Part 22

1026 Words
Part 22 "Ayo-ayo!" Si kembar kompak meneriaki Malik dan Cantika yang bersiap bertanding. "Kakak Cantik menang hore!" Salma berteriak heboh dan lebih mendukung Cantika daripada kakaknya sendiri. "Belum dimulai Salma ya." Silma mendengus dan menyuruh Salma berhenti berteriak heboh karena suaranya yang terdengar cempreng sekali dan memekakan telinganya. "Iya ya tau Salma ya." Salma juga mendengus dan mereka berdua pun menonton Malik dan Cantika yang malah ribut sendiri. "Mereka ngobrol apa ya?" tanya Salma melirik Silma sejenak. "Entah, dilihat aja." Si kembar duduk di atas sofa mungil dan di depannya terdapat makanan ringan berserta minuman. Disisi lain... "Eh gak jadi deh Cantik, gue tadi bercanda doang." Malik merasa tidak enak pada Cantika karena mengajaknya bertanding padahal kondisi fisik Cantika belum sepenuhnya pulih. "Lo nantang gue dan gue terima la. Terus lo mau menghentikan tandingan ini dengan cuma-cuma?" Cantika menatap Malik sinis. "Bukan begitu, kaki lo kan masih sakit." Malik menunjuk ke arah kakinya Cantika. "Gak sakit parah dan masih bisa buat bertanding. Ayo di mulai!" Cantika sudah bersiap-siap namun Malik lagi-lagi menghentikan pertandingan dadakan ini. "Gak mau deh, tuh ada dua bocil dan gak baik gelud di depan mereka." "Ah iya." Cantika sadar ada dua bocah disini dan tidak baik anak kecil menonton pertandingan seperti ini. Namun si kembar sangat semangat ingin menonton pertandingan pergelutan mereka sekarang. "Kakak Malik kakak Cantik kenapa kok diam-diam saja kan kita gak sabar nonton pertandingan." Omel Silma. "Emm maaf Silma Salma, kita gak jadi tanding." "Ish." Si kembar memasang raut wajah kecewanya karena mereka tidak jadi bertanding padahal mereka tidak sabar menonton mereka bertanding. "Kenapa kok gak jadi sih?" tanya Salma penasaran alasan mereka tidak jadi bertanding. "Kan kakinya kakak Cantik sedang sakit dan katanya lagi kambuh." Malik memberikan kode kepada Cantika untuk mulai berakting sesuai rencana. Cantika terpaksa melakukan itu agar si kembar tidak jadi menonton pertandingan mereka sebab psikis anak kecil harus dijaga dan tidak bagus menonton perkelahian atau menyakiti fisik orang lain. "Yahhh." Si kembar mendesah kecewa. Mereka tidak jadi menonton pertandinhan tinju antara Malik dan Cantika. "Maaf ya, kapan-kapan saja kalian melihat pertandingan kita dan eh ya bundamu udah pulang kerja apa belum?" tanya Malik pada si kembar. "Belum pulang masih nunggu beberapa menit lagi mungkin," jawab Silma sambil menatap jam dinding di ruangan ini. "Masih lumayan lama ya." Malik melirik Cantika, ia tau Cantika sedang gugup akan mendaftarkan diri sebagai salah satu pegawainya Zena. "Iya." Cantika menjawab singkat dan jarang Cantika merespon ucapannya membuat Malik sedang dan terharu. "Direspon gini senang walau singkat dan kurang si rasanya. Tapi tidak apa yang penting direspom hiks." Malik mengusap pelupuk matanya padahal dia tidak menangis beneran dan hal itu membuat Cantika tertawa. "Bahahaa." Malik tersenyum saat Cantika tertawa dan ketika sadar, raut wajah Cantika panik lalu mengubah raut wajahnya mencoba bersikap biasa saja. "Lucu juga deh lo apalagi suara ketawa lo yang renyah ini bikin nagih deh. Ketawa lagi dong." Malik malah meminta Cantika tertawa kembali dan Cantika pun memukul bahu Malik dan dalam keadaan tangannya yang masih mengenakan sarung tinju. Malik mundur beberapa langkah sambil memegangi bahunya yang sakit akibat serangan dadakan dari Cantika. "Ah." Malik meringis. "Makanya jangan macem-macem sama gue. Kan lo yang kena mental." Cantika menatap Malik remeh. "Heleh, gue juga bisa bales kayak gini eh!" Belum juga Malik menyerang Cantika, kakinya malah keselep mendadak sehingga tubuhnya menubruk ke tubuh Cantika dan keduanya terbaring di atas lantai yang dingin. Malik dan Cantika saling memandang sejenak dalam posisi tubuh Malik berada di atas Cantika. Lalu mereka sadar dari posisinya saat si kembar berteriak heboh dan malahan menggoda mereka. Mereka berdua salah tingkah dan buru-buru kembali berdiri. Cantika berusaha menahan senyumannya dan beraut muka datar sedangkan Malik malah tetap tersenyum sambil menggaruk tekuknya. "Kakak Malik sama kakak Cantika lagi pacaran ya? Iyakan kan? Etciee." Salma paling heboh dalam hal menggoda mereka. "Heh kalian tau kata pacaran darimana?" tanya Malik dan melototi mereka. "Kata temen-temen kalau duduk berdua sama cewek cowok begitu," jawab Silma sejujurnya. "Wah bahaya ini masih kecil-kecil gini sudah tau pacaran." Malik menegur mereka. "Ih marahin temen-temen lha kakak Malik kan Salma cuman ikut-ikutan doang." Salma mencebikkan bibirnya dan Malik menarik bibir mungil itu lantas mendapat tebasan dari tangan mungilnya Salma hampir tidak terasa sakitnya. "Ini mulut kayak bebek." "Aa kakak Malik nakal, kakak Malik bukan kakak Salma. Kakak Salma yang ini doang." Salma buru-buru menghampiri Cantika dan memeluk kaki gadis tersebut. "Kakak Cantik fiks kudu jadi kakak Salma." Salma mendongakkan wajahnya dan Cantika pun menangkup pipi chubby Salma. "Iya Salma." "Yeee kakak Cantik itu kakak Salma yes." Salma memeluk kembali kaki Cantika sambil melonjak-lonjak kesenangan. Selanjutnya Malik menoleh ke samping dan Silma hanya diam saja. "Sini Sil sama kakak." "Ish males sama kalian." Silma membalikkan tubuhnya namun Malik segera menahan tubuh Silma supaya tidak pergi terlebih dahulu. "Kenapa kok males sama kita?" tanya Malik bingung sebab Silma mendadak marah kepadanya dan ke yang lain. "Iyalah, bosen gini-gini aja deh. Silma mau main sama temen dulu, bye! Eh bentar." Silma yang tadinya akan keluar dari ruangan pun tak jadi dan menghampiri Cantika. "Kakak Cantik." Panggil Silma pada Cantika sambil menarik rok Cantika beberapa kali. "Iya." Cantika membelai rambut Silma dan tersenyum tipis. "Kalau kakak Malik jahat, bilang ke Silma aja nanti Silma yang marahin." Sontak ucapan Silma itu membuat Malik tertawa terbahak-bahak bahkan sampai guling-guling di atas lantai ruangan ini Salma ikut tertawa melihat kakaknya tertawa segitunya kemudian menaiki tubuh Malik dan menganggap kakaknya itu ialah kuda. "Hadeh ini bocah malah naik dipunggung gue." Terpaksa Malik menjadi kuda dadakan supaya adiknya tidak menangis meski rasanya capek pula tubuhnya. "Bahahha kuda naik kuda!" Teriak Salma heboh, Silma yang merasa pengen pun ikutan naik dan duduk di belakang Salma. "Yahahaha kuda!" Silma memekik kesenangan juga dan memukuli p****t kakaknya. "Eh buset ini dua bocil meresahkan sangat." Malik mengeluh sedangkan Cantika tertawa terus menonton aksi si kembar yang sedang menyiksa Malik dengan tingkah lucunya. Malik diam-diam memperhatikan Cantika saat sedang tertawa lepas sekarang. 'Gue rela jadi badut demi lo tertawa begini deh'--batin Malik. "Hiyaaaa!" Terakhir Malik menggendong mereka, dua-duanya sekaligus dikedua tangannya. "Kakak Cantik pengen digendong kakak Malik gak?" tanya Silma kepo. "Enggak." Cantika menggeleng. "Ya sudah gantian kakak Cantik yang digendong sama kakak Malik." "Ha?" ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD