Rampas!

1636 Words
“Anya!” Elise berseru kaget, kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat sahabatnya itu malah disandera oleh Dominic. “Lepaskan Anya!” titah Elise pada pria arogan disampingnya itu. “Aku bisa saja melepaskan dia, dengan persyaratan kau mau menikah denganku.” balas Dominic dengan senyum kemenangan yang jelas tercetak pada wajahnya. Elise memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut “Apakah tidak ada opsi lain?” gadis itu mencoba untuk bernegosiasi. “Ada.” jawab Dominic singkat, tatapannya tetap tidak ia alihkan dari menatap pada wajah cantik Elise. “Katakan,” pinta Elise tidak sabaran. “Buka gerbangnya! Aku membebaskan kau pergi Elise.” bicara Dominic yang terkesan ambigu. Elise tidak mau gegabah, gadis itu bisa merasakan kelicikan Dominic melebihi kelicikan papanya, Lucas. “Konsekuensinya apa?” tanya Elise dengan tatapan yang menuntut sebuah penjelasan. “Sahabatmu, malam ini terpaksa harus aku lelang, dan aku yakin sekali, para p****************g akan berebut untuk membelinya.” ancam Dominic sambil menyeringai.. “Kalian benar-benar binatang!-” desis Elise, tatapan di alihkan pada Anya yang juga sedang menatap padanya. Dengan mulut dibekap dan tangan juga diikat kebelakang, sambil menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lepaskan Anya, aku akan menikah denganmu.” ucap Elise setelah berpikir panjang. Anya tidak ada hubungannya dengan permasalahan ini. Maka sungguh tidak adil jika Elise harus mengorbankan sahabatnya itu demi kepentingan pribadinya. Bukankah itu egois namanya? “Baik! Lepaskan perempuan itu.” titah Dominic pada bawahannya. “Elise, tolong jangan lakukan ini, aku akan merasa bersalah padamu nanti.” bicara Anya disela isak tangisnya. Setelah ajudannya Dominic membebaskan perempuan itu. “Anya, aku titip toko bungaku.” hanya itu yang mampu Elise ucapkan. “Bawa dia pergi!” Setelah mendapatkan perintah dari Dominic, beberapa orang pria kekar, menarik paksa Anya keluar dari pekarangan mansion De’Rose. “Aku permisi calon istri, besok aku akan menjemputmu.” bicara Dominic, mengangkat sebelah tangannya, mengelus pipi mulus Elise menggunakan punggung jarinya. “Lucas! Pastikan pengantinku besok terlihat cantik dalam balutan gaun pengantin yang sudah aku kirim.” pungkas Dominic, kemudian berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Elise yang masih terpaku di tempatnya berdiri. “Nona..” “Aku bisa sendiri!” ketus Elise saat pelayan datang dan mengajaknya masuk ke dalam mansion. Melangkah melewati Mary Anne yang menatap padanya dengan kilat cemburu jelas terpancar dari netra kembar miliknya. “Jangan pikir kamu bisa menang jika sudah menikah dengan tuan muda Dominic.” desis Mary yang masih bisa tertangkap indra pendengaran Elise. “Maka ajarkan Grace untuk menjadi wanita simpanan Dominic, sama seperti anda yang awalnya hanya wanita simpanan Lucas dan berakhir menjadi nyonya besar di mansion ini.” sarkas Elise, terus melangkah masuk ke dalam hunian. “Kurang ajar sekali kamu!” “Mary! Sudah!” teriakan dari Lucas barusan itu sontak menghentikan perbuatan istrinya yang sekali lagi mau menampar Elise. "Lucas..-" Mary menatap tidak percaya pada suaminya karena ini adalah pertama kalinya Lucas membentak wanita itu. "Jika sampai Elise kenapa napa, maka perusahaan kita menjadi taruhannya." jelas Lucas. "kamu tau sendiri Dominic tipe seperti apa." "Andai saja Grace yang menjadi istri Dominic, kita tidak usah mencari muka di depan perempuan itu." Mary mendengus kesal dan berlalu pergi sambil menghentakkan kakinya. … Mansion Barzini. "Bagaimana aktingku? berapa jempol yang mau kau acungkan?" tanya Anya menyambut kepulangan Dominic, melenggang dalam balutan lingerie merah yang menampakkan lekuk tubuhnya. "Apakah sekarang ini kau sedang menggodaku Anya hmm?" tanya Dominic dengan picingan mata. tak menggubris pertanyaan Wanita itu barusan. Dominic memeluk pinggang Anya hingga tubuh bagian depan mereka menempel sempurna tanpa jarak. "Kau memang teman bastard Anya!" desis Dominic di kuping wanitanya itu. "Bukankah dirimu yang mengajarkanku menjadi seorang bastard hmm?" balas Anya. “Aku suka wanita sepertimu Anya, tapi jangan pernah kau mengkhianatiku sama seperti yang kau lakukan pada Elise.” bisik Dominic pada Anya. “Aku tidak berani mengkhianatimu Dominic,” lirih Anya dengan mata terpejam, menikmati belaian lembut punggung jari Dominic pada bibir seksinya. Dominic menyeringai, tangannya mulai turun dan meremas dengan nakal, dua gundukan sintal milik Anya yang menyembul dari balik gaun tidur. Mengendus leher jinjang wanita itu sambil berbisik “Uang tiga puluh ribu dollar, dan.. Elise yang melayani kamar VIP di Nebula club. Semua itu kamu yang atur.” Deg! Anya seketika menolak pelan tubuh kekar Dominic, wajahnya pucat pasi “Dom, a-aku.” “Untung saja Lucas berhasil menculik Elise, andai saja gagal. Kau pasti tau akibatnya seperti apa.” desis Dominic dengan tatapan tajam. “Dom, kau tidak mencintai Elise, tapi kenapa kamu malah nekad sekali mau menikahi perempuan itu?” perasaan cemburu dan iri hati mulai merayap ke dalam diri Anya, karena setiap kali Dominic menyebutkan tentang Elise, dirinya mulai merasakan kehilangan dan tersaingi. Alisnya menukik tajam saat mendengarkan pertanyaan itu“Aku juga tidak pernah mencintai wanita manapun termasuk dirimu.” balas pria jangkung itu, menatap tepat pada manik kembar milik Anya dengan tatapan yang penuh mengintimidasi. Glek! Sekali lagi, Anya menelan kasar ludahnya sendiri, membenahi penampilannya yang berantakan. Sementara Dominic sudah berlalu ke kamar, melewatinya begitu saja, dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana bahannya. ‘Sialan! Bagaimana dia bisa tau kalau aku yang sudah merencanakan semua itu.’ gumam Anya di dalam hatinya. ‘Elise hanya gadis polos yang bodoh, kenapa Dominic nafsu sekali mau memilikinya.’ Sementara itu, Di satu sudut yang lainnya di kota itu, beberapa ratus meter dari pelabuhan Coastal Vista, Adrian dan beberapa orang petinggi Salvatore sedang menunggu di dalam mobil. Sambil melirik pada arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya “kamu yakin mereka melakukan transaksi disini?” tanya Adrian pada Angelo yang sedang duduk di jok pengemudi. “Yakin tuan, karena info itu, tuan Dion sendiri yang menyampaikannya.” jawab Angelo panjang lebar. Menit kemudiannya, Adrian bisa melihat lampu-lampu mobil milik anak buahnya Dominic yang mulai berdatangan, dari pelabuhan sana juga terlihat Bob Murphy, kepala gangster terbesar di Las Vegas sedang berjalan sambil menenteng dua koper besar di kiri dan kanan tangannya. Sambil meletakkan ponsel ke kupingnya, dengan sorot mata yang terkesan dingin “Dion, sisakan yang lainnya padaku, Angelo dan Teresa. Urusanmu jauh lebih penting.” Klik! “Tuan,” seru Angelo sambil menoleh kebelakang. Dengan gerakan lincah, Adrian membuka pintu mobil samping, Melangkah maju, tatapannya sangat dingin, aura kelam dan membunuh begitu kuat menguar dari dalam tubuhnya. Membuat aura kepemimpinannya jelas terpancar. “Gempur!” titah Adrian pada bawahannya saat Bob dan Louis sedang melakukan transaksi. Dor! Adrian melepaskan tembakan dan tepat mengenai salah seorang dari punggawa Fontana yang langsung saja mati ditempat. ‘Kita di sergap musuh!’ aba-aba dari salah seorang punggawa Fontana. Sontak membuat yang lainnya ambil ancang-ancang dan menarik keluar pistol masing-masing “Lapor tuan Dominic!” titah punggawa itu lagi. Dalam pekatnya malam, Adrian beserta beberapa orang lagi algojo miliknya, napsu sekali membantai para musuh, bunyi teriakan bersatu dengan suara tembakan membuat pelabuhan itu seketika menjadi medan perang tempat bentroknya dua grup Mafia yang begitu dominan sekali. Darah segar muncrat di mana-mana menghadirkan bau amis yang begitu kuat sekali menusuk indra penciuman. Sehingga pada menit yang kemudian, Situasi mulai kembali kondusif dan Adrian bisa dengan mudahnya menaklukan wilayah kekuasaan Dominic serta merampas transaksi itu tanpa kehilangan salah satu dari bawahannya. “Ternyata anda yang membuat kekacauan ini!” desis Louis, menatap tajam pada Adrian yang sedang berdiri tepat di depannya. Tidak bisa melakukan perlawanan karena tangannya sudah terikat Tak menggubris ucapan Louis sebentar tadi, “Teresa, bersihkan tempat ini, jangan sampai pihak kepolisian bisa menemukan bukti apa pun.” menunjukkan pada mayat yang bergelimpangan di atas lantai. Melangkah lebih dekat pada Bob Murphy yang sudah menjadi tawanannya. “Don Salvatore! Please .-” Dorr! “Aku tidak akan pernah mengampuni seorang pengkhianat!” desis Adrian dengan tatapan dingin. Mengingat beberapa pekan yang lalu, Bob Murphy membatalkan transaksi dengannya atas alasan kekurangan dana dan sekarang ini, pria berkulit hitam itu malah melakukan sebuah transaksi besar dengan geng Fontana. Membuat Adrian merasa jika Bob sudah mengkhianatinya dan berpaling pada Dominic. “Uruskan sisanya!” titah Adrian pada Angelo, sementara dirinya kembali semula ke mobil dan berlalu pergi meninggalkan pelabuhan yang baru sebentar tadi menjadi tempat berlakunya sebuah kriminal internasional. … Mansion De’Rose | 08.00 am Pagi menjelma, suasana di mansion De’ Rose kelihatan sibuk sekali dengan para pembantu yang hilir mudik. Entah apa saja yang mereka sibukkan. Sementara di dalam kamar milik Elise, gadis itu sedang termenung mematut penampilannya yang berbalut gaun pengantin model sabrina berwarna putih. Klek! “Kau jangan pernah berpikir mau kabur Elise!” Gadis cantik itu memutar tubuhnya, menghadap sang papa dengan senyum sinis “Apakah kau akan membunuhku pria tua?” tanya Elise “Jangan memaksaku Elise.” desis pria paruh baya itu dengan tatapan dingin “Aku bisa melakukan apa saja-” “Termasuk membunuh ibuku dan berselingkuh!” “Elise!” suara jeritan Lucas melengking memenuhi ruangan, tangannya terangkat sebelah namun menit kemudian, pria paruh baya itu kembali menurunkan telapak tangannya membuat Elise tertawa. “Kenapa? Kau takut untuk menamparku hmm? Tanya Elise sambil memicingkan matanya “dasar pecundang kamu!” imbuh Elise lagi. Namun belum sempat Lucas membalas ucapan Elise barusan, orang suruhannya datang dan melaporkan jika mobil sudah siap untuk mengantarkan Elise dan Lucas ke mansion utama Barzini. “Ayo!” ajak Lucas pada Elise. “Mama dan kakakmu sudah menunggu di sana.” ujar pria paruh baya itu lagi. “Mamaku sudah mati, Lucas, dan aku juga tidak memiliki kakak maupun adik!” desis Elise melangkah melewati papanya begitu saja. “Mary Anne tetap ibumu Elise!” “Dia istrimu!” balas Elise tanpa menoleh pada sang papa. “Jangan lupa, perselingkuhan kalian yang sudah membunuh ibuku Lucas!” Elise menggeram kesal. ‘Untuk hari ini saja, aku akan mengalah padamu Elise!’ batin Lucas dalam diam. Tidak menimpali lagi ucapan putrinya itu. Semuanya Lucas lakukan demi kelangsungan bisnisnya. Namun, Mereka tidak akan pernah menduga akan ada hal besar yang sedang menunggu di mansion Barzini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD