PART 4

1623 Words
*** ~ Kediaman Margatama,. Malam hari,. Jam dinding menunjukan pukul 09.00 malam, Daren masuk kedalam rumahnya yang terlihat begitu sangat sepi. Tidak seperti biasanya, jika di jam seperti ini, biasanya sang Mommy masih duduk di ruang TV guna menunggunya kembali. Namun ketika Daren tak mendapatkan kebiasaan tersebut, ia merasa seperti ada sesuatu hal yang kurang dalam hidupnya. Daren terus melangkah kan kakinya. Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang sangat ia sayangi, siapa lagi kalau bukan Jasmine, sang Mommy. Setelah beberapa saat mengedarkan pandangan dan ia tak menemukan sosok yang ia cari. Daren segera melangkahkan kakinya menuju lantai atas, dimana letak kamarnya berada. Daren masuk kedalam kamarnya, ia menghempaskan tak kerjanya begitu saja di atas sofa, ia langsung menuju kamar mandi miliknya. Ia menanggalkan satu persatu pakaian yang melekat di tubuh atletisnya. Kemudian, Daren melangkah dan berdiri tepat dibawah shower di sana dan menikmati dinginnya air yang mengalir di bawah shower tersebut dan membasahi tubuh yang kuat dan sedikit merilekskan semua otot-ototnya. Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit untuk membersihkan tubuhnya, ia keluar dari sana dan melangkah menuju walk in closet. Ia memilih baju santai untuk menutupi tubuhnya. Ketika ia sudah rapi dengan setelan rumahannya, Daren langsung turun kelantai bawah. Ia kembali mencari sang Mommy. Bahkan Daren sudah mengetuk pintu kamar orang tuanya, dia membuka namun tidak mendapati siapapun disana. Ia berpikir, apa mungkin sang Mommy dsn Daddy-nya sedang ada acara? Selang beberapa menit dirinya nampak gelisah disana, tiba-tiba salah satu datang menghampirinya yang terlihat kebingungan. "Maaf Tuan. Apakah anda sedang mencari Nyonya?" tanya maid itu. Tentu, semua pekerja disana tau kebiasaan pria tampan itu, yang meski pulang larut malam dari kantornya, pria itu pasti wajib bermanja sebentar saja dengan sang Mommy. Daren yang mendengar pertanyaan maidnya, ia pun sontak mengangguk. "Yeah, dari tadi aku mencari Mommy, tapi tidak tidak melihatnya sama sekali. Apa Mommy sedang ada acara diluar?!" Tanya Daren datar. Sedangkan maid itu terlihat bingung. pasalnya, Tuan mudanya itu bahkan tidak mengetahui apa yang sudah menimpa Ibu pria itu hari ini. Tanpa berpikir panjang, Maid itu langsung menjelaskan pada Daren apa yang terjadi hari ini. Tentang musibah yang dialami oleh Nyonya besarnya, dan Tuan dan Nyonya besarnya yang pulang kerumah hanya sebentar, guna mengganti pakaian mereka, lalu kembali pergi. Mendengar penjelasan dari salah satu pekerja di rumahnya, sukses membuat Daren terkejut sekaligus khawatir dengan kondisi sang Mommy. Daren langsung meraih ponselnya untuk menghubungi sang Mommy. Meski pelayan tadi menjelaskan bahwa sang Mommy baik-baik saja, tak urung membuat Daren ingin memastikan nya sendiri. Ia harus mendengar langsung suara Mommynya. Setelah beberapa saat, akhirnya Jasmine menjawab panggilan dari putranya. ia menjelaskan semua yang terjadi secara singkat. dan Daren mengatakan jika dia akan segera menyusul ke tempat sang Mommy, namun sang Mommy pun melarangnya dan berkata, kalau ia dan sang Daddy akan segera pulang. Daren sontak menghembuskan bernapas lega, setelah mendengar penjelasan sang Mommy dan ia hanya bisa menunggu wanita paruh baya yang sangat ia sayangi itu, sampai dirumah. ... Rumah Sagara,. Khesya terus saja menangisi kepergian sang Ibunda tercinta. Yah, Maria meninggal dan tak bisa bertahan lebih lama lagi. Dan itu sangat membuat Khesya terpukul. Bagaimana tidak, satu-satunya orang yang ia cintai dan sayangi telah meninggalkan nya. Khesya seakan tak ada semangat untuk melanjutkan hidupnya. Gadis itu hampir kehilangan arah. Tak ada lagi alasan untuknya berjuang meraih cita-citanya. Orang satu-satunya yang ingin dia bahagiakan dengan prestasinya, kini sudah dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan. Sedangkan Jasmine, ia terus saja berusaha menghibur dan menguatkan gadis itu, memberi pengertian kepadanya kalau ia harus Ikhlas menerima semua ini. Diatas sana, tentu Maria akan bersedih melihat putrinya yang hidup putus asa. Dan Khesya tidak mau jika Ibunya bersedih di atas sana. Ia pun belajar untuk Ikhlas dan menerima semua takdirnya, meski sulit. Yah, Ia harus berpikir realistis, ia harus tetap melanjutkan hidupnya, sesuai permintaan terakhir Ibunya. Ia berjanji kalau ia akan bangkit kembali. Ia ingin membuat Ibunya bangga terhadap nya, meski Maria tak lagi disampingnya, tapi Maria akan selalu hidup dihati nya sampai kapan pun. Jasmine terus membujuk Khesya agar ikut pindah ke rumahnya saat itu juga. Namun Khesya menolak dengan halus dan meminta waktu beberapa hari untuk tinggal dirumahnya. Ia masih ingin mengenang masa-masa indah dengan Ibunya. Rumah kecil dan sederhana penuh kenangan suka dan duka miliknya bersama sang Ibunda tercinta. Maria Sagara. Damian dan Jasmine pun turut memakluminya. Mereka memberi waktu untuk Khesya, tapi mereka akan tetap menyuruh beberapa bodyguard untuk berjaga-jaga di depan rumah gadis itu. Damian khawatir, kalau sewaktu-waktu Khesya gelap mata dan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan nyawa gadis itu sendiri. Ia tahu, gadis itu sedang rapuh saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan akan ada hal-hal yang tidak diinginkan mungkin saja bisa terjadi. "Sayang, kalau begitu Mom dan Dad pamit pulang dulu ya" ucap Jasmine. Khesya menatap wajah Jasmine dengan raut sedihnya. Ia akan kembali sendiri setelah dua paruh baya itu pergi meninggalkannya. Yah, Jasmine dan Damian meminta Khesya untuk memanggilnya dengan sebutan, Mommy dan Daddy. Karena saat dimana Maria menitipkan Khesya pada mereka, saat itu juga Khesya sudah menjadi anak perempuan mereka. Jasmine berjanji dalam hatinya, kalau ia akan menyayangi Khesya seperti putri kandungnya sendiri. Bukan semata-mata karena rasa bersalah saja, karena Maria telah menyelamatkannya, gadis cantik itu jadi kehilangan. Namun entah kenapa, keinginannya dulu yang ingin sekali memiliki anak perempuan, seakan terwujud saat ini. Jasmine bukannya bersyukur, namun ia hanya menerima takdir dengan baik. "Iya mom" jawab Khesya lirih "Syah, ingat pesan Daddy, jangan berbuat sesuatu yang bisa menyakitimu, Nak. Jangan buat Ibumu bersedih di atas sana, hmm?" pesan Damian lembut pada Khesya. Khesya mengangguk tanda mengiyakan nasehat pria paruh baya itu padanya. Ia masih bersyukur bertemu orang baik seperti mereka, terlebih Damian dan Jasmine adalah sahabat lama mendiang orang tuanya. "Ya sudah, sekarang Mom dan Dad pamit dulu ya, sayang,.? Kalau kamu berubah pikiran segera kabari Mommy atau Daddy. Mommy akan langsung jemput kamu, hmm?" ucap Jasmine lembut sambil membelai wajah Khesya. "Iya Mom, terimakasih" jawab Khesya sendu. hanya kalimat itu yang mampu ia ucapkan saat ini. "Sama sama sayang" Jasmine mengecup keningnya, lalu kedua pipinya dengan lembut dan hangat. Setelah kepulangan Jasmine dan juga Damian, kini Khesya sendiri di dalam rumah kecil nan sederhana nya. Ia kembali menangis sambil memeluk kedua lututnya. Ia merasa sendiri saat ini, satu-satu orang yang merawat dan menemani nya selama ini telah meninggalkan nya seorang diri. "Kenapa secepat ini Bu?" Bahkan Khesya belum sempat membahagiakan Ibu, belum sempat membanggakan Ibu, tapi Ibu sudah lebih dulu pergi meninggalkan Khesya sendirian disini, Bu " ucapnya kesuguhan. Dadanya sesak, ia menyalahkan takdir yang begitu cepat memisahkan nya dengan Ibunya tercinta. ... Kediaman Margatama,. Jasmine dan Damian masuk kedalam rumah mereka. Sedangkan Daren yang melihat sang Mommy sedikit pincang, sontak membuat ia khawatir dan langsung melontarkan berbagai macam pertanyaan pada wanita yang sangat ia sayangi itu. "Mom, bagaimana ini bisa terjadi, kenapa tidak satupun dari mereka yang mengabari ku? Sekarang bagaimana keadaan Mommy? Apa ada luka selain ini?” Tanya Daren khawatir sambil memegang lutut sang Mommy. Sementara Jasmine, wanita paruh baya itu hanya tersenyum melihat putranya yang sedang mengkhawatirkan keadaannya. "Mom baik-baik saja, sayang, kamu tidak perlu berlebihan seperti ini, ini hanya luka kecil" terang Jasmine memenangkan putra nya. Tentu mendengar jawaban sang Mommy, mata Daren sontak membola tanda tak suka karena sang Mommy terkesan menyepelekan apa yang sedang terjadi saat ini. "Mom, ini tidak bisa dikatakan tidak apa-apa atau baik-baik saja, Mom. Apalagi sampai memakan korban seperti ini. Lalu bagaimana dengan pelaku nya?” Ia menatap Jasmine dan Damian bergantian." "Sudah Daddy urus semuanya" celetuk Damian. Mendengar penuturan sang Daddy membuat Daren sedikit bernafas lega. Ia tidak akan membiarkan orang yang sudah membuat sang Mommy celaka, lolos begitu saja. "Hhahhh syukurlah kalau begitu" sambut Daren "Oh ya Mom, aku ingin membicarakan sesuatu sama kalian” Daren menjeda sejenak ucapannya. Ia sedikit menimang kembali, apa ini waktu yang tepat untuk membicarakan keputusannya? Tapi, jika ia kembali menunda, apa yang akan ia jelaskan pada kekasihnya nanti. Wanita itu pasti akan sedih dan kecewa tentunya. Dan Daren sudah tidak sanggup melihat kekecewaan di wajah wanita yang dicintainya hanya karena tak ada kepastian darinya. Setelah mempertimbangkan beberapa saat. Daren pun yakin akan keputusannya. Ia harus membicarakan ini sekarang, pikirnya. "Aku sudah memutuskan, kalau aku akan menikahi Shalom secepatnya, Mom, Dad" ucap Daren sambil memandang sang Mommy dan Daddynya bergantian. Jasmine sontak mematung beberapa saat ketika mendengar ucapan putra satu-satunya itu. Bahkan pria dewasa itu, dengan lantang menyatakan keputusannya tanpa bertanya akan pendapat atau persetujuan darinya sang Suami. Jasmine benar-benar kecewa dengan putranya. "Jadi seperti ini, sayang? Seperti inikah caramu meminta izin pada Mom dan Dad. Oh, Mom salah. Kau bukannya meminta izin. Tapi kau mengatakan keputusanmu tanpa perduli akan pendapat Mom dan Dad, begitu sayang,.?" ucap Jasmine dengan raut kecewanya terhadap sang putra. "Mom, please,.? Aku bukannya tidak menghargai kalian. Tapi aku sudah menunda ini terlalu lama, Mom. Aku tidak ingin, Shalom merasa jika aku mempermainkannya" jelas Daren pada sang Mommy. Sementara Jasmine, ia hanya mendengus. Berbeda dengan Damian yang kali ini terlihat biasa saja. "Tidak bisa sayang, Mom tidak mengizinkan mu menikah dengan wanita lain" Jasmine menjawab tanpa berpikir panjang. Damian menatap lekat istrinya. "Apa maksud Mommy? Kenapa aku tidak bisa menikahi wanita lain, terlebih itu wanita yang aku cintai Mom" ucap Daren sedikit tak terima dengan keputusan sang Mommy. Namun Jasmine tidak peduli dengan rasa kecewa putranya. Ia sudah sangat yakin dengan keputusannya. Ini adalah yang terbaik. Jasmine yakin, jika suatu saat nanti, putranya itu akan sangat berterima kasih padanya, karena sudah membuat keputusan yang saat ini sulit untuk Daren terima. Meski terkesan egois, namun Jasmine sebagai seorang Ibu, ia hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan Shalom bukanlah yang terbaik untuk Daren. Begitulah kira-kira menurut Jasmine. "Karena Mommy akan menjodohkanmu dengan wanita pilihan Mommy. Dan Mom tidak menerima penolakan atau alasan apapun, sayang,.?" ujar Jasmine mutlak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD