25

1695 Words
Dap dap dap dap Langkah kaki Aeris yang sedang berlari di atas di atas aspal jalanan terdengar mengisi kesunyian pagi hari. Beberapa orang yang melaksanakan aktivitas olahraga pagi seperti dirinya juga terlihat berpapasan dengannya. Baik itu anak muda maupun orang tua. Pagi ini ia bangun cepat dan langsung bergegas untuk olahraga pagi, ia tidak memiliki jadwal kuliah hari ini dan biasanya ia akan menghabiskan waktunya di apartemen jika Vulia tidak mengajaknya pergi keluar "Hosh.... Hosh ... Hosh...." Suara nafasnya beraturan Ia sudah berlari beberapa kilometer jauhnya, mulai dari apartemennya menuju taman kota. Merasa nafasnya sudah akan habis dan dirinya sudah cukup kelelahan langkahnya pun perlahan menjadi melambat. Ia mencari tempat duduk untuk mengistirahatkan dirinya. Sementara itu di posisi yang berbeda seorang laki-laki juga baru saja tiba di tempat yang sama, ia baru saja berolah raga dengan jalan santai di sekitar rumahnya. Siapa sangka, area rumahnya memang dekat dengan taman kota ini, dan seseorang yang baru saja ia temui kemarin sudah berada di sana secara tiba-tiba "Pagi" Ucap Aqato sambil berdiri disamping Aeris, Aeris yang masih bersantai langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara. Melihat wajah Aqato tidak mengejutkan bagi Aeris, ia justru diam tak berkutik dan mengabaikannya, meskipun awalnya ia sedikit terkejut dengan kehadirannya "Lo olahraga pagi?" Ucap Aqato lagi, ia segera duduk di samping Aeris yang langsung menggeser sedikit tempat duduknya agar jauh dari Aqato. "Kenapa lo mengabaikan gue sih? Gue yakin lo bukan orang pendiam. Seandainya pun lo orangnya pendiam kalau orang bertanya enggak mungkin Lo diamankan terus kan" "Soalnya Lo gak penting" ucap Aeris to the point "Ohhh.... Terus gimana caranya supaya gue menjadi orang penting bagi lo" "Dih, gak usah repot-repot" "Gue pengen dekat sama Lo" "Gue enggak" Aqato menunjukkan senyum tipisnya yang sama sekali tidak dilirik oleh Aeris, ia merasa semakin tertantang untuk mendapatkan Aeris yang terlihat seperti perempuan jual mahal baginya. Di dalam dirinya ia yakin kalau sebenarnya Aeris tertarik padanya dan berusaha membuat Aqato yang lebih dahulu tertarik padanya. Salah satu cara yang digunakan nya adalah pura-pura jual mahal "Jadi.... Lo setiap hari lari pagi kesini?" "Mungkin ini bakalan terakhir kalinya gue lari pagi ke sini" "Hahaha, Lo takut jumpa sama gue? Atau.... Selama ini Lo kesini karena lo udah tahu sama gue dan berusaha ngelihat gue diam-diam?" Aeris yang merasa laki-laki di sebelahnya ini sangat narsis akhirnya menatap Aqato dengan tatapan kesal, ia juga melirik pakaian yang dipakai laki-laki itu. Aeris memakai pakaian olahraga karena ini memang sedang olahraga pagi namun Aqato justru sedang memakai pakaian santai, ia juga tidak terlihat kelelahan seperti dirinya. Aqato lebih terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur dan langsung berjalan-jalan pagi keluar "Sebelum lu ngomong kepedean, lebih baik berkaca dulu kalau mau keluar rumah" Mendengar kritikan mengenai penampilannya membuat senyum maut Aqato langsung hilang, ia melirik celana dan pakaian yang ia pakai, ia membiarkan Aeris beranjak pergi meninggalkannya "s**t, gue lupa pakai baju ini, lagian mana gue tahu dia bakalan ke sini" ucap Aqato melihat Aeris pergi, ia memang selalu memakai pakaian rumahannya untuk berjalan-jalan pagi di sekitaran. Karena tadinya ia maraton untuk menuju taman, kini Aeris hanya berjalan santai untuk kembali ke apartemennya. Selang beberapa lama ia berjalan akhirnya ia sampai di apartemennya, saat ia masuk kedalam pintu utama lobi, ia bisa melihat beberapa orang yang ada disana dan salah satu dari mereka merupakan orang yang ia kenal "Aeris!" Ucap Dexter antusias melihatnya, ia juga segera berjalan mendekatinya "Pagi Dexter, Lo mau kemana?" Ucap Aeris, selama ia berada di sini ia merasa Dexter lumayan baik padanya. Dan dibanding para vampir, werewolf ataupun Wizard lain, Dexter tidak mengganggu dirinya seperti diam-diam mendekati unit apartemennya ataupun hanya menguntitnya secara diam diam. Aeris bisa merasakan itu semuanya selama ini namun berusaha mengabaikannya. Dia sudah terlalu nyaman berada di apartemennya sekarang dan akan merepotkan jika ia pindah. Di tempat barunya belum tentu tidak ada kaum immortal, dan bisa jadi yang ada di sana jauh lebih jahat dibanding di tempatnya berada sekarang "Mau keluar bentar. Wow.... Kayaknya lo barusan olahraga pagi yah?" "Iyap, yaudah gue diluan yah" "Eh Bentar" ucap Dexter mencegahnya "Hmm.... Belakangan ini gue lihat lo lagi deket sama Lawson" tebak Dexter, tentunya ia sebenarnya juga memperhatikan Aeris dari jauh, ia juga termasuk orang yang mengetahui Aeris adalah penyihir dan ia adalah seorang Wizard "Iya, hehehe... Kebetulan kami punya beberapa kelas sama jadi sering sekelompok" "Hanya itu? Lo juga bareng dia walaupun di luar jam kuliah kan?" Aeris yang sudah tahu kalau Dexter adalah Wizard langsung mengerti kenapa laki-laki itu bertanya padanya "Ehm..... Gue boleh minta tolong sama Lo gak?" "Apa itu?" "Lo Wizard kan" Mata Dexter langsung membulat, ia terlambat mendapatkan info mengenai ini. Ia mengira kalau sampai sekarang Aeris belum mengetahui apapun "Jadi Lo udah tahu? Sejak kapan? Kenapa lo kelihatan santai aja?" Antusias Dexter, ia memperhatikan sekitarnya dan ada manusia biasa yang masih bisa mendengarkan percakapan mereka "Gimana kalo kita jalan jalan pagi lagi?" Tawa Aeris langsung terdengar ketika mendengar tawaran Dexter, ia mengangguk setuju dan mereka segera keluar kembali dari lobi untuk mencari tempat yang lebih cocok untuk berbicara. Setelah keluar mereka memilih untuk duduk di kursi yang terdapat di emperan jalan "So.... Lo udah sadar kalau Lo penyihir?" Ucap Dexter langsung setelah mereka duduk "Iya" "Lawson yang ngasih tau Lo?" "Hmmm.... Bisa dibilang iya, awalnya gue ngerasain hal-hal yang aneh terus, dan dia selalu ada didekat gue dan bicarain hal aneh. Gue juga jumpa sama vampire, secara nggak sengaja sih... Tapi menyadarkan gue secara perlahan-lahan" "Terus, kenapa bisa? Lo tahu kenapa selama ini diri lo itu manusia biasa. Kenapa tiba-tiba lo menjadi Wizard? Gue dan yang tinggal di apartemen ini saling mengenal satu sama lain setidaknya tahu wajahnya masing-masing sebagai mahkluk Immortal. Kami agak kaget ketika merasakan aura baru" "Itu sebabnya ada beberapa yang kadang datang ke depan kamar gue kan? Atau kadang ngintip dari balkon sebelah" tebak Aeris "Iya, tapi percayalah itu bukan gue" "Iya gue Tahu itu bukan Lo. Yah gue juga nggak tahu kenapa tiba-tiba jadi kayak gini tapi yang jelas semuanya dimulai waktu gue kecelakaan. Yang diberitakan di TV waktu itu, 1 perempuan mati dan satu lagi masih bisa diselamatkan, kejadiannya di sekitar sini" "Gue gak nonton TV" cengir Dexter, ia memang tidak gemar menonton televisi, jadi kalaupun ia mendengarkan berita pasti hanya berita-berita besar saja dan tentunya tidak didengar secara sengaja "Ohh.... Hmm, jadi kemarin ada kejadian yang nimpa gue, sampai gue harus dilarikan ke rumah sakit. Gue harusnya mati sih, apalagi badan gue udah babak belur dan banyak ngeluarin darah. Tapi herannya waktu gue bangun sama sekali nggak ada luka" "Hah?" Heran Dexter langsung "Kenapa gak ada luka?" Lanjutnya "Bukannya wizard cepat sembuh yah" ucap Aeris heran "No, badan kita mirip sama manusia. Kita berdarah, bisa terluka dan butuh waktu untuk mengobatinya, tapi kita mempunyai ilmu pengobatan yang jauh lebih luar biasa dibanding manusia. Kita bisa menyembuhkan luka yang serius dalam semalam dengan menggunakan sihir, tapi... Lo dirumah sakit kan? Kenapa Lo bisa cepat sembuh?" Aeris terdiam, ia mengira selama ini kalau lukanya cepat sembuh dikarenakan Ia adalah seorang Wizard, seorang vampire tidak mudah terluka, jika badannya tersayat makan nanti badannya akan menutup lukanya sendiri begitu juga dengan Werewolf. Sehingga Aeris berfikir kalau wizard memiliki kemampuan yang sama "So.... Maksud Lo pasti ada penyihir yang ngobatin gue di rumah sakit? Tapi waktu itu..... Gue nginjak kaca dirumah gue dan pas gue bangun luka gue juga udah sembuh" protes Aeris Dexter ikut dibuat bingung olehnya, ia tidak merasa kalau Aeris memiliki keturunan blasteran. Seperti Vampir namun juga Wizard disaat bersamaan. Apalagi Aeris pasti belum terikat dengan vampire manapun, atau Werewolf manapun "Mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit udah ada yang nyelamatin langsung di tempat kejadian, entah siapapun itu. Bisa jadi Vampire atau Werewolf. Kalau mereka meneteskan darah mereka ke luka lo pasti luka lo bakalan sembuh dengan cepat" Orang yang terlintas dibenak Aeris adalah Lawson, ketika ia di rumah sakit Lawson adalah orang yang mengaku sebagai kerabatnya sudah pasti kalau Lawson bertemu dengannya sebelum ambulans datang. Mereka penuh dengan darah malam itu, pasti Vampire seperti dirinya langsung tertarik dengan aroma darah Aeris dan Licia "Tapi kepala gue geger otak kata dokter, gimana cara Lawson nyembuhkannya? Dia belah otak gue gitu?" Batin Aeris sambil melamun "Lo ketemu jawabannya?" Panggil Dexter "Kayaknya Lawson, dia ngaku sebagai keluarga gue waktu gue di rumah sakit, tapi.... Itu tetap ga menjawab Kenapa tiba-tiba gue menjadi wizard kan? Karena gue menjadi aneh sejak hari itu" Tentunya tidak ada kemampuan Lawson yang bisa mengubah seorang manusia menjadi Wizard, tapi Dexter juga percaya kalau Lawson yang meneteskan darahnya malam itu, karena ia sangat cepat menyadari Aeris merupakan wizard yang kuat. Darahnya tercium dan memanggil para Vampire. "Kayaknya kita belum menemukan jawabannya" ucap Dexter menghela nafasnya, membuatnya ikut merasakan gundah hati Aeris yang tidak tahu asal-usul dirinya "Eh Lo punya kekuatan apa?" Ucap Aeris mengalihkan pertanyaan "Gue? Hmm..... Gak terlalu spesial sih" "Iya apa itu? Gue mau tahu" "Gue bisa berubah bentuk" ucap Dexter, Aeris yang sudah antusias menjadi heran apakah kekuatan itu termasuk dalam hal luar biasa atau tidak "Contohnya?" "Gue bisa berubah jadi anjing, babi, kuda, atau menjadi Lo, gue bisa jadi dosen Lo.... Jadi presiden, dan lainnya" "Serius?" Ucap Aeris yang kini tahu letak menariknya kekuatan Dexter. Laki laki itu bisa menyerupai benda benda hidup yang ia lihat, ia termasuk Wizard yang memiliki kemampuan alami sebagai shape shifters. Mereka bisa mengubah bentuk mereka menjadi apapun yang mereka mau. Namun untuk menyerupai sesuatu juga memiliki tingkat kesulitan dan masing-masing dan perlu dilatih. "Iya, gue bisa nyamar jadi Lo kalau Lo mau" "Berarti kalau gue bolos Lo bisa pura pura datang kuliah gantiin gue?" "Hahahah dasar licik. Baru aja dikasih tahu Lo udah tahu kekuatan gue bisa dimanfaatkan yah" Mereka berdua langsung tertawa bersama, kemudian Dexter juga mengajukan pertanyaan yang sama pada Aeris. Ia mengira kalau Aeris sudah tahu kekuatannya "Terus kekuatan Lo apa?" "Hadeh, boro boro punya kekuatan. Sampe sekarang belum ada pertanda kalau gue beneran punya kekuatan apa enggak. Lawson aja masih mencari tahu gimana caranya agar gue bisa nemuin kekuatan gue" keluh Aeris "Wajar aja dia kurang tahu, walaupun dia hidup udah lama dia gak bakalan lebih tahu dibandingkan Wizard itu sendiri. Dia gak sepenuhnya paham tentang kita. Gue bakalan bantu Lo, gimana?" Tawar Dexter
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD