24

1620 Words
Drap Seseorang baru saja mendudukkan dirinya di tempat yang sama dengan Aeris. Setelah keluar dari kelas tadi Aeris langsung menuju taman untuk membaca buku di sana. Dan tentunya buku yang ia baca ini bukanlah buku pelajaran untuk n****+ melainkan buku yang ia bawa dari tempat Marth. Ia yang tadinya duduk sendirian langsung menyembunyikan bukunya dengan kedua siku nya agar Aqato yang baru saja datang tidak ikut membaca buku miliknya Sementara itu Aqato justru sedang meliriknya secara terang-terangan, Aeris masih tidak memperdulikannya karena fokus kepada bukunya. Namun beberapa saat kemudian ia menyadari kalau sepertinya laki-laki itu hanya duduk dan menatapnya. Ia suara mengangkat wajahnya untuk melihat Aqato, dan benar saja seperti dugaannya ia sedang diperhatikan sekarang. "Ngapain dia? Udah jelas-jelas ketangkap basah ngeliatin gue malah makin ngeliatin, bukannya buang muka" batin Aeris "Siapa yah?" Ucap Aeris pada akhirnya, Aqato akhirnya diajak berbicara langsung menunjukkan senyumnya, ia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Aeris "Cantik juga ternyata" batinnya "Lo kenal gue?" Tanya Aqato "Itu pertanyaan yang harusnya gue tanyakan sama lu, Lo kenal gue? Ngapain lu duduk di depan gue sambil ngeliatin gue" "Nggak ngapa-ngapain sih, cuman tertarik aja ngeliat Lo duduk disini" Mendengar kalimat buaya itu membuat Aeris memutar bola matanya malas dan kembali dengan kesibukannya, mencoba mengabaikan salah satu jenis manusia yang berbahaya di depannya. "Gue senior Lo loh" ucap Aqato lagi, ia memang berada di jurusan yang sama namun seharusnya ia sudah tamat sekarang. Dikarenakan ia sering bolos yang memiliki beberapa mata kuliah yang harus diperbaiki. Dan ia juga masih menunggu orang yang ia bayar untuk menyelesaikan tugas akhirnya selesai mengerjakannya. Merasa diabaikan oleh Aeris membuatnya mulai kesal, namun ia juga merasa tertantang untuk membuat Aeris banyak bicara dengannya "Hei Aeris" Dengan menyebutkan namanya membuat Aeris langsung berpikir bagaimana Aqato bisa mengenalinya, ia tidak mengenal laki-laki asing ini sama sekali dan dia juga bukan salah satu kaum vampire, werewolf ataupun Wizard. Aeris sangat yakin kalau dia hanya manusia biasa "Dari mana lo tahu nama gue?" "Teman" "Siapa teman lo" "Yang jelas teman gue punya kenalan yang kenal sama Lo" "Dan Kenapa Lo nyari tahu nama gue" "Karena gue tertarik" Semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Aeris dijawab dengan cepat oleh Aqato. Aeris menatapnya heran, ia tahu kalau pasti ada maksud terselubung dari datangnya orang ini. Karena merasa tidak nyaman dan tidak ingin terus diganggu oleh Aqato, ia menutup buku dan segera beranjak dari sana. Awalnya ia berniat untuk segera pulang dan menghabiskan waktunya membaca di apartemennya. Tapi ternyata Aqato masih mengikutinya dengan berjalan disampingnya, Aeris tidak yakin kalau ia langsung pulang dengan seorang penguntit yang pasti akan mengetahui tempat tinggalnya nanti "Ck, Lo siapa sih? Jangan ikutin gue" ucapnya kesal sambil memberhentikan langkahnya "Akhirnya Lo bertanya, kenalin gue Aqato" ucap Aqato sambil mengulurkan tangannya "Gue nggak sepenuhnya nanyain nama lo, secara spesifik dia itu pengen nanya siapa dan apa status lo sampai Lo ngikutin gue" "Kita punya status yang sama, Gue cuman mau ajak Lo kenalan apa itu salah? Gue tertarik sama Lo" Ekspresi Aeris bukannya terpana ataupun tertegun karena kalimat gombal itu, ia langsung dari berekspresi jijik kepadanya. Ia menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka akan mengalami hal-hal menjijikkan yang pernah ia lihat di dalam adegan drama. Di dalam drama yang ia tonton Ia memang merasa baper namun melihat kejadian langsung di depan mata dan membuatnya mau muntah sendiri "Euh, jauh jauh" ucap Aeris berjalan kembali, Aqato masih terus mengikutinya, Aeris mulai ingin memaki laki laki yang bertindak seperti penguntit ini "Aqa!!!" Seseorang berteriak mengarah kepada mereka, Aeris tahu kalau panggilan itu bukan untuknya tapi ia tetap melihat dari mana sumber suara itu berasal. Seorang perempuan blonde yang tidak asing baginya sedang berjalan mendekati mereka dan matanya memperhatikan ia dan juga Aqato. Aeris menyadari kalau yang dipanggil barusan adalah laki-laki penguntit ini "Heshi, ngapain Lo kesini?" Ucap Aqato, Aeris mengangguk paham kenapa Aqato mengenalnya, mungkin dikarenakan Heshi meskipun ia tidak tahu kenapa dirinya menjadi pembicaraan di antara mereka. Ia hendak berjalan meninggalkan Aqato namun dengan sigap laki laki itu menahan pergelangan tangannya "Bentar" ucap Aqato pada Aeris, bukan hanya Aeris yang terkejut dengan tindakannya itu tapi juga Heshi ia langsung membelalak kepada Aqato. "Aqato! Lo ngapain pegang tangan dia! Lo juga! Lepasin.... Jangan pegang-pegang!" Teriak Heshi menarik kedua tangan mereka agar terpisah, ia sedikit kesulitan memisahkan tangan mereka karena genggaman Aqato yang lumayan kuat "Aw" ucap Aeris yang bisa merasakan kemarahan Heshi ketika menarik tangannya agar terlepas "Dasar cewek gatal Lo, Jangan dekati pacar gue" ucap Heshi pada Aeris yang masih bingung dengan posisinya sekarang. Heshi hendak mengajak Aqato pergi dari sana dan menarik tangannya namun laki-laki itu tidak bergerak dari tempatnya berdiri "Beb? Ayo" bujuknya, Aqato menatapnya dingin, membuat Heshi bingung kenapa Aqato tidak bersikap seperti biasanya. Laki-laki itu juga punya menatap Aeris yang sedang menonton adegan mereka. "Kita jumpa lagi besok" "Jangan coba" ucap Aeris pergi dari sana, ia merasa bersyukur laki-laki hidung belang itu sudah ditahan oleh perempuan yang menggilainya Kini tinggallah Aqato dan Heshi disana, menatap kepergian Aeris yang berjalan menjauh dari mereka "Kenapa Lo dekatin dia huh?" Kesal Heshi "Lu nggak bilang sama gua kalau ternyata dia cantik" "Beb?!! Kenapa lo tega banget ke gue bilang dia cantik di depan pacar lo sendiri? Are you kidding me?" "Gue cuman ngomongin fakta, seandainya gue tahu kalau dia cantik waktu itu" Heshi yang mendengar itu langsung kalang kabut, ia juga memiliki paras yang cantik namun masih banyak perempuan yang lebih cantik dibanding dirinya. Setidaknya Aqato yang berparas tampan sesuai dengan kriterianya tidak memiliki standar kecantikan seperti dirinya. Dan sudah berkali-kali laki-laki itu memuji perempuan lain di depan dirinya "Kenapa gue nggak pernah cukup sih dimata Lo?" Ucap Heshi dengan ekspresi patah hatinya Aqato menatap matanya dengan intensi ini bukan pertama kalinya ia melihat ekspresi itu. "Ayolah... Lo tahu sendiri Gue cuman main-main doang kalau mendekati mereka. Dia juga Aeris, perempuan yang jadi musuh kita. Apa salahnya gue mainin bentar" bujuknya, Sebenarnya hal ini sudah sering terjadi di antara mereka, Aqato selalu tertarik dengan perempuan cantik dan mendapati mereka hanya untuk dipermainkan saja. Heshi sebenarnya merupakan salah satunya perempuan yang bertahan lama dengannya, itu juga dikarenakan ia sangat penurut pada Aqato, namun bukan berarti ia bahagia dengan hubungan mereka. Setiap kali pacarnya itu mendekati perempuan lain yang harus menanggung rasa sakit hatinya sendiri, melihat pacarnya bermesraan dengan perempuan lain. Pada akhirnya dia juga yang membuat perempuan lain itu menjauh, dengan cara membullynya. Aqato tidak akan peduli lagi kepada mereka juga sudah bosan sehingga Heshi bisa leluasa menyerang mereka untuk melampiaskan rasa kesalnya "Lo mau apa sama dia?" Tanya Heshi lagi "Seperti biasanya" Setelah mengatakan itu Aqato pergi berjalan meninggalkan Heshi dibelakangnya. Perempuan itu Mama jam kan matanya untuk meredakan rasa kesalnya. Setelah ia merasa cukup tenang ia segera menyusul Aqato kembali Setelah terbebas dari Aqato, Aeris ini sedang menuju tempat Marth untuk mengambil buku bacaan yang lain. Memakai kendaraan umum sendirian dan akhirnya sampai di tempat tujuannya Namun saat yang baru saja turun dari taksi dia melihat orang lain masuk kedalam toko itu, tentu saja dia bukanlah seorang manusia biasa mainkan bangsa yang sama dengan Aeris. "Vampir lagi" Ucap Aeris, setelah perempuan itu masuk ke dalam ia terus melanjutkan langkahnya untuk masuk Kring Suara bel pintu berbunyi bersamaan dengan dirinya yang masuk. Ia melihat perempuan tadi sudah ada disana dan berdiri didepan sebuah lukisan. Kedatangannya membuat perempuan itu melihat ke belakang "Ohh..... Lo...." Aeris mengangkat kedua alisnya karena perempuan itu terlihat mengenali dirinya "Yah?" "Lo Aeris kan? Jadi Lo udah tahu" ucapnya "Udah tahu? Apa dia juga sadar kalau gue baru jadi Wizard? Kayak yang di bilang Lawson? Dia tim mana? Vegetarian atau enggak" batin Aeris, karena pasti para vampire yang bukan vegetarian ingin menghisap darahnya "Ehm... Udah" ucapnya ragu "Sejk kapan...? Oh iya kenalin gue Lelia, gue vampire dan gue yakin lo udah menyadari itu sejak tadi" ucap Lelia memperkenalkan dirinya, selama ini ia hanya memperhatikan Aeris dari jauh, dan baru beberapa hari Ia juga sudah pindah ke gedung apartemen yang sama dengan Aeris dan Dexter. "Belakang ini, Lo Kenapa bisa kenal sama gue?" "Hahaha, banyak yang udah tahu tentang lu tapi gak sadar kalo lo orangnya. Kabar tentang penyihir kuat yang terlihat di kota ini, sebenarnya ada pilihan lain yang sama kuatnya sama lo tapi jumlah mereka terhitung dan mereka menjadi orang-orang terkenal di sini. Makanya kemunculan lo yang tiba-tiba pasti langsung jadi pembicaraan kami" Aeris mengangguk mengerti, ia tidak tahu harus mengatakan apa dan bereaksi apa ketika Lelia memperhatikan moral dari ujung kepala hingga kaki nya. Ia merasa sedang di scan oleh mata itu "Gue harap kita bisa berteman, Lo lagi ngapain kesini?" Ucap Lelia lagi "Baca buku, Lo sendiri?" "Mau masuk portal" "Portal..." Beo Aeris sebentar kemudian mengingat kalau Lawson pernah membicarakan mengenai lukisan yang ada di belakang Lelia. Lukisan yang terlihat seperti pintu gerbang itu merupakan salah satu portal menuju dunia immortal "Oh.... Ya udah, gue kesana dulu" ucap Aeris hendak pergi ke tempat duduk yang biasa ia tempati ketika berkunjung "Lo gak mau ikut sama gue?" "Gak usah" "Lo udah pernah kesana kan?" Aeris hanya tersenyum tidak memberikan jawaban, Lelia Tahu arti respon itu. "Lo belum pernah ke dunia kita ternyata lebih baik lu ikut sama gue pergi ke sana sekarang kita bakalan kembali lagi kesini nanti" tawarnya mendekati Aeris yang sudah duduk "Gue ada rencana malam ini dan masih banyak hal yang harus dikerjakan. Mungkin lain kali gua bakalan ke sana" "Oh ya, hmm.... Lo bakalan ke sana sendirian?" Pancing Lelia, ia tidak tahu mengenai Lawson yang sudah lebih dahulu mendekati Aeris sebelum yang lain mengambil kepercayaannya "Gue punya teman" Senyum Lelia yang tadinya masih terus mereka langsung berubah menjadi senyum kikuk "Dexter?" Ucap Lelia, karena Dexter sudah lebih dahulu tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Aeris, dia adalah dugaan yang terkuat menurut Lelia
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD