Di sebuah tempat yang berbeda, tepatnya di kastil besar nan gelap yang sangat terkutuk di dunia Immortal, kini Guner sudah mendengar informasi terbaru dari Cival. Biasalah sangat lama mencari-cari sihir ini bahkan sampai menculik beberapa anak keturunan wizard murni. Namun ternyata tidak ada satupun diantara mereka yang memiliki sihir kristal itu.
Dulu ada seorang keturunan murni dari wizard Yang sepertinya akan memiliki sifat yang luar biasa. Namun ia tidak bisa menemukan anak itu lagi dan mendengar kalau ia sudah mati, sejak saat itulah Guner mencoba mencari penyihir lain yang bisa menemukan kristal Vespera.
"Akhirnya setelah sekian lama, aku menemukan wizard yang kucari. Tapi kenapa selama ini dia tidak terlihat olehku?" Ucap Guner, ia tidak menyangka ada hal besar yang terlewat dari perhatian nya
"Jangan tangkap dia, lebih baik kau mencoba mencari tahu hal apa yang sangat ia inginkan. Daripada memaksanya untuk bergabung dengan kita, lebih baik kita mencoba untuk mengajaknya bergabung secara sukarela" Ucap Guner kepada orang dibelakangnya. Cival masih berdiri disana, dia adalah seorang Wizard seperti Aeris
"Baik, itu berarti aku harus pergi ke dunia manusia" ucap Cival, ia belum memberitahu kalau Aeris tinggal di dunia manusia
"Dia tinggal disana?"
"Iya, dia selalu berada didunia manusia"
"Siap namanya?"
"Aeris, dan dia berteman dengan Lawson"
Mendengar nama Lawson mata Guner langsung menunjukkan sedikit keterkejutan, ia sadar hal ini akan lebih susah dari apa yang ia bayangkan. Tapi jika dia berhasil dia bisa memenangkan dua hal sekaligus. Dia memiliki kekuatan sihir yang hampir sama dengan lawson
"Aku tidak tahu apakah ini aku sebut kabar buruk atau kabar baik. Tetap dekati dia, kau Wizard seperti dirinya jadi dia pasti akan mau berteman denganmu" Ucap Guner
Setelah itu Cival segera pergi dari sana, Guner sebenarnya sangat ingin pergi sendiri untuk melihat Aeris dan merasakan langsung aura sihirnya. Namun tubuh Guner masih lumayan lemah untuk pergi ke dunia manusia, ia membutuhkan Vespera untuk hidup kembali sebagai seorang vampir yang sempurna. Dia masih menjadi makhluk kegelapan, yang berada di antara hidup dan mati
__________
Kini Cival sudah berada di dunia manusia, ini bukan pertama kalinya ia ke sana. Dia juga memiliki tempat tinggal yang ada di dunia manusia untuk menjalani kehidupan seperti biasa. Meski ia memihak kepada guner dia tidak selalu berada di samping laki-laki itu. Lagi pula Guner juga memiliki banyak pengikut yang lain. Cival dan para pengikut Guner yang lain berasal dari berbagai kalangan, vampir, werewolf, wizard bahkan kalangan Goblin sekalipun. Tentunya mereka juga memiliki keinginan sehingga bergabung dengan Guner, tidak ada yang ikut dengan sukarela
Sebenarnya sudah lama Cival memantau keberadaan Aeris, ia sama tertariknya seperti makhluk lain ketika merasakan aura sihir Aeris. Ia juga tahu kalau Aeris masih berkuliah di jurusan kedokteran hewan, dan Cival baru saja mendaftarkan dirinya sebagai dosen disana. Ia memiliki banyak kemampuan dan berencana akan memantau mereka sebagai dosen disana.
__________
"Wahahahha! Keren kerennn..... Jadi Lo beneran membuat ledakan itu?"
"Hushhhtttt" tangan Aeris langsung menutup mulut Dexter yang berbicara dengan bebas tanpa khawatir akan ada orang yang mendengar perkataannya. Mereka bertiga sedang berada di taman. Lawson, Aeris dan Dexter tidak perlu lagi menemui Goblin yang ada di dunia immortal, dan mereka tidak perlu melunasi lima koin perak lagi. Justru mereka sebenarnya menjadi rugi karena Goblin itu tidak banyak membantu dalam keluarnya sihir Aeris tapi sudah mendapatkan setengah harga dari perjanjian
"Lo jangan bicara kuat kuat, walaupun manusia gak bakalan percaya sama apa yang lo bilang tetap aja kita harus hati-hati" ucap Aeris
"Sorry, gue beneran gak nyangka aja kalau ternyata Lo yang semalam buat ledakan sihir, jarang banget itu terjadi didunia manusia. Kalo di dunia kita udah biasa, dan biasanya kalau bukan karena ada yang sedang bertengkar hebat, berarti ada anak kecil yang punya kekuatan super dan baru pandai pakai kekuatannya" jelas Dexter
Aeris tertawa mendengar Dexter yang sepertinya sangat senang mendengar berita tentang sihir Aeris, bahkan Dexter mengabaikan fakta kalau Aeris sudah melukai orang lain.
Kedua orang itu dari tadi asyik berbicara dan sadar kalau lawson hanya diam sambil memperhatikan mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka. Laki-laki itu memang selalu tidak banyak berbicara namun setidaknya seharusnya ia merespon dan mengatakan sesuatu, meskipun hanya sepatah kata.
"Hei, Lo kok diam aja sih?" Ucap Aeris merasa ada yang mengganggu pikiran lawson, laki laki itu menatap Aeris Lamat didalam diamnya, Aeris masih terus membalas pandangan lawson mengira laki laki itu akan mengatakan sesuatu. Namun semakin lama mereka saling melihat Aeris kini merasa canggung dengan cara Lawson melihatnya, ia langsung memutuskan kontak mata mereka
"Ck, susah banget ngomong, tinggal jawab pertanyaan gue juga" ucapnya kesal
Melihat tingkahnya yang salah tingkah membuat lawson tertawa, ia sangat senang menjahili Aeris dengan tatapannya.
Sebenernya Lawson tadinya merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya mengenai sihir ini, ia teringat perkataan Cormac mengenai alasan sihir Aeris disegel, dan benar saja sihir Aeris bisa menemukan kristal Vespera yang akan mengembalikan kejadian kelam dahulu. Lawson juga yakin kalau Cormac sudah mendengarnya, bahkan sedari tadi para makhluk Immortal yang berada di kampus mereka melihat Aeris dari jauh, mereka tahu Aeris yang menyebabkan kekacauan tapi mereka juga tidak mungkin memberi tahu itu pada manusia.
Ketika mereka masih asik berbicara kini seorang dosen yang mereka kenal sedang berjalan mendekat, dia adalah perempuan yang semalam membantu mereka untuk menghilangkan ingatan Heshi dan yang lain. Mereka bertiga terdiam karena hanya ada dua kemungkinan yang membuat petinggi kementrian dunia Immortal itu datang pada mereka. Jika bukan karena membantu seperti Aeris semalam, maka akan memberitahu informasi yang buruk atau baik pada mereka.
"Disini kalian rupanya" ucap Haleth yang langsung duduk disebelah Dexter, hanya bangku disebelah Dexter yang kosong didekat mereka
"Ada apa Haleth?"
Aeris membelalak mendengar Lawson memanggil perempuan itu dengan namanya saja, padahal sudah jelas dia adalah dosen mereka disini, jika berada diluar memang akan normal memanggil nama orang yang lebih tua dengan namanya, itu normal dikota mereka ini tapi akan beda lagi jika sudah didalam dunia perkuliahan
"Heh, kenapa Lo manggil pakai nama" Ucap Aeris mengingatkan
"Biar aja, kalian boleh manggil gue dengan nama, hanya manusia yang manggil gue dengan sebutan Bu dosen" ucap Haleth yang menggunakan bahasa santai pada mereka.
"Gue lebih tua dari dia" ucap Lawson, Haleth memang seorang wizard dan lawson adalah Vampir yang berumur sudah sangat tua, Aeris yang menyadari Itu langsung mengerti namun ia juga tetap belum terbiasa dengan fakta itu, fisik mereka terlihat terbalik. Bahkan dia sejenak merasa jika ia menyukai Lawson itu berarti ia menyukai teman sepermainan kakek buyutnya.
"Oh, oke" ucap Aeris pada akhirnya
"Kalian harus pergi" ucap Haleth lagi, Dexter, Lawson dan Aeris langsung melihat padanya
"Kemana?" Ucap Dexter
"Dunia immortal, Cormac memanggil Aeris dan gue yakin kalian gak akan membiarkan dia pergi sendirian kan?"
"Hah? Gue?" Ucap Aeris tak percaya, ia sudah tahu siapa Cormac karena Lawson sudah pernah menceritakan kalau dunia immortal dipimpin oleh seorang vampire bernama Cormac. Dan itu bukanlah kabar baik jika Aeris dipanggil olehnya
"Iya, kabar tentang Lo udah nyebar Ris, dan banyak yang ngira kalau Lo sengaja ngelakuin itu semalam, secara Lo udah dewasa dan seharusnya udah lama Lo bisa ngendaliin kekuatan Lo. Kalaupun Lo memberi tahu kalau Lo belum pernah mengeluarkan sihir Lo sebelumnya, pasti hanya beberapa orang yang percaya" jelas Haleth
"I am on trouble" ucap Aeris dengan yakin dan geleng kepala
"Tapi Cormac percaya sama Lo" ucap Lawson
"Gue udah pernah memberi tahu informasi tentang Aeris yang sihirnya disegel. Dia juga sebenarnya yang menyarankan supaya Lo gak gak mencari tahu sihir Lo" ucapnya lagi paca Haleth dan Aeris
"Lo ngasih tahu tentang Aeris ke dia? Dia bisa didalam bahaya!" Ucap Dexter yang kali ini tidak setuju dengan tindakan Lawson dibelakang mereka. Seharusnya mereka tidak memberikan informasi yang sangat detail mengenai Aeris kepada sembarang orang termasuk pada Cormac sekalipun
"Gue percaya Cormac" ucap lawson, sebenernya meskipun mereka sudah damai, pertikaian antara Wizard dan Vampir sebenarnya masih ada, namun sudah tidak terlalu terlihat, dan mereka sangat sensitif mengenai rasa kepercayaan
"Udah, pokoknya kalian harus pergi ke sana. Dan.... Hati hati" ucap Haleth, ia beranjak dari tempat duduknya untuk pergi dari sana.
"Oh iya, kita punya dosen baru, dia Wizard. Namanya Cival. Gue ngasih tau ini supaya Kalian gak heran ngelihat wizard baru disini" ucapnya kemudian pergi dari sana
Mereka bertiga diam dengan lawson dan Dexter yang untuk pertama kalinya saling melihat dengan tatapan tak suka.
"Jadi kalian mau nemanin gue gak?" Ucap Aeris melihat tingkah kedua temannya
"Gue ikut, kita berangkat malam nanti" jawab Dexter
"Huft.... Kenapa selalu malam sih, gue butuh tidur" keluh Aeris, setiap ia pergi ke dunia Immortal pada malam hari, ia akan begadang dan langsung kuliah esok harinya. Lalu tidur pada sore hari. Dan itu sangat menggangu tubuhnya
"Yaudah kita pergi sore ini"
"Sore? Berarti... Bentar lagi?" Ucap Dexter karena hari sudah siang sekarang
"Iya"
"Gue pulang dulu" ucap Aeris beranjak, ia hendak pulang sendirian dan beristirahat sebentar, Dexter juga ikut beranjak dari tempat duduknya untuk ikut bersama Aeris pulang ke gedung apartemen mereka. Lawson yang ditinggal sendirian tidak memiliki tujuan, dan ia ingin bertemu dengan teman teman vampirenya lagi. Sebenarnya ia ingin ikut dengan Aeris tapi dia sedang perang dingin dengan Dexter
"Halo Lo dimana?" Ucap Dexter kedalam telfonnya
"Dirumah" ucap perempuan diseberang sana, rumah yang dimaksud disini adalah rumah milik mereka bersama.
"Yang lain?"
"Kebetulan lagi disini, kami lagi kumpul Lo gak mau join?"
"Gue kesana" ucap Lawson, hari masih siang dan kulitnya tetap sensitif dengan matahari meskipun sudah dimantrai sihir, ia juga akan terlihat oleh manusia jika terlalu lama melesat cepat
Akhirnya setelah beberapa lama menggunakan kendaraan umum, kini lawson sudah sampai ditempat tinggalnya yang sudah ada sejak dahulu, tempat itu selalu menjadi milik ia dan teman-temannya, namun mereka selalu berpindah tempat dalam jangka beberapa tahun Karena mereka tidak menua dan bisa membuat orang curiga.
"Lawson! Lama banget Lo" ucap Tara menyambut kedatangannya
"Eh, Lo datang, kenapa lama banget" Ucap Muke dan Lutho yang sudah ada di sana. Mereka selalu akrab sejak dulu, Lutho lah yang paling tua diantara mereka
"Gue pakai mobil umum" ucap Lawson
"Oh... Lagi rame yah" Latho menebak dan dijawab dengan anggukan
Tara segera mengambilkan segelas cairan berwarna merah dan memberikan pada Lawson, tentunya itu adalah darah dan lawson langsung menghabiskannya dengan cepat
"Lo tahu gak, semalam diberita"
"Itu gue" ucap Lawson langsung, tahu apa yang akan mereka bicarakan
"Hah? Lo? Lo ngomong apa sih, gue mau bilang di kampus Lo ada"
"Itu Wizard dan gue terlibat" ucap Lawson, ketiga temannya diam karena tidak percaya namun lawson juga tidak pernah bercanda