"Anda memanggilku?" kening Angkasa sedikit berkerut. Rasa galau dalam hatinya belum pergi, mendapati ada yang mengetuk kaca dan memanggil namanya membuatnya sedikit enggan. "Betul. Aku memanggilmu. Turunlah!" Memerintah. Angkasa menoleh. Seraut wajah Danial tampak menatapnya dengan tajam. "Ada apa?" Angkasa menatap ke arah Danial, sesaat kakinya menjejak tanah yang mulai basah. Gerimis ini tidak besar tapi cukup membuat gigi angkasa terasa gemerutuk karena dingin. Danial tersenyum hambar. Gara-gara uang lima puluh juta dari Angkasa dia harus kehilangan satu-satunya wanita yang mampu membuat dadanya menghangat dan berdesir. "Aku melihat kamu mengobrol bersama Akasia sebelum dirinya pergi. Ada hubungan apa diantara kalian?" Seperti biasa Daniel bertanya pada orang di hadapannya tan