Hawa dingin menusuk tubuh Aeris yang sudah berselimut tebal, ia meringkuk sendiri karena merasa kedinginan dan tidak bisa dihilangkan meskipun ia sudah memakai selimut yang tebal. Semalaman tadi Aeris tidak bisa tertidur dengan cepat, jika ia sudah melewati jam 12 malam ia memang akan susah tertidur.
"Dia memang tukang molor" ucap Dexter menatap Aeris, ia sudah segar dan terbangun sejak tadi, ia sudah membersihkan diri dan Aeris tidak juga kunjung bangun. Kini Lawson ada disebelahnya menatap Aeris yang sangat lelap dan tidak kunjung sadar, padahal mereka sudah berkali kali menarik sedikit selimutnya agar ia kedinginan
"Gue sihir aja kali yah?"
"Jangan" larang lawson, Dexter baru saja hendak mengerjai Aeris dengan menyiramkan salju padanya, jika ia menyiramkan air pasti semuanya akan basah dengan cepat. Tapi salju tidak akan langsung menyerap ke pakaiannya
"Biar dia bangun"
"Bentar lagi dia bangun, oh iya Lo gak mau pergi ke tempat Lo?"
"Rencana sih iya, tapi bareng Aeris. Lagian dia juga mau mempelajari kekuatannya kan? Keluarga gue pasti lebih tahu apa yang harus dia lakukan" jelas Dexter, ia memang tidak yakin kalau Lawson akan melakukan pelatihan sihir lebih baik ketimbang dirinya dan keluarganya
"Yaudah, Lo pergi aja ke ruang makan, nanti gue sama Aeris nyusul"
Sama seperti Lawson yang tidak ingin meninggalkan Aeris dengan Dexter. Dexter juga sangat ragu untuk meninggalkan Aeris dengan Lawson, terlebih lagi dala keadaan Aeris yang tertidur pulas
"Lo mau apa sama dia?" Ucap Dexter selidik
"Gue gak bakalan mangsa dia, gue punya banyak stok darah, lagian gue mau bicarakan sesuatu waktu dia bangun nanti"
"Gak, gue gak bakalan ninggalin kalian berdua" ucap Dexter, pada akhirnya lawson hanya pasrah karena Dexter tidak mendengarkan sarannya.
Lawson berencana akan menunggu Aeris terjaga sendiri, ia merasa senang ketika Aeris tertidur dan sangat penasaran bagaimana rasanya tertidur pulas seperti itu untuk beristirahat. Pemandangan Aeris yang tidur justru membuatnya seperti ikut merasakan damainya
Citssss
Tanpa persetujuan dari lawson, Dexter langsung mengeluarkan sihir salju dari tangannya, seketika salju halus yang lumayan tebal langsung menimpa tubuh Aeris dan memenuhi kasurnya
"Aaarhh! Dingin!" Ucap Aeris lumayan terkejut ketika es menyentuh wajahnya dan juga kulitnya, ia terbangun dengan kepalanya yang sudah diselimuti salju, begitu juga dengan seluruh tubuhnya. Dengan panik ia segera keluar dari sana dan membersihkan dirinya dari salju yang masih menempel
"Dingin! Kok bisa ada salju sih?!" Ucap Aeris langsung kesal, Lawson menunjuk pada Dexter sebagai pelakunya
"Eh gue cuman mau bangunin Lo doang" bela Dexter
"Brengsek..."
Bughhh
"AW AW AW!!!" Ringis Dexter kesakitan, setelah perutnya ditinju oleh Aeris, kini telinganya juga terasa hampir putus karena ditarik oleh Aeris
"Kepala gue sakit gara gara lo! Gue bisa pusing kalo dibangunkan pake cara dikejutkan kayak gitu!" Kesal Aeris, Lawson hanya menertawakan Dexter, ia senang laki laki itu menderita karena ulahnya sendiri. Lagi pula sejak awal ia sudah melarang Dexter untuk membangunkan Aeris secara paksa
"Maaf maaf, lawson udah nunggu tuh, kita mau ketempat gue loh" bujuk Dexter, dan benar saja bujukannya berhasil membuat telinganya terbebas, Aeris yang memang sedikit pusing karena terkejut saat bangun langsung meremas rambutnya untuk mengendalikan rasa sakit di kepalanya
"Lo gak papa?" Tanya lawson, Aeris hanya menggelengkan kepalanya, kemudian sadar kalau saat ia terbangun mereka berdua sudah ada disana, berarti mereka memperhatikan Aeris tertidur, tangan Aeris langsung bergerak untuk merapikan rambutnya dan juga pakaiannya
"Kita ketempat Dexter kan?"
"Iya, dia udah siap, jadi Lo siap-siap dulu gue bakalan panggil orang yang bakalan bawa baju ganti untuk Lo"
"Baju ganti? Emangnya Lo punya baju perempuan?" Heran Aeris
"Gue nyediakan banyak hal disini Ris, Lo bisa minta hal apapun malahan" senyum Lawson
"Masih pagi plis jangan bikin baper dulu" batin Aeris yang memberikan ekspresi biasa saja
"Yaudah kami tinggal Lo yah, nyusul ke ruang makan aja nanti. Lo ingat kan?" Ucap Dexter
"Iya gue ingat, yaudah keluar sana, jangan coba-coba intip gue kalau masih mau hidup"
"Uuuuu.... Takutnya....." Ejek Dexter sambil tertawa.
Kedua laki laki itu segera pergi keluar dan lawson menutup pintu kamar, ia masih sempat melirik Aeris sebentar sebelum menutup pintu itu dengan rapat.
Hari ini lawson sudah mendengar kalau ponsel Heshi sudah berada ditangan polisi dan ia yakin Aeris yang sudah mengirimkannya entah kapan. Namun jika ia membaca waktunya ia yakin Aeris mengirimkannya ketika ia datang membawa bunga dan pergi tanpa memberitahukan kepada mereka
Slurrpppp
Seorang laki-laki kecil yang merupakan Vampire menyeruput sedotan yang tentunya berasal dari gelas berisikan darah, anak laki-laki itu juga turut menatap Dexter sembari menikmati hidangannya
"Bisa gak Lo gak usah lihatin gue?" Ucap Dexter kesal, ia merasa anak kecil itu menatapnya sebagai santapan
"Huaaaaaaaa"
"Dexter" tegur lawson
"Dia siapa sih? Kok bisa tinggal disini" ucap Dexter kesal, anak kecil itu terus menangis karena Dexter yang memberikan tatapan mautnya yang terlihat ingin memakan orang yang ada disekitarnya
"Dia anak bawahan gue"
"Dia menatap gue kayak mau ngisap darah gue aja! Bikin kesal" udah Dexter, anak kecil itu sudah dibawa pergi oleh vampire lain karena terus menangis, lawson memang tidak memperkenankan jika ada yang ingin duduk didekatnya ketika ia berada diruang apapun termasuk ruang makan sekarang
Hidangan yang ada dihadapan Dexter terlihat lezat, menu kali ini jauh lebih banyak ketimbang sebelumnya. Tapi ia tidak menyentuhnya sejak tadi karena menunggu Aeris datang, Lawson terlihat sedang membaca buku didepan Dexter, ia terlihat sangat serius dengan bacaannya. Ketika sampul buku itu dilirik oleh Dexter ia sadar kalau buku itu bukan buku baru, melainkan buku tua, sampulnya masih terbuat dari kulit yang mengusang
"Buku apa itu?" Ucap Dexter
"Buku sihir"
"Untuk Lo pelajari?"
"Mengulang bacaan aja, gue udah banyak baca buku kalian"
"Sombong" ucap Dexter mencibir, ia mendengar langkah kaki dan langsung mencari arah kedatangan Aeris. Kedua laki laki itu kini menatap Aeris yang baru saja datang dan dengan pakaian yang disiapkan oleh orang kepercayaan lawson
"Wow..... Retro" Ucap Dexter
"Gue tahu, jadul tapi masih kekinian" ucap Aeris tertawa
"Kayaknya stok baju Lo perlu di upgrade deh, huntung aja style ini booming lagi sekarang, jadi orang gak tahu kalau ini baju beneran udah lama" ucap Aeris pada Lawson. Tentunya Lawson tidak selalu mengingat untuk mengganti baju baju wanita di kastilnya, bahkan baju yang dipakai Aeris sekarang juga ada karena dulu ada seorang manusia yang pernah datang ketempat nya. Tentunya orang yang spesial sehingga Lawson menyiapkan banyak hal untuk kedatangannya
"Gue bakalan periksa nanti" ucap lawson
"Bercanda..."
Aeris dan Dexter yang sudah lapar segera mulai menyantap makanan mereka, Lawson yang tidak pernah ikut makan hanya menatap mereka berdua.
"Lo udah ngirim hp itu yah?" Ucap lawson sambil menatap Aeris, ia langsung melirik pada Dexter yang ikut berhenti makan karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan
Aeris meletakkan sendoknya dan menghela nafas
"Iya, Lo udah dengar berita?" Ucap Aeris, ia baru saja menyadari berita itu setelah terbangun tadi, ia memang sangat menunggu berita itu sehingga terus memeriksa berita terbaru
"Mereka gak ketangkap" ucap lawson lagi
"Pasti ada yang bantu, gue nemuin riwayat chat mereka dan udah nyimpan nya semalam. Gue juga udah kirim lagi ke sosial media pake akun anonim. Bentar lagi mereka bakalan ditangkap" ucap Aeris santai
"Wait, Kalian bicarain apa?" Ucap Dexter, ia ketinggalan banyak hal dari mereka berdua
"Aqato sama teman temannya, Lo tahu gak Kenapa mereka dekatin gue?" Ucap Aeris
"Karena dia tertarik sama Lo. Dia merasa tertantang untuk nahlukin cewek yang gak mau sama dia"
"No, itu bukan alasan utama, gue udah bilang kalau gue diserang karena nolongin Licia kan? Lo tahu siapa yang nyerang kami malam itu?" Ucap Aeris dengan nada serius, Dexter langsung berfikir kalau Aqato lah pelakunya namun masih ragu
"Maksud Lo.... Aqato?"
"Dan teman temannya, mereka pelakunya, p*******a dan pembunuh. Gue juga harusnya mati malam itu, gue yakin mereka ngedeketin gue karena takut kalau gue ingat wajah mereka. Tentu gue memang lupa tapi gue juga ingat itu perlahan-lahan"
"What?!" Dexter tak percaya dengan info baru yang ia ketahui, ia melirik Lawson yang bahkan tidak menceritakan hal itu padanya
"Kalian gak ngasih tahu gue tentang ini selama ini? Padahal kalian dua saling bagi informasi?" Ucap Dexter kecewa, Aeris meliriknya yang terlihat sangat dramatis sekarang
"Jangan lebay, Lawson juga nebak sendiri, bukan gue kasih tahu" ucap Aeris
_____________
"Hai guys!" Teriak perempuan yang hanya pergi beberapa jam, ia pergi ketika orang tertidur dan kembali waktu terbangun.
"Kenapa Lo kesini lagi?" Ucap Dexter pada Tara
"Gue mau ikut bareng kalian"
"Gak usah, Lo tinggal aja" ucap Lawson, kini mereka hendak bergegas berangkat menuju tempat tinggal Dexter yang berada di pemukiman para Wizard
"Kok gitu?"
"Kami mau ketempat Dexter"
"Gue gak biasa terima banyak tamu, tapi...." Ucap Dexter, Tara menatapnya selidik dan melirik Aeris yang hanya menyimak mereka
"Aeris, gue boleh ikut gak?" Tanyanya
"Hah? Hehehe ngapain Lo nanya gue? Gue cuman ngekor mereka doang"
"Tapi kan mereka pergi kesana karena Lo"
Semakin lama kini Aeris menjadi kesal melihat Tara, pasalnya semua tindakannya tidak terduga dan dia hilang timbul begitu saja. Tara yang menatap wajah Aeris dan sedang berdiri dihadapannya tiba tiba tertawa pelan
"Pftt.... Hahaha...."
Tawanya membuat Aeris dan yang lain menjadi heran, Dexter justru menikmati pemandangan indah dari tawa Tara yang cantik
"Gu bercanda Ris, Lo jangan kesal ke gue dong, gue cuman bercanda"
"Hah? Gue gak kesal kok" bela Aeris, Lawson sadar kalau sepertinya Tara merasakan emosi Aeris
"Oh ya? Aduh.... Yaudah deh kalo gitu, gue bakalan anggap Lo gak kesal, tapi gue beneran mau ikut loh sama kalian. Gak masalah kan?" Tanyanya kali ini melihat pada Dexter. Tentunya Dexter tidak keberatan dengan keberadaan Tara, ia justru senang kalau Tara berkunjung
"Its okay kalo gue" ucap Dexter
"So.... Kita pergi pake apa?" Tanya Tara, Mereka saling melihat dan berakhir menatap lawson untuk menemukan solusi
"Ehmm.... Kayaknya kita harus pakai mobil" ucap lawson, Aeris heran karena akan lebih cepat jika mereka menggunakan kekuatan mereka meskipun nantinya mereka akan lelah
"Lo lebih milih kita pakai mobil ketimbang pakai kekuatan? Lo bisa tinggal terbang aja kan"
"Lo belum bisa kan? Lagian kita bakalan capek nanti, gue Juga bukan nyaranin mobil biasa"
Lawson segera berjalan meninggalkan mereka, menuju kembali ke sisi lain kastilnya
"Dia punya mobil yang bisa terbang, udah tua sih tapi masih berfungsi" ucap Tara menjawab rasa penasaran Aeris, Dexter sudah terbiasa dengan hal itu dan ia sudah tahu kalau lawson memiliki salah satu mobil langka itu
Srashhh
Lawson menarik penutup mobilnya dan seketika mobil hitam antik langsung terlihat, mobil itu masih terlihat mahal karena terus menerus dirawat
"Wow.... Berapa ini kalau dijual?" Ucap Aeris
"Jangan coba-coba" ucap lawson membuat Aeris tertawa
"Ayo masuk, kita berangkat sekarang"
Mereka mengangguk, Aeris langsung membuka pintu belakang karena tahu kalau Tara akan duduk didepan. Namun saat ia hendak mengelilingi mobil agar sampai pada pintu belakang, lawson menahan tangannya dan membukakan pintu depan untuknya
"Apa?" Ucap Aeris heran
"Ayo masuk" ucap lawson, ia sudah membukakan pintu untuk Aeris, di bangku depan yang langsung berada disampingnya
"Gue sama Dexter aja"
"Lo bakalan nyesel kalau gak lihat pemandangan dari depan" Ucap Tara tersenyum dan masuk ke bangku belakang, Dexter mengedipkan matanya pada Aeris agar duduk didepan.