44

1753 Words
"So..... Dia memang belum menemukan sihirnya dan gara-gara dia tahu orang orang yang nyerang dia dulu ada di depannya dan.... Mau ngelakuin hal yang sama lagi, dia marah, dan sihirnya keluar" ucap Lutho menyimpulkan semua yang diceritakan Lawson. Selama ini mereka berpencar menjalani kehidupan masing-masing. Lawson belum menceritakan apapun mengenai Aeris kepada mereka. "Iya" ucap lawson "Menarik, so mana cewek itu?" ucap Muke lagi "Di mana lagi kalau bukan di tempat tinggalnya, nanti kami bakalan pergi ke dunia Immortal. Dia di panggil sama Cormac" "Woww.... Cormac? Kalau dia dipanggil sama ketua kita berarti dia memang bukan orang yang biasa" "Memang bukan, tapi gue mau nanya, Kenapa lu bisa bergaul sama dia?" Ucap Lutho, lawson sangat jarang bergaul dengan perempuan, meskipun ia memang punya beberapa teman perempuan seperti Tara, tapi tetap saja hal itu sangat jarang, selama hidup lawson yang sudah beratus tahun, wanita yang pernah dekat dengan nya masih terhitung oleh jari dan mereka hanya sekedar teman. Lawson pernah menyukai manusia namun hubungan mereka tidak berjalan lancar. Lawson yang mendengar pertanyaan itu menatap ketiga temannya yang sepertinya sangat tertarik dengan jawabannya nanti. "Auranya kuat" "Aaah.... Ayolah, Itu bukan alasan yang sebenarnya. Lo udah melihat banyak wizard dengan aura yang kuat. Tapi lu nggak pernah mendekati mereka selama ini" "Dia beda" ucap Lawson lagi "Wuhuuuu..... Dia berbeda..." Ucap Muke dengan nada menggoda lawson, ia tertawa dan diikuti oleh Lutho dan Tara "Akhirnya Lo jumpa sama orang yang bisa Lo anggap spesial yah, hmm.... Digantikan deh posisi gue" ucap Tara dengan nada manja "Dia cuman teman, gak ada yang spesial" ucap Lawson Lutho dan Muke saling melirik, seakan mereka sedang membuat taruhan tersendiri "Kapan kalian berangkat?" Ucap Lutho lagi Lawson melirik jam yang ada di ruangan dan segera beranjak dari tempat duduknya. "Mau kemana?" Ucap Tara "Pergi ke dunia Immortal" "Oh gue ikut" ucap Tara Langsung "Gak usah, ngapain juga ko ikut" "Gue mau jumpa sama paman Cormac lah, lagian gue malas kalau pulang sendirian ke sana, Lutho sama Muke nggak pernah mau balik ke sana mereka keasikan di sini. Katanya karena makanan berserak dimana-mana" ucap Tara Luhto dan Muke yang mendengar Tara mengadu hanya tertawa, mereka memang lebih menyukai dunia manusia ketimbang dunia Immortal. "Yaudah ayo" "Pasti dia sebenarnya pengin ikut gara-gara penasaran sama Aeris" ucap Lutho "Apa dia bakalan ngacaukan hubungan mereka?" Ucap Muke Beberapa perempuan yang pernah mendekati Lawson selalu mundur sendiri ketika melihat Tara. Pasalnya mereka sudah mengira kalau Tara adalah kekasih Lawson dan terlebih lagi wajahnya memang sangat cantik. Dia salah satu vampir yang dikenal cantik di kalangan mereka "Bisa aja, tapi kalau denger cerita tentang Aeris, dia nggak bakalan bisa ngelukain cewek itu sih" "Bisa jadi" ucap Lutho setuju Karena Tara ikut pergi dengan Lawson. Mereka tidak lagi menggunakan angkutan umum. Lawson kini mengendarai mobil milik Tara untuk segera menuju tempat tinggalnya. _____________ Sementara itu di posisi yang berbeda kini Aeris baru saja terbangun setelah tertidur selama 1 jam lebih. Ia merasa lumayan segar dan segera bersiap-siap untuk pergi ke dunia Immortal. "Rame banget sih" ucap Aeris, semenjak sihirnya bisa keluar kemampuan sensitivitasnya untuk merasakan makhluk lain semakin kuat. Ia bisa merasakan para makhluk immortal yang bahkan hanya lewat di jalanan yang berada di depan gedung apartemennya Berdasarkan pengalamannya ke dunia Immortal cuaca di sana lebih dingin dibanding new York sekarang. Aeris memakai pakaian tebal nya dan segera mengambil dua buah ponsel yang sudah ia siapkan sejak tadi. Dia belum berencana untuk berangkat sekarang bersama Dexter dan lawson. Bahkan ia memberi kabar agar teman-temannya itu bersiap untuk pergi setelah ia berada di luar apartemennya Aeris memiliki tempat tinggal yang tidak jauh dari kantor polisi, ia segera berjalan kaki ke sana dengan kedua tangan yang ada di kantong outernya. Sambil berjalan santai menuju kantor polisi itu ia sudah memperhatikan sekitarnya, kemudian menarik sebuah kotak surat yang ada di depan pintu kantornya. Ia berencana akan memasukkan surat dan juga ponsel milik Heshi kesana Stetttttt Setelah memperhatikan sekitarnya dan merasa keadaan sedang sepi tanpa ada yang memperhatikannya, ia langsung melesat bergerak dengan cepat menuju kotak surat itu dan memasukkan sebuah amplop yang berisi ponsel dan juga surat di dalamnya. Tanpa disadari oleh siapapun dia sudah kembali berjalan santai di sisi yang sama. "Huftt... Aman" ucap Aeris, ia sebenarnya sadar sepertinya ada yang menyadari pergerakannya namun selama itu bukan manusia dia akan merasa aman. Untuk memastikan kirimannya sampai ke dalam, Aeris tidak langsung pergi dari sana melainkan masuk ke dalam salah satu gedung yang ada di sekitarnya. Di depan kantor polisi itu terdapat toko bunga, ia segera pergi ke sana dan berpura-pura untuk membeli bunga namun perhatiannya terus menuju kantor polisi. "Ck, kok mereka nggak membuka kotak itu sih" batinnya "Sore nona" ucap perempuan yang lumayan tua pemilik toko bunga itu. Aeris langsung memberikan senyumnya kepada ibu ibu yang terlihat sangat ramah menghampirinya "Hmm... Aku mau beli buket bunga" ucap Aeris beralasan "Oh ya? Untuk siapa, setiap bunga memiliki arti loh" ucap perempuan itu lagi, Aeris berpikir sebentar dan melihat sebuah bunga mawar putih, namun ia juga melihat bunga matahari, keduanya terlihat indah "Hmm... Apa gak bisa dicampur?" Ucap Aeris tidak bisa memutuskan Bunga apa yang akan ia beli, dia juga melihat sebuah contoh buket bunga yang terdapat beberapa jenis bunga di dalamnya "Bisa, apa kau mau memilih bunganya sendiri?" "Pilih saja untuk ku, bunga yang melambangkan cinta dan kasih sayang" ucap Aeris, entah kenapa Dia memberikan konsep itu, lagipula biasanya orang membeli bunga dengan lambang itu Ketika ibu-ibu penjaga toko bunga itu segera menyelesaikan pesanannya, Aeris lagi-lagi melirik sekitarnya dan menyiapkan sihirnya. Ia berdiri di dekat pintu yang masih terbuka, jari telunjuknya ia acungkan diam diam tanpa mengulurkan tangannya. Srattttt Aeris melemparkan sebuah sihir kecil dengan cepat hingga mengenai kotak surat itu dengan kuat. Bahkan besinya ikut cekung setelah terdengar suara keras Tranggggg Aeris berpura tidak tahu apa yang terjadi, ia juga berjarak lumayan jauh dari depan kantor polisi itu. Karena serangan itu terdengar seperti orang yang melempari kantor mereka dengan batu, salah satu polisi keluar dan memperhatikan sekitar, ia tidak menemukan batu yang ia kira dilemparkan atau pelakunya, tapi ia bisa melihat kotak surat yang terbuat dari aluminium itu sudah cekung seperti dilempar dengan keras "Astagaaa.... Kenapa ini?" Ucap polisi itu, Aeris tersenyum, ia segera keluar dari toko dan mengambil batu yang ada didepan teras kantor kemudian mendekati polisi itu "Ini batunya" ucap Aeris menyerahkan batu yang ada ditangannya, baju itu sebesar genggaman nya dan Ia berikan kepada polisi "Kau melihat orang melemparkan nya?" "Iya, tadi ada orang yang naik sepeda motor terus melempar batu ini, dia kayaknya memang sengaja ngelempar ke kotak surat ini" ucap Aeris "Ohhh.... Kenapa yah?" Ucap polisi itu dan segera membuka kotak surat itu, dan dia menemukan 1 buah amplop yang baru saja masuk, padahal biasanya setiap mereka kedatangan petugas kantor pos mereka akan langsung mengambil suratnya. "Aku pergi dulu" ucap Aeris berpamitan "Oh iya terimakasih yah" Aeris segera pergi dari sana untuk kembali ke toko bunga, ketika ia sudah sampai ia kembali melirik polisi yang sudah membuka amplop itu dan segera berjalan masuk. Polisi itu sudah menyentuh HP yang ada di sana dan membuka suratnya. "Ini bunganya" ucap ibu ibu penjaga toko bunga itu lagi Setelah mendapatkan bunga itu ia segera pergi dari sana, ia hanya membutuhkan beberapa lama supaya ia mendengar kabar dari kepolisian, mengenai ponsel yang sudah ia kirimkan Di tangan sebelah kanannya ia membawa buket bunga menuju tempat tinggal Lawson, karena ia dan Dexter memang sudah berencana untuk kumpul ditempat tinggal Lawson. Tuutttt Aeris menelfon Dexter, ingin bertanya apakah dia sudah ada bersama Lawson atau tidak. "Dexter, Lo udah ditempat Lawson?" Ucapnya "Gue baru aja keluar kamar, gue bakalan kesana. Lo udah dimana?" "Gue baru masuk gedungnya, Lo udh tahu kan apartemen dia dilantai berapa dan nomor berapa?" "Tahu.... Lantai 40 kan? Nomor 144?" "Yaudah, cepetan, kalo perlu terbang aja Lo" ucap Aeris sambil berjalan dengan ponsel yang menempel di telinganya. Ia sudah berada didalam lift untuk naik ke lantai 40, dan setelah ia sampai di lantai tujuan ia segera keluar dan sadar kalau di tangannya masih ada buket bunga, ia merasa aneh sendiri dan tahu kalau dia mendatangi tempat tinggal lawson sendirian dengan membawa bunga seperti ini nantinya akan terlihat aneh, seperti seorang kekasih yang mendatangi pasangannya "Apa gue buang aja?" Ucapnya, tapi ia merasa terlalu sayang untuk membuang bunga itu, meski Ia juga membelinya dengan iseng "Biar aja, dia juga gak bakalan ge er" ucap Aeris dan mencari ruangan apartment Lawson, setelah memperhatikan nomor pintu ia melihat nomor 144. Ia langsung memencet bel nya dan menunggu seseorang membukakan pintu Ceklek "Dexter masih......" Aeris terdiam ketika melihat seseorang yang membukakan pintu bukan orang yang ia cari "Eh maaf, kayaknya gue salah kamar" ucap Aeris merasa malu dan hendak beranjak pergi "Aeris?" Ucap suara yang dikenali oleh Aeris, ia langsung melihat kembali ke pintu itu dan menemukan Lawson yang sedang berdiri dibelakang wanita yang tidak ia kenal Aeris terdiam, ia tidak tahu keadaan apa yang sedang menimpa mereka berdua. Lawson melihat Aeris membawa bunga dan Aeris melihat Lawson sedang bersama perempuan lain di apartemennya. Ia terkejut, tapi juga sedikit kecewa, Aeris tidak bisa menggambarkan pikiran dan perasaannya saat ini, dia tidak mengerti kenapa ia harus merasa sedikit melemah melihatnya "Lo... Lagi sibuk? Kita bisa pergi lain kali" "Enggak kok, ayo masuk" ucap lawson, perempuan itu langsung tersenyum pada Aeris dan memberikan Aeris jalan untuk masuk "Itu bunga untuk lawson?" Ucapnya bertanya pada Aeris, kini Aeris benar benar terdiam seperti sedang berusaha mencerna apa yang terjadi "Hah? Bukan, gue iseng beli aja tadi, bunganya cantik soalnya" ucap Aeris berusaha ramah Mereka semua masuk kedalam, Aeris memperhatikan tempat tinggal Lawson yang sangat hampa, seperti tidak diisi banyak hal jika ada orang yang benar benar tinggal. Hanya ada sedikit barang disana, seperti sofa, TV dan beberapa benda umum yang diisi langsung oleh apartemen ini "Ayo duduk" ucap Perempuan itu lagi "Ehm,.... Gue Aeris" ucap Aeris mengenalkan diri "Gue Tara, gue udah dengar banyak tentang Lo" ucap Tara, ketika mereka berjabat tangan Aeris tahu kalau Tara adalah Vampire, dan didalam hatinya ia yakin kalau lawson memiliki hubungan yang spesial dengannya. Tara juga duduk disamping Lawson, mereka terlihat sangat dekat dengan Aeris yang ada dihadapan mereka "Tadi Lo kemana?" Tanya Lawson "Hah?" "Lo udah lama keluar, gue ngeliat Lo tadi, Lo gak langsung ke apartment gue kan dengan waktu yang lumayan lama itu" "Ohh.... Gue ada urusan lain" "Membeli bunga?" Ucap Lawson menebak "Ini iseng doang, kebetulan lewat aja tadi, gue ada urusan lain" ucap Aeris menegaskan, Lawson merasa ada yang disembunyikan Aeris, dengan hanya mengatakan 'urusan', terdengar sekali kalau ia tidak ingin mengatakan apa urusannya itu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD