Ok, untuk perintah absurd nya itu, aku agak salut sih. Maksudku, aku salut dengan muka tebalnya itu. Dia jelas enggak bisa mengaturku, karena aku bukanlah siapa siapa untuknya. AKu hanya lah mantan yang dulu pernah ia lecehkan. Jadi seharusnya mungkin dia tidak perlu mengatakan hal itu. Lagi ... kenapa dia bisa berada di sini. yang jelas jelas merupakan kawasan apartemen yang aku huni. "Bukan urusan kamu!" desis ku kesal. "Dan kamu membiarkan anak mu di dalam sendirian?" "Dia jelas enggak sendirian, karena ada seorang perawat yang menunggunya." Kenapa juga dia jadi ikut campur. Sedangkan ini sama sekali bukan urusannya. Aku heran dengan laki laki jenis ini. Sungguh ingin sekali memukul kepalanya kalau saja di sini tidak ada tukang jangung dan juga pak Mana. "Dan kamu percaya dia?