Bab 42

1598 Words

“Sehat?” tuturnya. “Alhamdulilah, sehat, Pak Faqih. Mari duduk!” Wajah sumringah Ibu ketika mempersilakan lelaki yang datang dengan kemeja abu-abu lengan pendek dan celana bahan itu pun begitu kentara. Seolah tengah menemukan jarum yang terselip di antara tumpukkan jerami. Aku lekas mundur lagi ke belakang beberapa langkah, berniat hendak bersembunyi kembali ke dalam kamar. Namun, sepertinya Ibu sudah berdiri di ambang pintu. Kudengar titahnya memanggil. “Ayu, buatin minum dulu buat Pak Faqih,” tuturnya. “Iya, Bu.” Akhirnya itu yang aku ucapkan. Lekas beranjak ke dapur dan membuatkannya teh manis hangat dalam cangkir keramik bermotif bunga. Kubuka tudung saji, rupanya Ibu membuat pisang goreng. Kutata empat biji ke atas piring melanin dengan aksen daun dan bunga yang melingkar,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD