Dokter Sonia tersenyum padaku, ketika aku sadar. Beliau meletakan s**u hangat di atas meja. "Ada seseorang yang mengirim kamu ke sini. Saya tidak tahu siapa, namun orang itu sudah membayar semuanya meski saya menolaknya." ungkapnya. Aku perlahan bangun dan mengusap perutku ini. Kembali ingatanku pada Hera yang melemparkan struk pengiriman uang yang mungkin ia temukan. Aku tidak tahu apakah Mas Damar memang memberikan struk itu, atau justru diam diam Hera tahu. "Terima kasih Dokter, Sonia." ujarku. Dia tersenyum seraya memegang tangan ku selama beberapa saat. "Sama sama. Kalau enggak enak badan, kamu sebaiknya menginap saja di sini, aku akan mengurusmu." ujarnya. Aku sebenarnya merasa amat malu pada beliau. Dia sangat baik sekali, dan sudah melebihi keluargaku sendiri. "Kenapa Dokter So