Menghidupkan lampu dan membersihkan diri adalah hal yang paling pertama dilakukan Aeris setibanya dia di apartemen, ia segera membersihkan dirinya agar terasa lebih segar, kini dengan pakaian tidurnya Aeris menuju balkon kamarnya untuk menghirup Udara segar, dan suasana malam adalah suasana dan waktu kesukaannya.
Dari balkon kamarnya Aeris melihat kebawah, disana ia melihat beberapa kendaraan yang berlewatan dan hamparan kota yang membentang dengan lampu yang ramai. jalanan langsung berhadapan dengan gedung apartemennya dan berjarak lumayan jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Jika ia melompat bisa dipastikan minimal ia akan mengalami kecacatan.
"Huftt. membosankan" Batinnya, ia melirik kursi santai yang ada dibalkon dan segera duduk disana, pandangannya jatuh ke langit ketika membaringkan kepalanya dikursi santai yang Panjang itu. pikirannya menjadi kosong seketika dan ia mulai memikirkan hal hal yang berputar sendiri didalam kepalanya. lagi lagi ia teringat akan Licia, hal mengerikan yang terjadi padanya setelah sekian lama tidak ada kejadian yang menghebohkan pada dirinya. Ia selalu mengatakan hidupnya lumayan membosankan, meskipun ia memiliki banyak kecukuoan untuk melangsungkan kehidupannya sendirian, ia tidak memiliki minat untuk berpergian sendirian seperti liburan, karena ia pernah mencobanya dan dia tidak merasa sama senangnya seperti orang lain ketika liburan.
"Apa gue mencari tahu aja? Lagi pula mereka gak bisa hidup tenang gitu aja" batin Aeris
Setelah berfikir sebentar, Aeris menyadari sesuatu dan segera terduduk kembali dari posisi berbaringnya
"Licia berada dikampus yang sama dengan gue dan kemungkinan besar perempuan dan laki laki itu ada dikampus yang sama juga dengan gue, tapi kenapa Licia ada disana malam itu? berarti Licia tinggal disekitar sini, atau salah satu dari mereka tinggal disini dan membawa Licia kesini untuk dikerjai?" ucap Aeris mengucapkan semua yang ia fikirkan
merasa waktu belum terlalu larut untuk keluar, Aeris segera mengambil jaket untuk menutupi piyamanya dan ia segera keluar dari apartemen miliknya, ia menuju lift dan turun kelatantai bawah, ia memutuskan untuk berjalan kaki sebentar sebagai olahraga ringan sebelum tidur dan juga ingin melihat lihat sekitar.
Pada saat seperti ini masih banyak orang yang berlalu Lalang disana, Aeris berjalan di trotoar sambal memperhatikan sekitarnya. Dan hal yang belum menjadi kebiasaan baginya kembali terjadi dimana beberapapa orang memperhatikannya dengan begitu seksama.
"Yahh. mungkin gue semakin cantik makanya orang pada lihatin gue" ucap Aeris
suara derap langkah kakinya terdengar begitu yakin disetiap langkahnya, ia berjalan dengan cepat dan menghirup Udara segar sedalam dalamnya. Ia terus berjalan hingga akhirnya tanpa sadar ia sudah sampai ditempat kejadian perkara. Sontak langkah kakinya berhenti dan ia tertegun ditempatnya, aura celah bangunan ini memang sangat berbeda ketimbang didatangi ketika siang hari.
"Oh, lampu" ucap Aeris yang sadar lampu jalan seberang sudah diperbaiki sehingga celah itu tidak terlihat seperti jalan buntu.
Aeris mengamatinya sebentar, memperhatikan sekitar apakah ada orang lain selain dirinya. Hingga akhirnya ia bisa melihat bayangan siluet seseorang ada disana, berada didalam celah yang masih dikelilingi garis polisi. Laki laki itu terlihat muncul begitu saja seakan sebelumnya ia jongkok sehingga bayangannya tidak terlihat. Aeris yang melihat itu bisa mengenali kalau dia laki laki
"Siapa itu" batin Aeris, ia hendak berjalan mendekat namun tanpa ia sengaja ia menginjak sebuah botol sampai plastik dan menimbulkan suara, Aeris tidak menduga kemunculan suara itu yang membuat orang yang hendak ia ikuti langsung berbalik melihat Aeris disana. Aeris terpaku takut kalau laki laki itu adalah laki laki yang ia cari, orang yang menyerangnya dan juga Licia. Ia sedang sendirian dan lawannya adalah laki-laki, kemungkinan besar ia akan diserang sekarang
"EH!!!" teriak Aeris ketika melihat laki laki itu lari menjauh bukannya mendekati Aeris, melihat orang tersebut takut dan menghindari dirinya justru membuat Aeris berinisiatif untuk mengejarnya, ia langsung melewati police line dan berlari sekencang kencangnya untuk menyusul. Ia mekewati celah itu tanpa rasa takut dan berlari kesisi kirinya dimana ia melihat laki laki itu keselah kiri saat kabur. Ketika sudah disana Aeris tidak melihat dimana keberadaan laki laki itu dan terus berlari berharap menemukan laki laki itu lagi, ia terus berlari dan berlari dari satu persimpangan ke persimpangan lain, memeriksa beberapa tempat yang bisa menjadi tempat persembunyian.
Daerah jalanan ini nyaris tidak memiliki jalan buntu sehingga Aeris mengelilingi jalanan yang sama beberapa kali. Selang beberapa puluh menit terus belari dan berjalan cepat, akhirnya Aeris menyerah dan merasa kalau laki laki itu benar benar berhasil kabur dirinya.
"Kemana dia, kenapa cepat banget ilangnya" Batin Aeris dengan nafas yang masih ngos ngosan setelah berlari. Ia langsung duduk ditanah untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa sangat Lelah dan berat.
"Huft cape banget, padahal gue termasuk yang larinya cepat, dia kemana sampai gak kelihatan sama gue" Ucapnya dan memperhatikan jalan disekitarnya, ia tidak merasa takut karena sudah mulai tidak ada orang. Cuaca yang seharusnya dingin tidak bisa mengalihkan rasa panas tubuhnya yang berolahraga.
"Apa dia orang yang tinggal disekiar sini?" batinnya lagi
Dirinya kini semakin yakin orang yang ia lihat tadi adalah orang yang sama pada malam itu, kalau tidak, tidak mungkin ia langsung berlari ketika melihat Aeris kalau bukan karena ia mengenalinya. dan tidak mungkin menghilang dengan cepat kecuali masuk kesalah satu gedung disana.
Selang beberapa lama duduk, Aeris merasa sudah waktunya ia pergi dari sana. Ia beranjak dari duduknya dengan perlahan, namun tiba tiba ada seseorang yang muncul dengan tiba tiba dihadapannya, bahkan Aeris tidak menduga kejadian itu hingga ia reflex mundur kebelakang dan hamper terjatuh.
"WOW" ucap Laki laki yang tidak dikenal itu ketika melihat Aeris, ia tersenyum seakan mendapatkan lotre yang sanat berharga namun terkesan sangat menyeramkan
Aeris yang bertatapan mata dengannya bukannya takut melihat senyumannya yang mengerikan, ia justru terpaku pada warna mata pria tersebut. Mata pria itu berwarna merah seperti kristal dengan kilauan yang terpancar disana. Aeris semoat berfikir apakah itu soflens namun melihat bentuk dan kilaunya membuat Aeris meyakini kalau itu adalah mata yang asli.
"Malam keberuntungan ku"
setelah mengucapkan kalimat itu, laki laki itu langsung menarik tangan Aeris untuk mendekat dengannya, dengan cepat ia juga menyingkirkan rambut yang menutupi leher Aeris.
"Heeeiiii!!!" Pekik Aeris dengan cepat sampil memukul tangan laki laki itu, tapi tangannya justru kembali tertaahan dan digenggam dengan erat
Aeris berusaha melepaskan tangannya yang digenggam dengan erat, ia membenrontak dan melayangkan tangannya yang masih terbebas namun berakhir digenggam oleh pria itu, kedua tangannya digenggam oleh satu tangan pria itu. Aeris semakin panik apalagi sebelah tangan pria itu kini memegang lehernya
"Akhhhh!!!!!" Pekik Aeris yang sudah sangat panik, ia mencoba menendang kaki laki laki itu tapi pergerakanya terbaca dan kakinya berakhir dikunci, Aeris benar benar berteriak histeris apalagi ketika menyadari wajah laki laki itu sudah berada dekat dengan lehernya. Aeris tidak ingin mengalami kejadian naas lagi
Brakkkk
Suara remuk yang terdengar sangat dekat bisa didengar oleh Aeris yang menutup matanya sejak tadi, ia berdiri tegak dan mulai membuka matanya ketika merasakan tangannya terbebas begitu juga dengan kakinya. Saat matanya sudah terbuka sepenuhnya ia langsung meraba tubuhnya yang baik baik saja dan lehernya yang tadinya terasa disentuh dengan tangan yang sangat dingin
Zringgg
Suara aneh terdengar dari belakangnya dan membuat ia berbalik untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, ia menemukan laki laki yang menyerangnya tadi sedang berdiri berhadapan dengan laki laki lain yang sepertinya ia kenali. namun yang paling mengejutkan baginya ialah ekspresi, dan juga aura mereka berdua.
"Apa ini, kenapa gue merasa tertekan melihat mereka" batin Aeris, Laki laki itu adalah Lawson, ia sedang menatap orang yang menyerang Aeris dengan mata emasnya
"Lo mau ambil buruan gue? Gue yang dapat dia lebih dulu jadi dia milik gue" ucap laki laki itu pada Lawson
"Sayangnya dia gak bakalan jadi santapan lo, lebih baik lo pergi, lo gak bisa nandingi gue" Ucap Lawson, laki laki tidak terima dengan perkataan Lawson namun ia juga tidak menganggahnya didalam hati
"Gue gak bakalan nyerahin dia, lo sendiri yang ikut campur disini"
"Lawson!!!" Ucap Aeris memanggilnya, mereka berjarak lumayan jauh dan panggilan Aeirs padanya membuat kedua laki laki itu menoleh padanya.
Aeris terhenyak melihat mata Lawson, seharusnya laki laki itu memiliki warna mata coklat seperti biasanya, bukan berwarna emas berkilau seperti sekarang, kemudian ia membandingkan dengan laki laki yang berwarna merah dan menyadari kedua mata laki laki ini sangat aneh.
"Oh... kalian saling kenal?" ucap laki laki itu lagi pada Lawson
"kalau sudah tahu, pergi sekarang. Kita gak boleh bertengkar dipemukiman ini" Ucap Lawson dengan penuh penekanan. laki laki itu tersenyum dengan penuh maksud, ia melirik Aeris seakan mempertimbangkan sesuatu antara Aeris dan Lawson
"Darah lezatnya pasti udah lo coba, kalau lo bosan, gue bakalan rela ngambil dia. Belum lagi dengan kekuatannya itu, pasti lezat. Ahh..... saying banget gue telat"
Setelah mengatakan kalimat itu, Laki laki itu langsunhg melesat pergi dari sana menggunakan kekuatannya, ia menghilang dalam sekejap mata dan membuat Aeris langsung terkejut dan tersimpuh. Kakinya melemas seakan baru saja melihat hantu. Lawson tahu hal ini akan terjadi dan segera berjalan mendekati Aeris.
"Lo gak papa?" Ucapnya berjongkok untuk melihat Aeris dengan dekat
"I-itu, siapa dia? kenapa hilangnya cepat banget?" ucap Aeris
"Lo beneran gak tahu?" heran Lawson, ia masih tidak percaya Aeris bahkan tidak tahu siapa dirinya sekarang
Aeris melihat Lawson dan menatapnya, ia melihat warna bola mata Lawson sudah kembali seperti semula, berwarna coklat seperti orang pada umunya
"Gue gak mungkin salah lihat" batin Aeris
"Lo.... siapa?" ucap Aeris lagi
"Lawson"
"Bukan itu yang gue tanya"
Lawson yang berjongkok juga menatap mata Aeris untuk melihat kejujuran disana, dan ia yakin kalau Aeris tidak sedang berpura pura
"Lo.... kenapa baru terlihat sekarang?" ucap Lawson dengan serius dan menusuk manik mata Aeris
"Maksud lo?"
"Selama ini gue kira lo gak ada"
Pernyataan yang diucapkan Lawson semakin membuat Aeris bingung, ia langsung mengalihkan perhatiannya dan berusaha berdiri. Lawson ikut beranjak berdiri bersamaan dengannya
"Gue gak ngerti apa yang lo biacarain dan lo gak menjawab pertanyaan gue. Tadi.... gue gak salah lihat kan? Oke gue pasti salah lihat, pasti kepala gue bermasalah lagi" Ucap Aeris yang bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Ia lebih memilih mempercayai bahwa yang ia lihat hanyalah masalah yang ditimbulkan oleh saraf otaknya yang membuatnya berhalusinasi, belum lagi Aeris penyuka film dan n****+ sehingga bisa saja keruskaan otaknya sekarang membuat segala halusinasinya terlihat nyata
"Kenapa lo bilang salah lihat? emangnya lo lihat apa?" pancing Lawson
"Mata lo-, dan dia juga larinya ce. pat" ucap Aeris ragu ragu
"oh ya? jadi lo lihat semuanya? Jadi... apa kesimpulan lo?"
"Kesimpulan? Lo bicarain apasih? Ajh! gue pusing!" Pekik Aeris yang tidak tahu jalan pikirnya saat ini, ia tersiksa dengan semua yang ia alami, ia teringat hal yang dilakukan pria aneh itu terhadap dirinya dan membjuatnya bergidik ngeri