***
~
"Karena Mommy akan menjodohkanmu dengan wanita pilihan Mommy. Dan Mom tidak menerima penolakan atau alasan apapun, sayang,." Ucap Jasmine dengan suara mantap tak terbantahkan.
Daren menganga tak percaya mendengar kalimat yang keluar dari bibir sang Mommy. Dia merasa tak terima dengan keputusan sang Mommy.
Tapi, apakah Daren sanggup menolak permintaan wanita yang sangat ia sayangi ini? Lalu bagaimana dengan kekasihnya? Bagaimana dengan perasaan wanita itu? Pikirannya mulai berkecamuk. Ia sungguh pusing.
"Jika kau keberatan dengan keputusan yang dibuat oleh Mommy mu, kau berhak menolaknya, Son" celetuk Damian. Dan itu sontak membuat Jasmine menoleh, menatap tajam wajah suaminya dengan raut tak sukanya akan apa yang diucapkan pria paruh baya itu.
Namun berbeda dengan Daren. ia bukannya senang, tapi ia merasa aneh dan sempat tak percaya akan apa yang diucapkan Daddynya. Sejak kapan pria paruh baya itu membelanya soal masalah pasangan?
Terlebih pasangannya ini adalah Shalom, wanita yang sangat Damian tak sukai. Ini pasti ada sesuatu, pikir Daren. Namun Damian kembali melanjutkan kalimatnya, yang sebenarnya belum tuntas.
"Tapi, tentu segala keputusan mutlak, memiliki konsekuensinya sendiri" ucap Damian penuh makna dengan semrik yang tercipta di wajahnya. Mendengar itu, pikiran Daren mulai berkecamuk. Tentu Daren paham akan kalimat sang Daddy.
Ia bukan pria bodoh yang bahkan tak mengerti apa pun. Tanpa Damian jelaskan panjang lebar, Daren sudah tau konsekuensi apa yang dimaksud pria paruh baya itu. Daren begitu paham dengan karakter sang Daddy. Ia menghela nafas panjang.
Entah, Saat ini pikirannya berkecamuk, sungguh ia sangat bingung sekarang. Dia memikirkan bagaimana caranya, Ia akan menjelaskan semua ini pada kekasihnya, Shalom.
Sanggupkah Daren melihat raut wajah sedih dan kecewa wanitanya. Terlebih ia akan menikahi wanita lain, bukan Shalom kekasihnya. wanita yang selama ini ia harapkan untuk menjadi ibu dari anak-anaknya. Ini sungguh rumit.
...
Kediaman Margatama,.
Beberapa hari kemudian,.
Saat ini Khesya telah berdiri tepat di depan kediaman Margatama, rumah mewah bak istana. Halaman yang begitu luas dan deretan mobil berjejer rapi disana.
Ia memandang takjub untuk beberapa saat. Yah, Khesya sudah memutuskan untuk tinggal dengan sahabat sang Ibunda nya. Tentu dengan berbagai macam pertimbangan. Maka dari itu, disinilah Khesya saat ini.
"Hey, sayang" sambut Jasmine dengan senyum lebar sambil merentangkan tangan untuk menyambut gadis itu dalam pelukan nya. Khesya tersenyum.
"Assalamualaikum, Mommy" Khesya langsung mengambil tangan Jasmine dan mencium nya. Sejenak Jasmine tertegun.
"Wa'alaikumsalam, bagaimana kabar kamu sayang,.?" Tanya Jasmine lembut
"Alhamdulillah baik, Mom" jawab Khesya sambil tersenyum. Jasmine pun sama.
"Aaah syukurlah, Mom lega mendengarnya. Mommy sangat mengkhawatirkan kamu sayang, ayo kita masuk kedalam. Mommy akan menunjukan kamar kamu yang baru sayang, biar kamu bisa langsung istirahat, hmm,.?" ucap Jasmine antusias.
Dan Khesya hanya mengangguk dan tersenyum. Ia bersyukur sahabat Ibunya ini orang yang sangat baik, bahkan sangat lembut dan penyayang. Dan ia bahagia berada disini, Ia sedikit terhibur dan sedikit melupakan kesedihan nya atas kepergian sang Ibu tercinta.
Setelah beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di lantai atas dan Jasmine langsung membuka pintu kamar untuk Khesya dan mereka melangkah masuk.
Kamar yang sangat luas menurut Khesya. Dengan king size, tak lupa juga dengan kamar mandi yang mewah di dalamnya. Kamar Khesya berada tepat di depan kamar Daren .
"Wah Mom, kamarnya terlalu besar buat Khesya, kamar yang biasa saja Mom, ini terlalu berlebihan” ucap Khesya sambil menatap takjub di sekitar kamar tersebut. Penuturan Khesya barusan membuat Jasmine tak terima dan langsung membuka suara.
"Sayang, kamu bicara apa sih? Tidak ada yang berlebihan disini, kamu ini anak perempuan Mommy, jadi yah mau tidak mau kamar untuk anak Mommy ya memang seperti ini sayang” ucap Jasmine sambil membelai rambut panjang Khesya. Khesya terenyuh mendengar kalimat wanita paruh baya itu.
"Terimakasih Mom" ucap Khesya dengan mata berkaca-kaca, Ia terharu akan perlakuan Jasmine terhadap nya. Wanita paruh baya itu dengan tulus menganggapnya seorang anak. Betapa Khesya sangat bersyukur akan nikmat yang diberikan Tuhan untuknya.
"Sama-sama sayang. Mommy hanya melakukan yang terbaik untuk anak-anak Mom, termasuk anak Mom yang cantik ini, hmm. Sudah, jangan bersedih seperti itu, sayang, nanti anak Mommy cantiknya berkurang kalau mata cantik nya berkaca-kaca seperti ini" gurau Jasmine guna mencairkan suasana. dan itu berhasil karena Khesya mulai tersenyum kembali.
"Sekarang, kamu mandi dulu ya sayang, pakaian kamu sudah lengkap semua di lemari sana" seraya menunjukan walk in closet yang ada disana. Khesya mengangguk.
"Mommy tunggu di bawah ya, kita akan makan malam bersama. Dad pasti senang karena putrinya sudah datang" ucapnya sambil tersenyum
"Iya Mom" jawab Khesya singkat dengan senyum yang tak luntur dari bibir manisnya. Jasmine pun melangkah meninggalkan kamar Khesya. Khesya memilih untuk mandi terlebih dahulu, karena Ia merasa jika badannya sudah sangat lengket sekali.
Setelah menghabiskan waktu sekitar empat puluh menit untuk membersihkan diri dan bersiap-siap. Kini Khesya berdiri didepan cermin disana, ia kembali mematut penampilannya. Khesya memilih dress selutut dengan motif bunga-bunga.
Ia terlihat sangat anggun. Rambut panjangnya ia cepol rapi ke atas, menunjukan leher jenjang dan putih mulusnya. Ia tersenyum lebar kala mendapati penampilannya yang sudah rapi.
Kemudian ia pun segera melangkah keluar dari kamarnya. Ia tak ingin membuat Damian dan Jasmine menunggunya terlalu lama.
...
Ruang keluarga...
Diatas sofa yang sangat mewah, disana Damian, Jasmine dan Daren sedang duduk sambil menunggu kehadiran anggota baru dalam keluarga mereka. Daren nampak sangat tak bersemangat.
Ia sudah tahu jika calon istrinya sudah berada di kediaman orang tuanya. Rasanya, Daren tak bisa berbuat apa pun selain pasrah. Setelah beberapa saat, Jasmine pun membuka suara.
"Sayang, sebentar lagi Mom akan kenalkan kamu dengan calon istrimu, dia sangat cantik sekali, kamu pasti menyukainya" ucapnya antusias. Sementara Daren yang mendengar ucapan sang Mommy hanya bisa bergumam malas.
Yah, Jasmine sudah menjelaskan pada Daren siapa Khesya sebenarnya. Termasuk jika sebenarnya ia dan gadis itu sudah dijodohkan sejak mereka masih kecil. Namun belum selesai sang Mommy bercerita, Daren langsung menyela cepat tanpa ingin mendengar lebih jauh akan hal yang ingin sang Mommy sampaikan.
Sedangkan Jasmine, wanita paruh baya itu paham jika sang putra pasti tidak.mood untuk membahas hal tersebut lebih jauh. Jasmine berpikir mungkin sang putra sudah melupakan kejadian 20 tahun yang lalu.
Jasmine juga memperingati Daren untuk tidak menyakiti hati Khesya, Ia harus memperlakukan Khesya dengan baik. Daren hanya bisa mengangguk, namun tak bisa berjanji dalam hatinya.
Dengan berat hati, Jasmine harus memaksa putranya sendiri untuk menikahi Khesya, karena dengan cara itu Khesya tidak akan pergi jauh darinya.
Ia akan menepati janji nya pada mendiang sahabatnya, Maria untuk menjaga Khesya dan ia tak akan kehilangan anak perempuannya.
Dengan Khesya yang akan menjadi menantunya tentu itu akan mempermudah Jasmine untuk menjaga Khesya.
Lagi pula Jasmine yakin kalau tidak akan sulit bagi Daren untuk menerima dan mencintai Khesya yang sangat cantik, baik dan juga lembut.
Sedangkan Daren, ia pun sudah memberi tahu Shalom perihal perjodohannya dengan seorang wanita yang bahkan ia sendiri belum tau bagaimana bentuk dan rupanya.
Saat ia dan Shalom membahas masalah ini, wanita itu marah dan kecewa terhadap Daren. Bagaimana bisa ia menerima kenyataan semacam ini, padahal baru beberapa hari yang lalu ia dan Daren membahas rencana pernikahannya dengan pria ini.
Disaat yang bersamaan, Shalom sangat menyesali kenapa dari dulu ia tak membiarkan benih pria itu tumbuh di rahimnya, dengan begitu ia sangat yakin, orang tua Daren tak akan punya pilihan lain, selain menerimanya menjadi menantu satu-satunya keluarga Margatama.
Namun saat ini penyesalan sudah tak ada gunanya lagi selain menerima. Yang terpenting menurutnya pria itu akan tetap mencintainya dan tak akan meninggalkannya.
Karena ia yakin suatu saat nanti Daren pasti akan menjadikannya istri, walau entah kapan itu akan terwujud. Setelah beberapa saat, Daren sibuk dengan pikiran berkecamuknya, ia pun kembali meraih kesadarannya.
...
Dari beberapa undakan tangga, Khesya turun dan berjalan menghampiri mereka yang sedang menunggunya. Ia sedikit kikuk karena ini adalah suasana baru bagi nya.
Menyadari kehadirannya disana, Damian dan Jasmine sontak tersenyum melihat Khesya yang kian mendekat. Sementara Daren ia pun ikut penasaran akan sosok seorang Khesya. Ia pun menoleh dan bergumam.
'Cantik,.'
***