32

1885 Words
Dedaunan yang lumayan lebat itu terus bergerak seakan-akan ada makhluk yang akan muncul dari sana. Aeris dan yang lain berdiam di tempat mereka, menunggu sesuatu terjadi disana. Ketika mereka sudah memperkirakan sesuatu akan keluar dari sana, rerumputan itu akhirnya diam tak bergerak lagi, mereka bernafas lega dan berencana melanjutkan langkahnya. "Ayo, jangan teriak kayak gitu" ucap Dexter, mereka melanjutkan langkah mereka kedepan Sratttttttt "Aaaahhh!!" Aeris berteriak ketika ia merasakan tubuhnya melayang ke atas, posisinya yang tadinya terjatuh kini sudah terbaring di dalam sebuah jaring besar yang menangkap dirinya, lawson dan juga Dexter. Mereka baru saja menginjak perangkap yang ada di jalanan "Hah? Heh kita kena jebakan!" Ucap Aeris lumayan panik, Dexter hanya bersantai ketika ia masuk kedalam perangkap itu. "Kenapa kalian gak panik?" Heran Aeris "Kita menemukan mereka" ucap Dexter dengan senyum keberhasilan Selang beberapa saat Aeris bisa mendengar suara suara aneh yang mendekati mereka. Seolah ada orang yang berbicara menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh dirinya. Ia melihat keluar melalui sela jangkar ataupun jaring yang menangkap mereka. Ia bisa melihat beberapa makhluk kerdil yang berjalan mendekati mereka, para makhluk kerdil itu juga membawa alat alat tajam ditangan mungil mereka "Itu goblin? Itu kurcaci" ucap Aeris yang lebih merasa mereka adalah kurcaci "Memang, mereka kurcaci" ucap Dexter lagi "Lah? Gimana sih? Lo bilang kita nyari goblin" "Mereka bakalan bawa kita ke goblin" Trakk "Whoaaaa!" Kurcaci itu memotong tali yang mengangkat mereka sehingga tubuh mereka terhempas ketanah, Aeris sudah memejamkan matanya karena tahu kalau dirinya akan kesakitan ketika terjatuh dan itu benar benar terjadi. Namun ia merasa ia tidak mendarat ke tanah, ia menimpa sesuatu yang lebih empuk. Ia membuka matanya dan melihat ia menindih tubuh seseorang. Saat ia melihat wajah pemilik d**a bidang yang ia darati, ia langsung terkejut karena merasa bersalah pada Lawson yang pasti merasakan sakit yang luar biasa karena dirinya. "Oh my God! Sorry Lawson! Gue gak sengaja!" Ucap Aeris beranjak, namun ia juga kesulitan untuk duduk karena tubuh mereka masih diselimuti oleh jaring tadi. Lawson tidak merasa kesakitan ketika Aeris jatuh menimpanya, karena tubuhnya lumayan kuat untuk menahan beban itu. Lagi pula ketika mereka hendak terjatuh tadi, ia memang sengaja menarik Aeris ke dalam bekapannya agar ia tidak kesakitan ketika terjatuh. Namun sepertinya Aeris tidak sadar itu Mereka segera berhasil keluar dari jaring yang mengurung mereka, ketika mereka sudah bebas ternyata kini mereka sudah dikelilingi oleh para kurcaci. Aeris memperhatikan mereka satu persatu, penampilan mereka benar-benar mirip dengan gambaran yang hadir dalam televisi. Bentuk-bentuk mereka kecil dan mereka kini menatap mereka bertiga dengan tawa "Wahh.... Lihatlah ini, sepertinya Vampire dan dua lagi aku gak tahu, kalau bukan Witcher berarti werewolf" ucap salah satu kurcaci. Ia menebak kalau Lawson adalah karena kulitnya benar-benar pucat dan ketika kurcaci itu ada di sebelahnya hawanya terasa sangat dingin "Kira kira berapa bayaran mereka?" "Pasti mahal" Para kurcaci itu berbicara sambil menatap mereka bertiga yang keheranan. "Heh, apa yang kalian bawa?" Ucap salah satu kurcaci itu menodongkan senjatanya kepada Dexter "Kami gak bawa apa-apa yang bisa Kalian rampas" ucap Dexter, ia memang hanya membawa beberapa alat tulis dan kertas yang ada didalam sakunya "Kau! Apa yang kau bawa" ucap kurcaci yang lain kepada Lawson, ia melakukan hal yang sama kepada Lawson seperti Dexter. Kurcaci itu menodongkan senjata tajam kepada Lawson yang masih bersikap santai ketika mendapatkan perlakuan itu. Lawson menatap mata kurcaci yang mengajaknya berbicara, ia juga menatap benda tajam yang sangat dekat dengan wajahnya. Kurcaci itu merasakan rasa takut ketika ia melihat mata Lawson, ia merasa menyesal sudah mengancamnya tapi juga ragu untuk menarik senjatanya kembali "Ikat mereka" ucap salah satu kurcaci kepada teman-teman yang lain "Kami datang baik baik, kami ingin bertemu goblin" ucap Dexter "Oh ya? Untuk apa kalian bertemu Goblin? Kalian akan kami jual padanya jadi jangan harap kalian bertemu dengannya dengan gratis, atau..... Kau bisa membayar kami untuk menunjukkan tempatnya berada" ucap kurcaci itu lagi menawarkan "Kami gak punya koin emas atau semacamnya" ucap Dexter lagi Tinggg Sebuah dentingan terdengar dan berasal dari Lawson yang baru saja melempar kan sebuah koin kepada kurcaci itu. Kurcaci itu langsung menangkap koin yang dilemparkan kepadanya dan melihat sebuah koin emas disana "Apa itu cukup?" Ucap Lawson "Hmm..... Apa kau punya 1 koin lagi? 1 koin untuk membawa kalian menuju Goblin, dan 1 koin lagi untuk kebebasan kalian" "Oh ya? Bagaimana kalau tidak ada?" Pancing Lawson "Yah.... Kalian mungkin bisa menawarkan hal lain untuk kami" Tingggg Sebuah koin dilemparkan kembali oleh lawson, dengan cepat para kurcaci itu langsung menangkapnya dan melihat satu koin emas lagi. Mereka langsung tertawa bersama karena hari ini mereka mendapatkan koin emas yang bisa dijual di dunia mereka. Dexter, Aeris dan lawson juga segera beranjak berdiri Dan akhirnya mereka terlihat jauh lebih tinggi daripada para kurcaci itu "Kalian udah mendapatkan apa yang kalian mau, sekarang tunjukin jalannya" ucap Lawson datar, para kurcaci itu tentunya harus menepati janji mereka. "Ikuti aku" ucap kurcaci itu dan mereka berjalan di bagian depan sementara Aeris dan yang lain mengikuti di belakangnya "Wow... Darimana Lo dapat emas itu?" Ucap Aeris, dia merasa tidak biasa ketika melihat emas menjadi salah satu nilai tukar yang biasa di dunia sihir. Seolah-olah emas itu hanya uang logam yang menjadi nilai tukar. "Untuk makhluk seperti mereka, hanya ada emas dan perak, selain itu mereka hanya menerima bentuk barang, kalau lo punya senjata yang bisa mereka pakai mereka bakalan minta senjata Lo, kalau Lo memakai pakaian yang mahal mereka bakalan meminta pakaian lo" "Terus, kalau kaum vampir dan yang lain juga begitu?" "Gak, kami pakai uang yang kita pakai di dunia manusia, tapi nggak jarang juga masih memakai emas dan barter barang" jelas lawson Di depan mereka para kurcaci itu saling berbicara satu sama lain, mereka tidak pernah berhenti berbicara, dan terlebih lagi mereka sedang membicarakan orang yang mereka bawa "Vampire itu kelihatannya sangat kejam, jarang sekali Aku melihat wajah seperti itu" "Dia memang tampan, tapi aku lebih ganteng jika lebih tinggi sedikit" "Aku nggak bilang dia jelek, dia memang tampan tapi menyeramkan" "Orang tampan memang menyeramkan" "Bukan begitu bodoh, ekspresi nya menyeramkan... Waktu aku berbicara sama dia tadi matanya seakan-akan mau membunuhku hanya karena aku mengajaknya bicara" ucap kurcaci yang berdekatan dengan Aeris, mereka terlihat seperti berbisik namun volume suaranya sama sekali tidak dikecilkan. Aeris terheran-heran melihat mereka dan merasa lucu dengan tingkahnya, ia melirik Lawson yang berada di sebelahnya dan sudah pasti mendengar itu. Tapi Lawson hanya menatap Aeris dan mengangkat kedua alisnya Mereka terus mengikuti para kurcaci itu, Aeris berjalan diantara lawson dan Dexter yang berada di sisi kanan dan kirinya. Selang beberapa lama mereka melihat sebuah pohon besar, di antara pohon-pohon yang sudah dilihat oleh Aeris, pohon yang ada di hadapan ini merupakan pohon yang benar-benar besar seakan sudah hidup 2000 tahun dan bisa dijadikan rumah didamamo "Pohon apa ini gede banget woi" ucap Aeris "Pohon tua, udah lama banget jadi nggak ada yang tahu umurnya berapa" ucap Dexter "Pohonnya masih hidup?" Tanya Aeris lagi "Masih" Para kurcaci itu berjalan ke arah sisi pohon yang lain, kemudian mereka menginjak-nginjak rumput kering untuk mencoba menemukan sesuatu di dalamnya. Aeris bisa mendengarkan kalau suara asing terdengar dari lompatan para kurcaci itu, sepertinya di dalam lompatan itu ada ruangan kosong Dan benar saja seperti dugaannya, para kurcaci itu langsung membersihkan rerumputan yang lumayan tebal itu dan menemukan pintu kayu di sana. Mereka membukanya dan terlihat tangga menuju turun ke bawah yang bisa mereka lewati "Kalian mau bawa kami kemana?" Ucap Dexter, ia sedikit ragu jika mereka harus melewati jalan bawah tanah itu "Dia terlalu banyak bicara" ucap salah satu kurcaci yang sedang berada di dekat lobang terowongan itu "Apa kita tinggalkan aja?" "Ohh jangan jangan, dia udah jadi pelanggan kita" "Tapi dia banyak komentar" Para kurcaci itu kini mempermasalahkan Dexter yang banyak bertanya, padahal awalnya Ia hanya ingin bertanya kemana mereka akan pergi namun para kurcaci itu justru merasa kalau Dexter meragukan mereka padahal membutuhkan mereka "Hei, Jangan banyak bertanya ayo masuk aja" ucap kurcaci itu lagi, mereka lebih dahulu masuk kedalam sebelum mereka bertiga. Aeris dan lawson juga menepuk pundak Dexter sambil memberikan senyum jahil mereka Akhirnya setelah para kurcaci itu masuk ke dalam mereka pun ikut melewati terowongan kecil itu. Dexter menjadi orang yang terakhir masuk dan kembali menutup pintu kayunya. Mereka harus menuruni tangga terlebih dahulu, ketika pintu kayu susah ditutup suasana menjadi sangat gelap hingga para kurcaci menghidupkan lampu api untuk menerangi jalan mereka. Awalnya anak tangga yang mereka lewati menuju turun ke bawah, kemudian terowongannya menjadi datar dan di depan mereka terlihat sangat gelap. Sebenarnya mereka bertanya-tanya kemana para kurcaci akan membawa mereka, namun Aeris, Lawson dan Dexter memilih untuk bungkam dan menebak-nebak sendiri "Lawson, Lo.... Tahu gak kita mau kemana?" Ucap Aeris berbisik "Enggak" "Lo gak bisa mengandalkan kemampuan pendengaran lo gitu? Lo punya pendengaran dan penglihatan yang tajam kan, pasti lo bisa melihat apa yang ada di depan" "Mereka membawa kita ke tempat Goblin kok" ucap lawson lagi, Aeris yang mendengar itu akhirnya lega, dirinya tidak lagi curiga kalau mereka salah tujuan dan dibawa ke tempat lain Akhirnya mereka kembali menaiki anak tangga untuk naik ke atas. Pintu kayu yang berbeda ini dibuka Dan mereka segera keluar dari sana. Saat mereka sudah keluar pemandangannya masih hijau, Aeris yakin kalau mereka masih berada di hutan yang sama. Ia mengira kalau para kurcaci itu sengaja membawa mereka dari tempat tadi agar mereka tidak bisa mengenali tempat mereka berada sekarang jika bukan tanpa mereka. Terowongan tadi juga memiliki beberapa celah yang berbeda jadi jika mereka pergi tanpa para kurcaci itu mereka akan sampai ke tempat lain. Di depan mereka terdapat sebuah rumah yang lumayan besar. Dan hanya ada rumah itu yang mereka lihat di dalam hutan ini. Bahkan di luarnya terdapat beberapa tumbuhan yang ditata rapi seakan dirawat oleh pemilik rumah "Ini rumah kalian?" Ucap Aeris bertanya pada pra kurcaci "Bukan, rumah kami tidak sebagus ini, ini rumah Goblin, dia pasti ada di dalam jadi cobalah untuk masuk lebih dulu" ucap kurcaci itu mempersilahkan mereka untuk lebih dahulu masuk "Loh, kan kalian yang membawa kami ke sini, Kenapa kalian gak lebih dahulu masuk? Kami nggak kenal sama Goblin itu jadi lebih baik kalian yang lebih dahulu memperkenalkan kami" ucap Aeris lagi "No no no, kalau mengantarkan tamu kami hanya mengantar kalian sampai pintu depan, kalau kami menjual kalian kepadanya baru kami ikut masuk, oh iya Jangan membuat candaan candaan yang konyol. Dia pemarah" ucap kurcaci lain lagi. Mereka terus bergantian untuk menjawab pertanyaan yang diberikan Mereka bertiga saling melirik satu sama lain untuk menentukan siapa yang masuk terlebih dahulu ke dalam. Aeris memutuskan untuk mengetuk pintunya namun Dexter yang bersiap untuk berbicara dengan goblin tersebut. Tok tok tok Setelah mengetuk pintu beberapa kali dan menunggu untuk beberapa saat akhirnya pintu itu pun terbuka, Aeris mencari cari orang yang membuka pintu itu dan heran ketika Dexter menatap kebawah "Siapa kalian?" Ucap goblin itu, Aeris tidak menduga kalau goblin sama kecilnya dengan para kurcaci, namun penampilan mereka sangat berbeda. Makhluk yang ada di depan matanya ini Sama persis dengan makhluk yang masuk ke apartemen waktu itu. Kepala dan kulitnya seperti tidak ditumbuhi bulu dan telinganya dan matanya besar. Dia juga terlihat lebih kejam dan sedikit lebih tinggi daripada kurcaci, jika diperhatikan volume tubuhnya memang berbeda. "Lo! Lo yang masuk ke apartemen gue kan?" Ucap Aeris berseru Kurcaci yang masih berada didepan mereka langsung terkejut dengan pergerakan agresif Aeris, belum lagi goblin itu memperlihatkan ekspresi yang tidak enak untuk dilihat
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD