49

1651 Words
"Gue masih mau ngomong sama dia" Ucap Aeris yang sudah diajak pulang oleh Lawson, bahkan tangannya berada didalam genggaman Lawson sekarang, Dexter hanya berjalan dibelakang mereka seakan mengawal dua orang itu. "Dia harus tetap disana, dia gak boleh pergi dari sana" "Siapa bilang, kemaren aja...." Aeris hampir saja keceplosan, ia seharusnya tidak mengatakan kalau yang menyerangnya waktu berada di goa milik Goblin adalah Rigel. Merasa Aeris mengehentikan ucapannya membuat Lawson tahu ada yang disembunyikan Aeris, ia melirik Aeris dengan selidik "Apa?" Ucap lawson menuntut penyelesaian ucapannya "Gak jadi" "Lo nyembunyiin sesuatu yah?" "Enggak kok, ish udah lah lepasin tangan gue" ucap Aeris mulai risih dengan tindakan Lawson, ia menarik tangannya namun Lawson terlalu kuat menahannya "Hadeh.... Kalian ngapain sih? Kayak anak kecil aja" ucap Dexter lelah, ia langsung berjalan mendahului mereka berdua Kedua orang itu masih saja berdebat, Lawson menyipitkan matanya memberikan tatapan selidik kepada Aeris yang berusaha membebaskan pergelangan tangannya. Lawson membiarkannya terus mencoba dan tersenyum sendiri karena Aeris kesal, ia tidak bisa melepaskan dirinya dari Lawson sekarang "Ck, argh! Lo ngapain sih nahan gue hah?" "Yah karena Lo kabur dan pergi sendirian, gara-gara lo udah pandai lari cepat kayak gitu Lo jadi mudah kabur. Makanya gue harus nahan Lo, Ayo" Dengan pasrah akhirnya ia menurut pada lawson yang kembali menariknya untuk berjalan, mereka berjalan beriringan hingga sudah jauh dari Dexter yang sepertinya muak kepada mereka berdua. Awalnya mereka saling diam, Aeris yang tangannya disentuh oleh Lawson hanya mencoba memendam rasa berdebar debarnya, seketika ia ingat pada Tara yang seharusnya ada bersama mereka sekarang, sedari tadi ia tidak melihat keberadaan perempuan yang tadinya selalu menempel itu "Mana Tara?" Ucapnya bertanya "Dia pergi ke tempat tinggalnya, dia nggak tinggal sama gue disini, dia punya rumah sendiri dan karena dia jarang kembali ke sini udah seharusnya dia datang ke sana sebentar" "Ohh... Dia punya rumah disini, keluarga?" "Ada" Aeris mengangguk paham, ia melirik wajah Lawson yang bahkan terlihat tampan dari samping, melihat bayangan Wajahnya yang seperti siluet saja sudah membuat terpukau "Tara bukan pacar Lo yah?" Ucapnya lagi, mereka masih terus berjalan biasa, sehingga membuat waktu lebih lama ketimbang saat mereka melesat untuk menuju hutan hidup "Pacar? Enggak lah" "Kenapa?" "Lah? Emangnya apa alasan yang harus membuat gue pacaran sama dia?" "Kalian udah tua" ucap Aeris keceplosan, lawson langsung memberikan tatapan terkejutnya ketika mendengar itu, ia memang sudah sangat tua tapi bukan berarti dia harus memiliki pacar atau semacamnya "Hahaha sorry, yah itu alasan utama sih.... Lagian kalian berdua kelihatan cocok, Kalian juga udah lama saling kenal Kenapa nggak pacaran aja atau menikah, walaupun hidup kalian panjang yah apa salahnya menikah, orang tua kalian juga ngelakuin itu kan" ucap Aeris lagi, ia menggunakan kalimat yang sangat santai bahkan ekspresinya terlihat seperti dia tidak merasakan apapun ketika mengatakan kalimat itu. Lawson yang mendengar saran itu justru kesal, ia tidak terima kalau pernyataan itu keluar dari mulut Aeris "Kok Lo ngomong gitu sih?" Ucap lawson dengan nada kesal "Lah? Emangnya Lo gak pernah kepikiran kesana?" Tawa Aeris Lawson menggelengkan kepalanya, ia masih terus menyeret tangan Aeris, sebentar lagi mereka akan kembali tiba di kastil. "Lo punya pacar?" Tanya Aeris lagi, tidak mungkin seorang laki-laki yang sudah hidup sangat lama tidak memiliki pacar atau tidak pernah mempunyai wanita. Bahkan laki laki yang umur hidupnya hanya sampai 80 an banyak bertemu banyak wanita "Enggak" "Heleh, gak usah bohong deh.... Masa Lo gak punya" "Emang Lo punya?" "Emangnya Lo lihat gue pernah jumpa sama cowok gitu?" "Nah yah sama, gue juga gak jumpa sama orang lain kan?" "Iya pasti dulu pernah kan...." "Entahlah" Aeris langsung memberikan tatapan malasnya, ia yang tidak puas dengan jawaban Lawson, akhirnya ia hanya diam dan mengayunkan tangannya malas, tangan mereka berdua yang saling bertaut membuat mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan bersama "Lawson!" Seorang laki-laki keluar dari kastil dan langsung mendekati mereka berdua, Lawson yang tahu mereka akan membicarakan sesuatu langsung melepaskan Aeris. Tangannya yang tiba-tiba dilepaskan membuat Aeris sedikit merasa kehilangan, ia melihat tangan kirinya yang kini sudah terbebas, dan menatap lawson yang sedang berbicara dengan orang lain, vampire itu tinggal bersama lawson dikastil ini. Sebelum Lawson menyelesaikan pembicaraan mereka, Aeris langsung berjalan masuk kedalam kastil, ia merasa mengantuk dan sudah saatnya ia istirahat Lawson hanya meliriknya yang berjalan masuk, ia memiliki pembicaraan yang lumayan serius sekarang. Dretttt Aeris masuk kedalam kamar dan Dexter sudah kembali terjadi tertidur disana, ia langsung kembali ke tempatnya untuk beristirahat ____________ Hari sudah menjadi pagi didunia manusia, kini para polisi dan media televisi sedang heboh membicarakan berita panas mengenai pembullian dan kasus kejahatan yang marak disosial media. Hal itu dikarenakan terungkapnya situs gelap tempat para kaum muda menjual Vidio Video kejahatan sebagai pemuas nafsu para pelanggan gelap. Dan semua Vidio itu tercipta dari tindakan kejahatan seperti p*********n, pelecehan verbal, dan bahkan pembullian kepada sesama "Heshi!" Teriak Aqato yang baru saja sampai dirumah sakit setelah mendengar berita tentang mereka dan sebentar lagi akan mengejar mereka untuk ditangkap, para polisi belum bisa menentukan dengan jelas siapa saja yang ada didalam Vidio karena mereka menggunakan topeng saat melakukan aksinya Sambil berteriak ketika membuka pintu, Aqato langsung menemukan ketiga temannya yang sedang menyantap makanan mereka "Aqato? Tumben Lo datang jam segini" ucap Nova "Kalian bodoh! Siapa yang nyebarin situs kita hah?" Orang tua teman-temannya sedang tidak ada disana, biasanya dijam segini mereka akan pulang sebentar "Maksud Lo apa sih?" Ucap Heshi yang tadinya namanya dipanggil "Mana ponsel Lo? Udah ketemu?" Tanya Aqato lagi "Hilang, kan gue udah bilang kalau ponsel gue hilang, gak tahu entah dimana, belum ada ketemu" Brakkk Dengan rasa marahnya Aqato memukul meja yang ada didekat ranjang Aeris. Mereka semua terkejut tak mengerti apa yang terjadi, Aqato mengambil remote televisi dan segera menghidupkannya. Ia mencari berita dan dengan mudah langsung menemukan berita yang ia cari "Dengarkan!" Ucap Aqato pada mereka Mereka semua terdiam, suara berita segera memenuhi ruangan mereka dan masuk kedalam telinga mereka. Awalnya mereka tidak ingin percaya dan ragu akan dugaan mereka sendiri, namun ketika melihat cuplikan Vidio yang disensor membuat mereka yakin kalau Video itu milik mereka "Owh s**t" ucap Nova dan Kurnia "Dan ini semua menjelaskan kalau Vidio itu pasti dari ponsel Lo" ucap Aqato menyalahkan Heshi, ia sudah tahu kalau Heshi kehilangan ponselnya sejak kemaren dan sudah berusaha menghapus jejak mereka disana "Tapi-, tapi gue gak tahu.... Gue gak sengaja, kenapa juga ponsel itu ada sama polisi" bela Heshi Ketika mereka asik berbicara, mereka bisa mendengar suara gemuruh dan keributan yang berasal dari luar, mereka terdiam mematung ditempat masing masing dan ketakutan setengah mati. Pintu akhirnya terbuka, Aqato langsung bersingut mundur karena terkejut melihat polisi yang mendatangi mereka "Selamat pagi, kalian sudah kelihatan sehat" ucap polisi itu dengan senyum, ia segera masuk dan menutup pintu "Huft... Kayaknya dia datang bukan untuk itu" bisik Heshi pada Aqato "Keadaan kalian udah baik baik aja kan?" Ucap polisi itu pada mereka. Keadaan mereka memang sudah membaik meskipun mereka masih belum tenang karena merasa ada yang ingin membunuh mereka. Bahkan Heshi sering bermimpi buruk mengenai kejadian gudang, ia mengingat ada seseorang yang menyiksanya namun belum mengingat wajahnya, Rary dan yang lain juga mengaku hal yang sama, mengingat Nova dan Kurnia yang juga diserang membuat polisi yakin kalau pelakunya kemungkinan besar adalah laki laki "Kayaknya kalian udah dengar berita" ucap polisi itu melihat tayangan televisi yang masih berjalan "Ada ponsel yang dikirim ke kantor polisi dan berisi Vidio Vidio kriminal, mungkin kalian juga salah satu korban mereka, tapi rekaman kalian tidak ada" Mereka semua terdiam, justru merekalah yang membuat Vidio itu "Tapi.....", Tiba tiba polisi itu melihat pada Heshi yang sudah mulai jantungan, polisi itu juga memberikan senyuman nya yang sangat aneh "Kau harus diselidiki" Deg Hehsi langsung memucat, ia bergerak risau ditempatnya begitu juga dengan yang lain "Kenapa pak?" Ucap Rary panik "Kalian tidak tahu? Ponsel itu miliknya, dan Vidio itu ada didalam galerinya. Semalam ada yang membajak ponselnya sehingga riwayat internet bahkan akun akun miliknya menjadi bersih, sepertinya teman kalian ini punya kaki tangan diluar sana" "Pak! Itu bukan gue!" Ucap Heshi membela dirinya Setelah ponselnya hilang, Aqato langsung mencari cara untuk membersihkan akun milih Heshi sehingga riwayat chat mereka yang ada di ponsel itu tidak bisa dibuka. Hal itu memang membuat Aqato dan yang lainnya tidak terdeteksi, karena hubungan mereka tidak terlihat dalam chat yang sudah dihapus, namun penyimpanan kartu memori milik Heshi tidak bisa dihilangkan dari jarak jauh "Siapa kalau gitu? Ponsel itu milik mu dan kau memang kehilangannya kan?" "Tapi bukan gue yang menyimpan itu,! Pasti gue dijebak pak!" Protes Heshi mulai menangis ketakutan "Kau akan diperiksa setelah bisa keluar dari rumah sakit, mulai sekarang polisi juga kembali menjaga diluar, kali ini mereka wajib berada disana untuk menjaga agar kau tidak kabur" Mereka semua tak bisa berkata-kata, justru mereka takut jika Heshi membongkar semuanya sekarang. Heshi menangis sekeras-kerasnya, polisi itu memang tidak langsung membicarakan hal penting itu ketika masuk karena hendak membaca alibi Heshi ketika mendengar berita. Ia segera keluar dari sana setelah memberi tahu kalau Heshi akan diselidiki "Aaakhh! Huaa.... Gue gak salah apa-apa!! Ini semua gara-gara- hmpphh" Aqato langsung menutup mulut Heshi sebelum ia mengatakan hal lai "Diam, Lo bisa hancurin semuanya kalau ngomong keras keras, diluar ada polisi" ucap Aqato "Gue gak bakalan biarin kalian bebas, kita harus nanggung ini semua bersama" ucap Heshi serius, Aqato yang takut akan ancamannya kini menahan marahnya dengan mengepalkan tangannya, ia tidak terima berada di situasi yang sangat mengancamnya sekarang "Cukup tutup mulut kalian" ucap Aqato pelan namun bisa didengar oleh mereka semua. Ia segera pergi keluar dari ruangan itu meninggalkan mereka yang masih kesakitan dan ketakutan akan terungkapnya kejahatan mereka. Heshi menatap mereka dengan kemarahan, matanya memerah dan terus meneteskan air mata. Dengan segera ia menarik selimutnya dan mengabaikan mereka semua "Gimana sekarang?" Ucap Fezi pada Rary "Gak tahu, gue... Gue rasa kita berakhir" ucap Rary dengan tatapan kosong, ia mengalami trauma yang belum sembuh, sama seperti Heshi yang selalu bermimpi buruk, Rary juga sering mendengar teriakan teriakan yang pernah ia sebabkan. Yaitu teriakan orang yang ia rekam didalam Vidio
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD