51

1712 Words
Hari sudah menjadi pagi, seperti biasanya semua orang melaksanakan kegiatan mereka masing-masing. tanpa melakukan aktifitas apapun orang akan merasa sangat hampa bahkan Vampire yang tidak perlu bekerja mencari uang untuk membeli makanan tetap mencari kegiatan untuk mengisi hari-hari mereka yang panjang dan melelahkan Kini perempuan cantik yang sudah bekerja sebagai dosen baru saja masuk kedalam ruangan jurusan tempat ia bertugas. Ia meletakkan tasnya keatas meja dan membuka jas nya "Berapa umur lo?" Ucap Haleth, ia sudah menyadari kalau Cival adalah seorang Wizard dan memiliki umur yang hampir sama dengannya, sepertinya Cival juga mempelajari sihir awet muda sehingga mereka memiliki pertumbuhan fisik yang lumayan lama. "Hampir.... 200? Lo sendiri?" Tanya Cival, ia memang menjalin hubungan yang baik dengan Haleth, meskipun mereka baru saling mengenal sekarang "Hampir sama, Lo lebih tua 5 tahun" senyum Haleth Cival kembali sibuk dengan berkas berkas yang ada di hadapannya, meja mereka berjarak beberapa meter namun masih membiarkan mereka untuk melirik satu sama lain "Kenapa tiba-tiba kesini?" Ucap Haleth lagi, ia ingin tahu apa yang membuat Cival datang ke wilayah mereka. Pasalnya Cival berada di kota lain sebelumnya, Haleth sudah mencari tahu tentang Cival semenjak ia datang, untuk jaga jaga jika ada makhluk berbahaya disekitarnya "Gue bosan ditempat lama, lagian di tempat gue sebelumnya gue gak punya banyak kenalan, gue dengar disini banyak Wizard dan ternyata mereka benar" Cival menjawab sambil tersenyum beberapa kali, ia menjawab dengan santai sehingga terlihat jujur, Haleth memang memikirkan kalau Cival juga datang karena mendengar ledakan sihir milik Aeris. Dan Haleth merasa ia bertanggung jawab untuk mengawasi Aeris dan Cival "Gue ada kelas untuk diajar, gue pergi dulu" ucap Cival dan segera keluar meninggalkan Haleth sendirian. Meja meja lain kosong karena beberapa dosen belum datang dan ada yang sudah bersama mahasiswanya Haleth diam dan berfikir mengenai hal hal yang terjadi belakangan ini. Ia masih terus bertanggung jawab atas kasus Aeris, sebagai dosen dan juga sesama wizard. "Aqato dan teman-temannya udah ditangkap...., Pasti Aeris juga meledak karena marah, mungkin karena Vidio itu" ucap Haleth menebak, baru saja berita terbaru keluar siang ini mengenai perkembangan kejahatan sosial media yang ditemukan didalam ponsel. Selain Aqato terdapat juga nama nama lain yang disamarkan namanya. Tapi Haleth sudah mengetahui itu nama nama dari Heshi, Nova, Hiro, Rary, Fize dan Kurnia. "Tapi.... Semalam Aqato dan Aeris terlihat akrab" ucap Haleth lagi, ia memang memperhatikan Aeris, ia tahu Aeris dekat dengan lawson dan Dexter, dan belakangan ini juga bersamaan dengan Aqato. Di lokasi ledakan juga tidak ada Aqato seakan Aeris memang sengaja menyerang yang lain selain Aqato "Bu Haleth?" Panggilan seseorang membuyarkan lamunan Haleth, ia melihat rekan kerja lain datang dan melihatnya bertingkah aneh. Saat tersadar Haleth langsung berpamitan untuk pergi dari ruangan, ia berencana akan mencari Aeris untuk menanyakan beberapa hal Tlak tak tak tak Suara tumit Sepatu Haleth terdengar dilantai koridor yang ia lewati, ia berpapasan dengan beberapa mahasiswa dan juga kaum immortal lain, ia bahkan mengenai Lelia yang meliriknya lewat "Lelia" ucap Haleth memanggil perempuan yang sudah berjalan melewatinya, Lelia yang mendengar namanya dipanggil kembali berbalik melihat kebelakang "Ada apa?" Ucap Lelia "Lo ada lihat lawson dan Aeris?" "Mereka belum muncul sejak pagi. Kenapa nyari mereka? Perkara ledakan itu?" Pancing Lelia, sama seperti Lawson yang juga seorang vampir, Lelia juga lebih tua dibanding Haleth sehingga ia berbicara santai bahkan sotoy pada Haleth "Lo tahu sesuatu?" "Kalau iya kenapa? Gue harus ngasih Lo informasi secara gratis? Jagan harap" ucap Lelia dan segera berjalan pergi "Lelia" ucap Haleth lagi, Lelia masih mendengarkan dan memutar bola matanya malas saat kembali melihat kebelakang. Saat ia bertatapan dengan Haleth ia langsung tahu apa yang akan Haleth lakukan "Jangan coba-coba atau gue bakalan hancurin kampus ini" ancamannya, ia tidak bisa membiarkan Haleth membersihkan pikirannya hanya demi membaca memorinya "Kasih tahu gue apa hubungan Aeris sama Aqato, kenapa Aqato gak ada disana saat temannya kena ledakan Aeris, Lo tahu mereka selalu bersama, setidaknya keempat laki-laki itu juga gak berpisah" Dengan rasa terpaksa namun juga ingin tahu informasi lain dari Haleth, Lelia kini berakhir dilantai atas salah satu gedung kampus tertinggi milik mereka. Disini mereka akan bebas berbagi informasi dan Lelia tahu tidak ada yang akan sadar merasa disana "Aqato itu laki laki sampah, dia cuman mau mempermainkan Aeris, karena gue dengar mereka juga hampir membunuh Aeris waktu membunuh teman mereka yang namanya Licia. Jadi.... Merek nargetin Aeris, tapi Aqato kayaknya Malah punya perasaan lain, setidaknya itu yang gue perhatikan" ucap Lelia "Berarti dia dekatin Aeris karena mau bermain doang, terus Aeris ngira dia memang baik? Berarti Aeris sengaja lukain mereka?" Tebak Haleth lagi Tentunya Lelia juga tidak mengetahui banyak hal, ia hanya tahu alasan Aqato mendekati Aeris. Tapi ia tidak tahu kenapa ledakan itu terjadi tanpa adanya Aqato. "Berita yang baru aja keluar itu juga tentang mereka kan?" Ucap Lelia memastikan "Iya" "Nah, mungkin Heshi sama yang lain mau nyerang Aeris malam itu, karena Aeris udah Ingat sama kejahatan mereka mungkin? Eh ternyata karena mereka ngelakuin itu Aeris jadi marah dan sihirnya meledak, masuk akal kan?" Kali ini Lelia mencoba menebak apa yang terjadi "Tapi Aqato gak ada disana apa mungkin karena dia mulai suka sama Aeris?" Tanya Haleth menebak "Bisa jadi, ohh... Gue baru inget, mungkin juga karena Heshi cemburu Aqato sekarang lagi dekat sama Aeris daripada sama dia, jadi Heshi ngajakin teman temannya selain Aqato untuk ngasih Aeris pelajaran!" Antusias Lelia merasa tebakannya kali ini benar "Masuk akal, yaudah makasih informasinya, gue pergi dulu" "Gitu doang?" Ucap Lelia "Oh iya kasih tahu gue kalau Lo ngelihat Aeris, Lawson, atau Dexter Haleth segera pergi dari hadapan Lelia. Lelia yang tidak mau bekerja sama atau pun membantu pekerjaan Haleth tidak menjawab apapun dan melipat kedua tangannya di depan d**a. Ia menatap kepergian Haleth dengan malas kemudian langsung meninggalkan tempat mereka berbicara. Setelah mendapat informasi tentang Aqato dan teman-temannya yang menjadi tersangka, Haleth selaku petinggi di jurusan tempat mereka kuliah akhirnya sampai di rumah sakit. Selain Aqato, teman-temannya yang masih dirawat di sana tidak bisa dibawa ke kantor polisi untuk beberapa waktu karena mereka masih di dalam perawatan. Haleth menjadi salah satu orang yang diizinkan masuk oleh para polisi yang menjaga. Ketika pintu tempat Heshi dan yang lainnya berada di buka, kelima pasien sekaligus tersangka itu langsung melihatnya "Bu Haleth" ucap mereka "Aqato sudah ditangkap" Ucap Haleth memberitahu mereka "Kami sudah tahu" ucap Nova "Dan Kalian juga sudah harus ke kantor polisi hari ini, kondisi kalian sudah baik-baik saja" ucap Haleth, mereka yang tadinya ingin cepat-cepat sembuh kini berharap mereka memiliki penyakit yang lebih serius dan harus dirawat inap lebih lama. Perban memang masih menempel di kaki dan juga tangan mereka namun mereka sudah berada di tahap pemulihan Mereka semua terdiam mendengar ucapan Haleth, biasanya orang yang menjadi tersangka pasti akan mengucapkan pembelaan diri, mereka sudah mencoba hal itu kemarin tapi tetap gagal dan buktinya terlalu kuat untuk disangkal "Jadi, apa kalian udah ingat siapa yang menyerang kalian di gudang?" Tanya Haleth lagi "Belum, sampai sekarang kejadian itu sering muncul di mimpi kami, tapi wajahnya nggak pernah muncul atau kelihatan dengan jelas" ucap Rary, Haleth melihat kantung mata Rary yang semakin menghitam sepertinya ia ketakutan tertidur karena selalu bermimpi buruk Sebenarnya pelakunya adalah Haleth, Dia memiliki kemampuan untuk menghilangkan ingatan seseorang namun juga bisa menyisakan beberapa hal. Seperti yang dilakukannya kepada 5 orang mahasiswanya sekarang. Haleth tidak ingin membuat mereka melupakan kejadian semalam begitu saja, ia menghilangkan jejak wajah Aeris, dan membiarkan mereka menderita mengingat betapa menyakitkannya kejadian semalam. "Itu hukuman untuk Kalian, bayangkan betapa banyaknya orang yang mengalami hal itu karena kalian" ucap Haleth serius, kelima orang itu terdiam, dan para perempuan sudah mulai menangis menyesali perbuatan mereka "Orang tua Kalian sudah menyewa pengacara masing-masing, tapi aku yakin kalian gak akan mudah menang di pengadilan. Tapi setidaknya mereka bakalan membantu hukuman kalian diperingan" jelas Haleth "Apa kami akan dikeluarkan dari kampus?" Tanya Nova "Kemungkinan besar iya, kejahatan kalian bukan hal yang ringan kan?" Pancing Haleth, ia sama sekali tidak memiliki rasa iba ketika melihat mereka berlima. Haleth sudah menonton video-video yang ada di ponsel itu dan mendengar tawa tawa mereka ketika melakukannya. Para laki-laki menikmati teriakan perempuan yang mereka lecehkan Sementara para perempuan justru tertawa ketika merekamnya, bahkan mereka tidak memiliki rasa iba sesama perempuan sehingga mereka tega untuk merekam dan juga memperjualkan video itu Dengan segera Haleth berjalan keluar meninggalkan mereka, kali ini ia akan pergi ke tempat Aqato ditahan sementara sampai persidangan. Ketika Haleth menghapus memori Heshi dan yang lain mengenai kejadian di gudang dia tahu kalau kelima orang itu memang berniat untuk memberikan Aeris pelajaran, bahkan Aeris sudah disiksa oleh mereka. Tapi Haleth tidak sampai mencari tahu apa yang menyebabkan mereka melakukan itu Sementara itu kini di kantor polisi seorang laki-laki sudah berada di dalam jeruji besi, dia termenung meratapi apa yang sudah ia lakukan selama ini, tapi juga memikirkan kenapa rencananya yang begitu matang justru gagal padahal selama ini selalu berhasil untuk mengelabuhi siapapun. Backup data riwayat pembicaraan mereka justru ditemukan oleh polisi lagi padahal Aqato yakin sudgat membersihkan jejak jejak mereka secara permanen Ia mendengar orang yang datang dan berjalan di luar, Aqato langsung mengangkat pandangannya dan menemukan seorang perempuan yang sudah berdiri di depan besi yang mengurungnya "Bu Haleth?" Ucap Aqato "Apa kabar?" "Huh, bukannya kau sendiri bisa melihat bagaimana keadaan ku sekarang, kau berharap aku menjawab kalau aku baik-baik aja?" "Seharusnya, walaupun aku dosenmu aku gak berpihak kepadamu dalam hal ini, lagian kau justru mempermalukan kampus, sudahlah menjadi mahasiswa abadi kau juga mempermalukan kampus" "Terserah ku, kau bahkan bisa ku tendang keluar dari pekerjaan mu" "Ayahmu juga sudah kena masalah, dia gak akan bisa mempertahankan mu kali ini. Oh iya, apa hubungan mu dengan Aeris" Mendengar nama Aeris membuat Aqato bingung dan terdiam, ia melihat Haleth dengan serius karena penasaran dengan apa yang terjadi, mengapa Haleth justru mempertanyakan hubungan mereka "Kenapa?" "Jawab aja, gak usah bertanya kenapa aku menanyakan itu" "Dia teman ku" "Uh huh? Teman? Bukannya kau cuman mau mempermainkan Aeris? Karena dia selamat dari pembunuhan kalian?" "Gak, aku gak pernah niat bunuh dia" "Oh ya? Kalau begitu bagaimana dengan teman teman mu? Kau juga disana kan waktu kalian menghajar dia kan?" Pancing Haleth lagi, Aqato semakin terlihat marah karena tidak terima dengan kebenaran yang dikatakan Haleth "Diam berarti iya, aku pergi. Selamat menikmati hukuman" Brakk Aqato memukul jeruji besi hingga menimbulkan suara keras "Panggil ayahku kesini!" Teirak Aqato, namun Haleth hanya membiarkannya berteriak seperti orang gila
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD