau menjadi anak yang menelantarkan kedua orang tuanya sebab hanya ibunyalah yang dimiliki dan Cantika tidak sanggup membayangkan kehilangan sosok ibu di dalam kehidupannya. Ibunya sangat segala-galanya bagi kehidupannya.
"Oalah lagi capek."
"Bukan capek doang sih, tapi pengen lebih fokusin belajar."
"Belajar atau cari duit biar gak ninggalin nyokap lo?" Malik sudah menebak jelas alasan Cantika memilih keluar dari atletnya.
"Lo kok bisa tau." Cantika seketika gugup.
"Karena seorang atlet selalu sibuk apalagi sering ke luar kota buat ikut lomba. Lo gak ada waktu buat ibu lo di rumah dan ibu lo pula lagi sakit-sakitan. Dari atlet juga lo dapat gajian tapi disisi lain meninggalkan ibu sendirian juga gak tega akhirnya lo pilih mencari kerjaan di sini. Sudah bisa ditebak itu semuanya dan semoga lo bisa melewati semuanya intinya jangan lupa selalu berdoa." Malik tersenyum manis dan menatap lekat ke Cantika.
"Lo kenapa selalu bisa langsung memahami gue?" tanya Cantika heran.
"Entah, gue juga gak tau bisa sepaham itu tentang lo tapi emang gue niat beneran bisa jadi teman baik lo. Mendengar keluh kesah lo tapi kalau belum siap ya sudah enggak papa dan gue ngerti kok dan juga sudah siap sedia nunggu lo." Malik mengulum senyumannya simpul.
"Ya sudah tungguin aja lagian gak semudah itu tau tentang gue." Cantika menggelengkan kepalanya.
"Mudah, asal bikin lo nyaman dulu," ujar Malik namun terlambat sebab Cantika sudah pergi mendahuluinya.
"Aih cepet banget jalannya kan gue tadi masih mikir mau jawab apa." Malik berdecak kesal dan tetap menyusul langkah kaki Cantika yang sudah lumayan jauh dari pandangannya.
...
"Tik."
"Iya, Lan." Cantika agak terkejut mendengar seseorang menyebutkan namanya dan menepu pundaknya tiba-tiba.
"Ngagetin aja deh lo," sambung Cantika sembari menerima botol minuman rasa teh hijau dari Melani.
"Haha habisnya lo duduk sendirian disini gak ngajak-ngajak, emang lo lagi pengen sendiri kah?" tanya Melani heran.
"Iya." Cantika mengangguk.
"Heleh atau emang lagi bosan temenan sama gue dan lebih milih bareng Malik terus?" Melani tampak cemburu mengetahu Cantika terus bareng dengan Malik dibanding dirinya yang jarang ada waktu main bersama.
"Heh lo bicara apa sih, Lan. Kagak la kalau bosen dan gue sama Malik juga biasa saja. Mungkin kebetulan bareng dan gue lagi jalanin taruhan. Gara-gara salah nebak waktu taruhan jadinya gue terpaksa harus pergi pulang bareng dia selama seminggu." Cantika menyibakkan rambutnya ke belakang karena merasa gerah dan suasana di siang hari ini begitu panas sekali. Ingin saja Cantika menguncir rambutnya namun ia tidak percaya diri saja dan merasa wajahnya jelek. Karena ucapan seseorang di masa lalunya membuatnya menjadi pribadi yang tertutup dan suka dengan kesendirian.
"Oh kirain lupa sama gue gitu, soalnya gue takut la kehilangan teman dan cuman lo teman gue yang bagi gue paling bikin nyaman. Siapapun teman yang mau rebut lo dari gue, gue hajar duluan." Nafas Melani memburu dan emosi membayangkan Cantika direbut oleh orang lain. Melani tidak mau kehilangan sosok teman baiknya ini.
"Haha enggak kok, lo tau sendiri aja gue gak mudah bergaul dan cuman lo kan yang selalu bareng sama gue. Tenang aja, gue tetep disini dan di samping lo."
"Aw makasih." Melani memeluk Cantika sebentar dari samping.
"Iya." Cantika mengangguk samar.
"Btw, lo lagi ada masalah?" tanya Melani heran dan ia mengamati mata Cantika yang sorot matanya tampak menunjukkan rasa kerapuhan.
"Haha enggak, kan lo dah tanya lagi. Gue emang pengen serindian," jawab Cantika.
"Tapi gue disini ganggu lo gak?" tanya Melani cemas.
"Enggak, santai aja gue mah." Cantika menggeleng dan memang tidak merasa tergangu oleh kedatangan temannya kemari.
"Bagus deh, eh gue punya permen nih." Melani memberikan lolipop yang baru saja dibelinya tadi.
Cantika menerima permen lolipop dari Melani dan tak lupa mengucapkan kata terima kasih pada temannya. Seketika Cantika teringat adiknya Malik yang pernah ia belikan jajanan ini dan ia pun tersenyum apalagi Malik begitu senang melihatnya bisa membuat adik-adiknya yang sebelumnya rewel menjadi tenang.
"Ekhem senyum-senyum sendiri lo." Melani menyenggol lengan Cantika yang diam-diam mendadak senyum-senyum sendiri. Melani yang tadinya mengamati sekitar area ini dan heran melihat kelakukan temannya di sebelahnya.
"Eh?" Cantika tersadar dan memasang muka biasa saja.
"Lo bayangin siapa hayo?"
"Gak bayangin apa-apa kok." Cantika menggeleng cepat.
"Hadeh, bohong lo. Pasti lagi bayangin Malik kan? Elah gue kira temenan tau-taunya bakal lebih." Melani menggoda Cantika sambil menaik turunkan alisnya beberapa kali.
"Ah enggak." Cantika tetap mengelak dan tidak mengakui dirinya tadi baru saja membayangkan Malik.
Melani tersenyum dan geleng-geleng kepalanya melihat Cantika yang ketahuan salah tingkah walau temannya itu berusaha menyembunyikannya. Cantika pun melahap permen lolipop pemberian dari Melani.
"Jujur deh gue itu merasa kenal cowok kayak Malik bikin bahaya buat lo sendiri," ucap Melani.
"Bahaya kenapa?" tanya Cantika bingung.
"Emm lo lihat sendiri deh Malik suka ramah ke cewek-cewek dan dia penuh perhatian ke lo. Lo jangan terlalu baper deh sama perlakuannya entar lo sakit hati lihat dia ramah ke cewek-cewek."
"Kenapa sakit hati? Gue sama Malik itu gak ada apa-apanya kali." Cantika mendengus.
"Iya masih awal aja lo bareng sama Malik. Lama-lama lo itu juga suka sama dia. Gue udah banyak kenal cowok-cowok dan mantan gue juga banyak. Gue tau sifat sikap cowok juga dan gue paling benci sama cowok yang suka ramah sama cewek sih. Sebel aja gitu lihatnya apalagi ramah di depan gue langsung soalnya belum nemu cowok yang bisa jaga hati ceweknya disaat banyak cewek yang deketin dia. Tapi disisi lain juga pacaran sama cowok cuek pun sulit. Hadeh memumetkan kepala." Melani menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Tapi gue sama dia cuman temen biasa, Lan. Lo kok nanggepnya lebih."
"Temen sih temen. Tapi lo gak baper napa sama perlakuannya Malik yang spesialin lo banget kayak orang yang ngajak PDKT deh." Melani membenarkan kuncirannya yang agak amburadul saat ini
"Gue biasa saja," jawab Cantika ragu.
"Bohong, mata lo tuh gue lihat gak bisa bohong ke gue. Lo sudah jatuh ke perangkapnya dan hati-hati aja kedepannya lo merasakan sakit hati luar biasa sih. Eh tapi kalau Malik juga sama ada rasanya sama lo gak masalah sih. Lo akhirnya punya pacar juga dan merasakan manisnya pacaran walau nantinya ada pahitnya juga." Melani tersenyum lebar.
"Gue sama dia real berteman, Lan. Gue gak ada rasa sama dia dan begitu juga dengan dia sama gue. Malik memang punya sifat dan sikap manis karena dia gitu ke adik-adiknya. Malik tau caranya menghargai dan menghormati wanita. Malik memang ingin banget berteman sama gue yang katanya gue bakal jadi teman asyik dan dia butuh teman cewek yang sifatnya kayak gue. Gue yang gak gatelan dan jutek. Tapi gue gak mau temanan sama cowok sih." Cantika mengusap lehernya sendiri dan merenggangkan otot-otot rahangnya yang terasa kaku.
"Gak mau tapi masih nampak bareng terus tuh." Melani terkekeh pelan.
"Dia yang memaksa banget dan lo tau sendiri kan dia suka ngintilin gue kemana pun gue pergi. Selalu ada kejadian dimana gue butuh pertolongan dan dia datang bantuin gue. Heran deh kenapa gitu dia datang di waktu yang tepat banget." Cantika juga memperhatikan luka di lutut kakinya yang perlahan mengering dan sudah tidak terlalu sakit.
"Kayaknya dia hadir dikehidupan lo memang sudah takdirnya dari Tuhan buat bantuin susahnya lo deh." Melani berdecak kagum, mendengar cerita dari Cantika tentang Malik yang sebenernya terjadi belakangan ini bersama temannya tersebut. Melani baru tau kalau Malik selalu ada di saat Cantika sedang membutuhkan bantuan.
"Haha masak gitu? Gue gak percaya sih." Cantika terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Hadeh, takdir dari Tuhan tidak ada orang yang tau dan kejadiannya itu sungguh di luar dugaan kita. Seperti datangnya rezeki tiba-tiba dan boom aja rasanya." Melani merentangkan kedua tangannya dan begitu semangat membicarakan soal hal yang tidak diduga datang di dalam kehidupan.
"Oh begitu, jadi menurut lo dia dagang karena sudah ditakdirkan masuk ke dalam kehidupan gue gitu kah?" tanya Cantika lagi.
"Iya, Tik. Tapi takdir datang juga belum tentu bisa bertahan selamanya."
"Kok bisa?"
"Ya bisa saja sih ya semoga saja Malik gak pergi dari kehidupan lo," ucap Melani sambil mengangguk yakin.
"Haha kenapa jadi bahas dia terus sih lagian gak penting dan gue gak mau tau entah dia pergi atau disini. Gue cuman mengenal doang dan gue gak anggap teman juga. Gue biasa saja dan gak ada rasa tertarik pun dengannya." Cantika menghembuskan napasnya panjang dan beranjak berdiri.
"Setidaknya anggap dia ada lah dan apa salahnya berteman ya walau gak mungkin selamanya jadi teman." Melani ikut berdiri dan mengikuti kemana arah Cantika pergi.
"Gue gak pernah anggap dia teman dan gue cuman anggap dia sekedar kenal doang. Sudah deh jangan bahas dia lagi dan kalau dia tau malah tambah PD." Cantika melirik Melani sekilas.
"Sayang banget sih, padahal gue pengen tau, dapat teman cowok sepengerhatian Malik walau sakit hati tentu saja karena gue tipe orang yang kalau cemburu itu galak banget dan pastinya gue galak ke fans-fansya. Resiko dekat sama seleb sekolah ya gitu."
"Iya sana cari."
"Susah Tik, sekali dapat pasti ngajak pacaran padahal gue pengennya sih temenan aja lebih enak dan enjoy sih menurut gue." Melani mengerucutkan bibirnya.
"Iya cari pacar aja deh dan tumben lo masih jomblo aja? Biasanya sudah dapt cowok lagi."
"Ah gue lagi males cari cowok sih lagi pengen bebas bentar deh dan kalau sudah punya cowok jadi gak bisa bebas." Melani menggaruk rambutnya lagi.
"Weh tumben malesan lo, buaya betina."
"Ish lo mah."
Cantika terkekeh pelan dan pandangannya kembali fokus ke arah jalannya.
...
Sepulang sekolah, Cantika dan Melani memilih membeli makanan yang disukai mereka terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Cantika sempat bilanh pada Malik yang masih bersenda gurau dengan teman-temannya dan Malik menganggukinya serta titip jajanan tersebut.
"Akhirnya mampir ke sekolah ini juga, Pak." Melani menyengir lebar memperhatikan gerobak cimol, makanan kesukaannya yang terpakir di depan sekolah dan Melani benar-benar tidak sabaran ingin memakan Cimol.
"Lo beneran ngidam cimol deh." Cantika geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya tersebut.
"Iya seperti mengidam saya guys." Melani mengusap perutnya dan sesekali mengajak pedagangnya mengobrol basa-basi.
"Ada-ada aja deh lo." Cantika memilih membeli paling akhir dan mendahulukan temannya yang tak sabaran soal makanan ini.
"Gak usah bayar biar gue aja deh." Melani menurunkan tangan Cantika yang tengah menyodorkan uang ke pedagang cimol.
"Pak uang kembalikan gak usah balik dan buat teman saya ini aja." Seperti begitulah Melani, selalu royal terhadap Cantika dan Cantika juga tak diam saja, ia membalas budi dengan melindungi Melani dimana pun temannya itu berada. Karena Melani memiliki trauma yang sangat mendalam di masa lalunya sehingga Cantika selalu menemani Melani ketika menunggu jemputan sampai Melani benar-benar sudah masuk ke dalam mobil orang tuanya. Cantika tau semuanya tentang Melani dari orang tua Melani sendiri dan Melani tidak tau kalau Cantika tau semuanya tentang dirinya.
"Gak usah, Lan."
"Ish udah gak papa, ayo ke halte!" ajak Melani sambil menarik tangan Cantika untuk menyebrang jalan.
"Panas banget cuacanya ih. Mana jalanan gak sepi-sepi lagi dan bikin males gini." Melani berdecak sebal melihat jalanan di sekitar ini begitu ramai dan membuatnya kesulitan akan menyebrang jalan raya ini. Tempat berteduh paling nyaman hanya ada di halte bus seberang sana.
"Sabar Lan." Cantika tau temannya itu orangnya tidak sabaran dan suka buru-buru ketika melakukan suatu hal.
Cantika merasakan kakinya longgar di dalam sepatunya dan ternyata tali sepatunya lepas. Cantika pun berjongkok dan berniat membenarkan tali sepatunya terlebih dahulu sebelum menyebrang jalan.
"Ayo Tik jalanan mau sepi!" Melani agak membungkukkan badanya sambil menepuk pundak Cantika beberapa kali.
"Iya, bentar Lan." Cantika dengan buru-buru menali sepatunya asal dan setelah selesai pun tangannya ditarik oleh Melani.
Cantika reflek menoleh ke kanan dan matanya membulat ada sebuah mobil sedan dalam kecepatan tinggi disana. Kedua kaki Cantika lemas, kepalanya pening dan melepaskan tangan Melani yang menariknya tadi. Melani terkejut melihat Cantika yang malah terduduk di atas jalan raya yang akan kembali ramai.
"Tik lo kenapa?" tanya Melani khawatir dan ikut duduk di atas jalan raya meski ada orang-orang pengendara jalan raya mengamuk pada mereka karena telah menganggu jalan yang mereka lewati sekarang. Mobil sedan tadi juga memperlambat kecepatannya mendadak dan melewati mereka ke arah jalan yang lain.
Tubuh Cantika bergetar dan gadis itu tidak menangis melainkan ketakutan. Kedua tangannya pula menutupi kedua telinganya mendengar bunyi klakson beberapa kali di sekitar jalan raya.
"Tik ayo minggir dulu yuk, kita di tengah jalan lho." Melani sangat mencemaskan temannya yang mendadak sikapnya berubah begini dan ia tidak tau apa penyebab Cantika bersikap aneh di tengah jalan saat ini.
Tidak lama kemudian seorang satpam datang menghampiri mereka dan memapah Cantika untuk kembali ke sekolah. Cantika kini berada di dalam ruang kesehatan dan Melani jelas takut sekali kalau ada apa-apa soal Cantika sebab temannya tidak berbicara sama sekali. Cantika hanya mengeluarkan suara deheman seperti orang yang lagi ketakutan dan memikirkan sesuatu yang buruk. Bahkan Cantika tidak mau meminum air putih lantas Melani keluar dari ruang kesehatan dan mencari seseorang yang diharapkan bisa membantunya sekarang.
"Malik!" teriak Melani begitu melihat sosok laki-laki yang sedang mengenakan jaket di parkiran motor.
"Iya, Lan. Ada apa?" Malik mengernyitkan dahinya heran menatap raut wajah Melanu yang tampak mencemaskan sesuatu.
"Cantika Lik! Gawat!"
"Gawat gimana maksud lo!" Sontak tubuh Malik menegang mendengar nama Cantika disebutkan dengan nada suara yang mencemaskan daei Melani.
Langsung saja Malik berlari dengan secepatnya menuju ruang kesehatan dan ingin melihat kondisi Cantika sekarang.
...