Hari sudah berganti menjadi malam, lampu lampu perkotaan kini menggantikan posisi matahari untuk menerangi manusia dalam melaksanakan kegiatannnya. Dari balkon kamar miliknya Aeris bisa melihat lampu lampu kota yang terang benderang, dan juga lampu kendaraan yang berlalu lalang dijalanan. Ia melihatnya sekilas dari balkon untuk menikmati pemandangan malam yang selalu menjadi Waktu favoritnya ketimbang siang hari yang cerah.
"Ck, gue malas keluar tapi gue juga pengen makan. kalau mesan online terlalu banyak toko yang harus dimasukkan kedalam pesanan, gue mau belanja banyak" batin Aeris sambil membuka kulkasnya yang kosong, ia segera menutup kulkasnya dan bergegas untuk pergi keluar. Dengan sweater yang menjaga tubuhnya agar hangat dan juga celana jeans panjangnya, ia segera keluar dari sana sendirian. Ia bergegas menuju lift untuk turun kelantai bawah
Sesampainya dilantai bawah dan berjalan keluar gedung, ia segera menyeberang karena toko dan rumah makan yang ia tuju berada didaerah yang berdekatan dengan tempat tinggal Lawson, disepanjang pinggir jalan raya itu terdapat banyak bangunan Yang beragam mulai dari gedung apartemen atau perusahaan, dan juga toko besar lainnya.
Namun kini Aeris lebih dahulu masuk kedalam sebuah toko toserba yang ada disana. Keadaan tidak seramai yang ia duga. Hanya ada penjaga kasir dan dua orang pelanggan seperti dirinya yang asik belanja dan memperhatikan rak barang
Aeris mengambil keranjang belanjaan dan segera pergi ke arah rak tempat Snack disusu dengan rapi, ia mulai memilih dan memasukkan nya satu persatu.
Ketika sedang asik memilih, Aeris merasakan kalau dua orang perempuan pembeli seperti dirinya sedang berada didekatnya, dan ia bisa melihat dengan sekilas kalau mereka sedang berdiri menghadap Aeris. Namun ia hanya mengabaikannya terlebih dahulu
"Kita jumpa lagi" ucap seseorang yang berjalan mendekati Aeris, ia langsung melihat perempuan itu dan ia masih mengingat wajah mereka dengan jelas dibenaknya
"Oh, kalian lagi" ucap Aeris
"Iya kami lagi, ini... Sudah keberapa kali kita bertemu yah?" Ucap salah satu perempuan itu seakan ingin menebak hal yang sebenarnya sudah ia ketahui
"Dua" ucap Aeris yakin, ia hanya mengingat kalau mereka pernah bertemu di tangga kampus saat ia hendak masuk kedalam kelas perkuliahan dan sekarang untuk kedua kalinya
"Bukannya tiga?" ucap mereka lagi
"Oh ya? kapan?"
mereka diam dengan senyum sinis pada Aeris namun Aeris tidak menanggapi tingkah aneh mereka itu, bagi Aeris mereka hanya berusaha terlihat keren didiepannya. Aeris yang tidak mendapat respon apapun mengalihkan perhatiannya kepada barang belanjaannya kembali. Awalnya ia mengira kalau para perempuan itu masih akan mengajaknya bicara meskipun ia mengabaikan mereka tapi kini mereka meninggalkan Aeris dan segera pergi ke kasir. Aeris merasa sedikit aneh dan melirik mereka diam diam, setelah mereka keluar dari toserba ia segera menuju kasir untuk melakukan pembayaran
"Kau kenal mereka?" ucap laki laki tua yang menjadi penjaga kasir toserba
"Gak, cuma jumpa dikampus sesekali"
"Oh... ku kira kau teman mereka tadi, tapai kalau dilihat lihat juga kalain kayak musuhan sih. hati hati yah kalo jumpa sama mereka"
"Kenapa harus hati hati?" heran Aeris
"Mereka pelanggan ku dan aku tahu jelas mereka bukan anak yang baik baik"
Aeris hanya mengangguk dan tidak ingin menggali lebih dalam mengenai mereka karena ia juga tidak ada niatan untuk berhubungan dengan mereka. Setelah selesai dengan belanjaannya ia segera keluar dari sana dan menuju tujuannya selanjutnya.
NGINGGGGGG
Saat ia berjalan tiba tiba terdengar suara dengungan yang keras ditelinganya, ia menghentikan langkahnya mencoba memastikan kalau dengunan itu berasal dari sesuatu disekitarnya. Matanya menajam untuk memperhatikan setiap sisi yang ada disekitarnya namun ia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan diantara orang orang yang masih berlalu lalang.
Nginggg
"Awww"
Suara dengungan itu terdengar lagi dan lebih menusuk ditelinga daripada sebelumnya, Aeris refleks langsung menutup telinga nya dan masih melihat sekitar, sampai akhirnya ia bisa merasa sesuatu yang aneh dari suatu tempat yang tak jauh dari sana. Salah satu aura aneh yang belakangan ini terasa olehnya bisa ia rasakan dan aura itu terasa jauh lebih gelap dan lebih pekat. Ia langsung berjalan melangkahkan kakinya menuju tempat itu
Perlahan namun pasti kini Aeris berada di jalur jalan yang berbeda dari tempat tujuannya, ia baru saja memasuki jalan itu dan tertegun ketika melihat jalannya sepi yang yang hanya ada seorang laki-laki terkunci oleh tubuh yang jauh lebih kecil darinya. Terlebih lagi yang menyerangnya adalah perempuan. Laki laki itu menyadari keberadaan Aeris karena ia bersandar ke dinding sementara perempuan itu seperti sedang mencium lehernya dan pandangannya pasti ke dinding.
Mata laki laki itu jelas terlihat meredup dan tangannya yang tadinya berusaha menjauhkan perempuan itu dari tubuhnya kini mengulur pada Aeris seakan meminta pertolongan
Deg
Jantung Aeris rasanya mau copot ketika perempuan itu berbalik menatapnya dengan cepat, Aeris bahkan tidak melihat pergerakan kepalanya. Dan matanya langsung berfokus pada sesuatu yang ada di mulut perempuan itu. Aeris tahu itu darah, bis dilihat dari darah yang sama dengan yang ada dileher laki laki yang sudah pingsan karen kekurangan darah itu.
"Oh.... Wizard, ngapain Lo?" Ucap perempuan itu yang langsung tahu kalau Aeris bukanlah manusia biasa
"Hah? Lo yang ngapain?" Ucap Aeris mengabaikan sebutan yang diucapkan untuk nya
"Hahaha Lo nanya gue ngapain? Gue lagu makan lah, Lo mau? Sayangnya kalau Lo mau dia bakalan benar benar-benar mati sekarang" ucap perempuan itu menatap laki laki mangsanya dan segera membiarkan laki laki itu jatuh ketanah.
Aeris ragu untuk mendekat namun perempuan pemangsa itu terlihat tidak menginginkan dirinya untuk dijadikan santapan selanjutnya. Ia berjalan tiga langkah untuk melihat mereka lebih dekat
"Apa ini? Gue tahu kalau makhluk kayak dia dinamakan Vampir, tapi itu kan dongeng doang? Apa ini prank?" Ucap Aeris berusaha tidak mempercayai apa yang ia lihat dan mencoba melirik sekitarnya apakah ada kamera tersembunyi atau semacamnya
"Tenang aja, Lo bisa mendekat karena gue gak tertarik sama darah Wizard kayak Lo" jelas perempuan itu, ia menatap Aeris dengan tatapan jahil namun ia serius dengan perkataannya
"Wizard? Sorry nama gue Aeris"
"Oke Aeris, tapi Gue rasa bukan kali ini gue ngasih tahu nama gue, mungkin di pertemuan kita lain kali dan gak dalam keadaan kayak gini" jelas perempuan vampire itu sambal mengeluarkan lidahnya untuk menjilat sisa sisa darah yang ada disekitar bibirnya
"Oke, Tapi kenapa Lo manggil gue wizard?"
"Yah karena Lo Wizard dan gue belum tahu nama Lo"
"Gue? Wizard? Gue bukan penyihir, emangnya muka gue kelihatan kayak penyihir?" Bingung Aeris, ia mulai nyaman berbicara dengan Vampir perempuan itu dan sudah berjalan mendekat pada laki laki yang sudah terkapar di tanah. Ia berjongkok untuk melihat dengan jelas wajah laki laki itu beserta luka yang ada dilehernya.
"Apa maksud Lo? Lo bukan penyihir? Hey.... Siapapun yang jumpa sama Lo pasti udah tahu kalau Lo Wizard dan ditambah lagi aura Lo kuat. Makanya gue juga gak mau berurusan sama Lo, Lo kira gue gak tertarik sama darah kaum Lo? Gue udah minum beberapa darah Wizard, gak seenak darah manusia sih tapi sensasinya gak ngecewakan" ucap perempuan vampir itu dengan santai membuat Aeris meneguk ludahnya sendiri, ia masih ingin mengatakan ia bukan penyihir namun identitas sebagai penyihir ternyata menyelamatkannya dari wanita pemangsa itu.
"Hah? Lukanya langsung hilang?" Batin Aeris dengan matanya yang melotot ketika melihat luka yang ada dileher laki laki itu langsung sembuh padahal ia hanya sebentar mengalihkan perhatiannya dari sana.
"Kenapa lukanya bisa langsung sembuh?" ucap Aeris
"Lo bodoh yah? Jelas jelas gue yang gigit, gue gak mau ninggalin jejak ditubuh dia yang bakalan bisa dibaca sama manusia lain, makanya gue sisain sedikit darah gue untuk ngobatinnya"
"Terus, dia mau diapaakan sekarang?"
"Tinggalin, kalo dia udah pulih bakalan bangun sendiri, atau bakalan ditemukan sama orang lain, yah berharap aja dia gak mati kedinginan"
Aeris yang tadinya berjongkok langsung berdiri dari posisinya dan menjauh dari laki laki itu, ia berniat akan meninggalkannya seperti vampire yang akan meninggalkan mangsanya, ia tidak ingin terlibat dan ia yakin akan ada orang yang lewat dari tempat ini nanti
"Kalau gitu gue pergi dulu, tadi gue ngerasain. aura lo pekat banget disini makanya gue datang, bye" ucap Aeris dan berbalik untuk pergi dari sana dan melanjutkan tujuan berbelanjanya.
ZETTTT
Suara yang terdengar pesat terdengar dari belakan Aeris, ia langsung melihat kebelakang dan tidak menemukan perempuan tadi lagi disana. Ia sudah pergi melesat dengan cepat dan tidak tahu kearah mana. Aeris bergifik ngeri menahan rasa takut dan anehnya sejak tadi, ia langsung berlari kecil untuk pergi dari sana.
Sepanjang perjalanan ia terus memikirkan hal yang baru saja terjadi, ia ingin tidak mempercayai hal yang ia lihat namun disaat yang bersamaan yang ia lihat sangatlah nyata dan ada didepan matanya sendiri.
"Bentar, dia punya aura yang mirip dengan Lawson, aura dingin itu..... apa mereka yang punya aura sama berarti mahkluk yang sama?" pikrinya didalam hati, kini ia sedang menunggu pesanan makanannya yang sedang disiapkan
"Terus.... aura yang lain? mereka mahluk apa? tapi kenapa, kenapa ada banyak ragam dan kenapa gue bisa ngerasain mereka? apa juga kata perempuan tadi, gue penyihir? gue manusia dan bahkan gue gak pandai sihir, kenapa dia bilang gue penyihir?"
pikiran Aeris terus berputar dengan tatapan matanya yang seakan kosong dan tidak berpindah pusat dari satu titik, seseorang sudah memanggilnya beberapa kali dengan nomor pesanananya hingga orantersebut menghampirinya dan menepuk pundaknya
"Permisi"
dalam sekejap Aeris tersadar seakan baru saja bangun dari tidurnya, ia memperhatikan sekiat sebentar dan menatap pegawai toko yang menyadarkannya
"Pesanannya sudah siap" ucap laki laki itu,, Aeris segera mengambil pesanannya yang akan ia bawa pulang dan pergi dari sana. Beberapa orang yang ada disana heran dengan Aeris yang sepertinya kebanyakan melamun dan menatapnya hingga keluar
"Mungkin gue harus banyak baca buku" ucap Aeris tiba tiba ketika ia berjalan dan hal hal mengenai Vampire dan mahkluk sejenisnya masih mengantui pikirannya. Ia berjalan terburu buru untuk sampai ke apartemennya kembali, langkah kakinya yang tadinya berjalan santai sudah berubah menjadi larian yang cepat dengan tas belanjaan yang ada dikedua tangannya.
Sesampainya ia diapartemennya ia justru melupakan rasa laparnya yang tadinya sangat menyiksa, ia mengabaikan makanan yang ia beli dan justru duduk dimeja belajarnya dan membuka laptop. ia mulai mengetik "Vampire" di pencarian internet dan beberapa penjelasan muncul disana, Aeris membaca beberapa garis besar dan judul artikel itu
"Kenapa cuman ada penjelasan umum sih, gue juga tahu kalau mengenai dongengnya, gue juga tahu kalau mereka minum darah, gue butuh informasi yang lebih dari itu" gerutu Aeris tidak menemukan hal yang luar biasa darisana