Angkasa mundur selangkah saat Akasia melambatkan langkah dan berbalik ke arahnya. Wanita itu kini menatap, tepat di bola mata Angkasa yang tengah memandang ke arahnya yang tergopoh-gopoh pergi dengan langkah lebar, hijabnya tampak meriap diterbangkan angin malam. Maafkan aku yang menyangka kalau kamu munafik dan berlindung di balik pakaian muslimah mu, Akasia. Maafkan aku yang tidak mampu meraba ketulusan hati dan cintamu, maafkan aku pria durjana yang terlambat meyakini kalau kau terlalu suci untuk kuteriaku jalang! Angkasa merintih. Sakit sekali menyadari begitu besar kesalahan yang telah dia perbuat buat Akasia. "Mengapa memanggilku?" tanya Akasia menyelinap dalam sepi yang tiba-tiba saja hadir diantara mereka. Tentu saja, malam sudah begitu larut, sebagian besar orang mungkin s