14

1696 Words
Tringg Ketika pintu toko buku tua ini dibuka ada sebuah bel yang akan berbunyi, dan baru saja bel toko buku itu berbunyi dan berasal dari seseorang yang masuk sambil menatap kedalam dengan perasaan heran. Marth yang baru saja merapikan beberapa buku tua terkejut ketika merasakan seseorang datang dan segera menghentikan aktifitas sihirnya yang terbang tanpa menggunakan tangga. ia langsung mendarat kembali kelantai dengan cepat sebelum orang yang datang menyadarinya. langkah tuanya bergerak menuju pintu masuk untuk melihat siapa yang datang "Ehm.. sedang mencari buku apa nak?" ucap Marth ketika melihat perempuan yang belum pernah ia lihat sebelumnya "Kenapa rasanya aku mengenalnya? tapi disaat yang sama aku juga tahu aku belum pernah bertemu dengan perempuan ini" batin Marth "Toko buku ini sudah ada sejak kapan pak?" ucap Aeris, ia menatap laki laki tua yang berpakaian pakaian tua juga, sekaan umurnya, umur pakaiannya dan umur toko buku itu sama rentanya "Sejak.... Lama, jauh sebelum kau lahir" ucap Marth "Aku udah tahu jelas kalau masalah itu, tapi kan aku juga bisa hitung berapa lama usia toko ini, soalnya selama ini gue gak pernah ngelirik kesini setiap lewat naik bus" jelas Aeris "Ada pemilik lain sebelum aku, kau sedang mencari apa? biasanya hanya lansia yang datang kesini" Aeris memperhatikan sebentar dan ingin memeriksa buku buku yang ada disana namun tidak ingin mengatakan dengan jelas kalau ia mencari buku aneh "Dimana buku dongeng?" "Hah? kau kesini untuk mencari buku dongeng?" ucap Marth tak percaya dan diberikan anggukan oleh Aeris "Gak ada buku dongeng disini, hanya ada majalah lama, koran lama, bahkan benda benda ini udah harus dimuseum kan" "Dongeng itu kisah jaman dulu, kalau toko ini sudah ada sejak dulu gak mungkin toko ini gak pernah menyelipkan buku dongeng. Lagian aku bisa mencari sendiri" Belum diberikan izin secara resmi oleh Marth sang penjaga toko buku, Aeris langsung berjalan kesalah satu rak untuk mulai melihat lihat, karena buku buku ini tua dan lapuk, banyak buku yang tulisannya sudah mulai tidak jelas dan pudar, dan Luar biasanya jenis jenis mesin cetak yang pernah digunakan dari masa kemasa bisa dilihat disana, Aeris menarik buku yang tulisan judul pada tulang bukunya tidak terlihat untuk melihatnya dengan jelas, ia membukanya satu persatu dan terkagum kagum sendiri didalam hatinya Masih ada buku yang ditulis rapi penuh dengan tulisan tangan, kemudian mesin cetak yang bentuk hurufnya berbeda beda. Sementara dari ujung rak yang berjauhan dengan Aeris, Marth sedang menggunakan kekuatannya untuk mencoba mengenali siapa Aeris, ia selalu melakukan ini untuk mengetahui kenapa seseorang bisa melihat toko bukunya yang sudah disihir untuk terabaikan oleh manusia "Dia? Wizard?" guman Marth menyadari sosok Aeris ia tidak bisa mengenali Aeris karena ia sudah tidak menggunakan sihirnya dengan aktif, ia merupakan seorang Wizard seperti Aeris "Tapi.... kenapa dia tidak tahu tempat ini sebelumnya? apa dia dari wilayah negara lain?" batin Marth kagi "darimana kau berasal?" tanya marth mengalihkan perhatian Aeris yang sibuk dengan kegiatannya "Asli sini, sejak kecil aku tinggal disini, tapi ditepian kota" jawab Aeris "Kau sudah lama tinggal disini dan sering lewat dari sini? tapi kau gak pernah sadar toko ini ada?" "Baru ini kelihatan" "Bagaimana bisa?" Ucap Marth tak percaya "Mungkin karena kanan sama kiri toko ini kena apit gedung yang lebih besar" jelas Aeris, ia meletakkan buku yang tidak sesuai dengan apa yang ia cari dan beralih pada rak lain "Sebenarnya kau cari apa? biar aku bantu" ucap Marth, sedari tadi ia melirik Aeris yang menarik dan memasukkan buku ke raknya kembali, terlebih lagi Aeris adalah WIzard, yang dimana ia adalah pengunjung resmi toko buku miliknya "Dongeng, kau tahu tentang dongen Vampire? dan sejenisnya? hahaha aku ingin mencari hal hal tentang itu, baik berita tentang mereka sekarang atau masa lalu, aku ingin menulis n****+ jadi butuh bahan mentahan" Marth mengerutkan dahinya, Aeris tentunya sudah tahu tentang dunia Vampire yang nyata dan bahkan seharusnya ia lebih tahu mengenai dunia immortal karena ia juga salah satu diantara mereka. "hahaha kenapa kau nyari itu untuk n****+ mu? kau mau memalsukannya? kau bisa aja ngarang cerita n****+ mu sendiri dan ubah cerita aslinya, kau kan tahu sendiri tentang Vampire" tawa Marth, aeris yang mendengar itu menatap mart dengan pandangan curiga, Ia menatap laki laki itu lamat lamat dan menyadari dia salah satu manusia dengan aura aneh. Hingga saat ini Aeris menyadari keberadaan para Vampire, Lycan, Wizard dan mahkluk mistis lainnya sebagai manusia pemilik aura aneh, sebab ia belum tahu dan mengenali mereka semua "Aku tetap mau buku buku itu" ucap Aeris yang tahu adda hal yang semakin mencurigakan dan ia tidak ingin menjelaskan lebih dalam, ia menyadari kalau beberapa orang sadar akan sesuatu didalam dirinya namun tidak tahu kalau Aeris sendiri tidak kenal dengan dirinya sekarang. Ia akan berpiura pura seperti apa yang Marth kira "Hmm.... sebentar" SEETTTT "s**t!" umpat Aeris dalam hati sampai ia mundur beberapa langkah karena melihat sesuatu yang tidak ia duga, Marth baru saja terbang untuk mencapai rak buku paling atas alih alih memakai anak tangga untuk mengambilnya. Aeris bahkan sampai ternganga melihat laki laki yang kini justru sibuk memeriksa buku yang dibutuhkan oleh Aeris "Hmmm..... aku gka tahu kau mau buku yang mana, ada beberapa disini" ucap Marth dan melihat pada Aeris, ia mengerutkan dahinya melihat ekspresi Aeris yang terhenyak dengan mulut terbuka ""Ehm ekspresimu sangat jelek" Ucapnya membuat Aeris langsung sadar dan menutup mulutnya "Ambil aja semuanya, aku mau baca" "Semuanya? kebanyakan gak mungkin kau baca ini semua langsung" "Kalau gitu bukunya boleh aku pinjam kan? atau aku beli?" "Buku ini gak ada yang dijual, yaudah baca aja sekarang" ucap Marth turun kembali dan memberikan izin pada Aeris untuk membaca buku buku itu. Aeris yang mendapat izin sangat senang tapi ketika ia hendak mengambil buku itu ia sadar raknya terlalu tinggi dan harus diambil menggunakan tangga. ia memperhatikan sekiar dan melihat tangga yang bisa ia pakai Saat Aeris sudah berada didekat tangga yang lumayan lebih besar dirinya, Marth melihatnya heran apalagi Aeris mulai mengangkat tangga itu "Kau ngapain?" ucap Marth "Ngambil buku" "Bukannya kau bisa terbang?" ucap Marth lagi "Ehm.. enggak" "Penyihir mana yang gak bisa terbang, apa kau bodoh sampai gak bisa mempelajari sihir itu" "Hehehehe" tawa Aeris menyengir, mungkin dikenal sebagai penyihir bodoh adalah hal yang menylamatkannya sekarang "Astaga, ternyata memang benar ada penyihir yang gak bisa belajar terbang, padahal sihir terbang itu sihir alami" ucap Marth geleng kepala dan segera terbang kembali untuk mengambil beberapa buku untuk Aeris, ia mengambilnya dengan asal dan turun kembali. Ia mengambilnya dengan asal tanpa melihat judul bukunya. karena pada dasarnya rak buku itu berisi pengetahuan mengenai kaum Vampire "Makasih, tapi siapa namamu? apa aku harus memanggilmu dengan nama? atau sebutan paman dan semacamnya?" ucap Aeris menerima beberapa buku kuno yang lumayan tebal itu, ia sedikit kewalahan karena beratnya "Marth" "Marth? oke Marth aku Aeris" mereka saling meperkenalkan diri dan melanjutkan pekerjaan mereka masing masing. marth duduk ke meja miliknya dan Aeris memilih duduk dilantai dengan bersila kaki. Ia mulai mengambil satu buku dan membacanya mereka saling diam satu sama lain, Aeris kini berada didalam dunianya sendiri, ia masuk kedalam fikirannya yang asik membaca, tak jarang matanya melotot dan bahkan tangannya menutup mulutnya karena terkejut dengan hal yang ia baca, ia sibuk membolak balik buku itu dengan mata yang membinar seakan ingin keluar dari wajahnya "Buku ini bukannya ngasih gue dongeng mengenai Vampir, tapi malah ngasih tahu gue kehidupan asli Vampire? Dracula? Perang bersama Lycan, Kebangkitan Lycan? Apa-apaan ini? Lycan itu spesies asli dari werewolf?" Batin Aeris yang masih terus membaca bukunya Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa hari yang terang sudah kembali menjadi gelap dan perempuan yang masih asik membaca di toko buku itu belum menyadari pergantian waktu. ia sudah membaca beberapa buku dan menemukan banyak fakta aneh yang masih berusaha ia terima dan ingin buktikan sendiri keberadaannya. krukkkkk suara lapar yang terdengar dari perutnya sendiri membuat Aeris tersadar ia sudah terlalu lama duduk hingga kakinya sudah berkali kali keram. Ia meletakkan buku yang ia baca kesampingnya dan mencoba merantangkan kakinya lurus "Kau belum makan, apa kau gak mau pulang?" ucap Marth yang sejak tadi sudah berpindah tempat namun tidak berhasil menggangu kefokusan Aeris "Bentar lagi, kan ini masih jam.... hah?!!!" Ucapan Aeris terpotong ketika ia melirik jamnya yang sudah menunjukkan jam 8 malam "Ini udah malam?" Ucapnya pada Marth "Ckckckc, kau gak sadar? ku lihat kau terlalu seru membaca buku buku tua itu, yah mungkin memang itu bagian sejarah yang harus kau pelajari tapi jarang aja ada yang mau membaca buku itu, biasanya anak anak akan mendengar cerita itu darri otang tua mereka" jelas Marth Aeris yang mendengar itu hanya diam, ia tidak banyak mendengar hal mengenai orang tuanya, terkadang jika ia bertanya kepada paman dan bibinya saat masih hidup, mereka hanya membahas hak yang sama dan mengatakan hal yang sama berkali kali "Ibu dan ayahmu orang baik, mereka cerdas, kuat dan disegani oleh banyak orang, sayangnya mereka kecelakaan ketika mereka sedang bekerja" itulah kalimat yang paling menempel diotak Aeris hingga sekarang, meskipun banyak hal hal lain yang diberitahukan kepadanya, Aeris merasa tidak benar benar mengenal orang tuanya, Aeris hanya memiliki foto lama mereka yang sampai sekarang masih ia simpan didalam album rua. "Aku gak punya orang tua untuk menceritakan hal itu untukku" jawab Aeris, Marth yang tadinya percaya diri dengan kalimatnya langsung diam merasa bersalah "Ekhem, kalau begitu..... mungkin aku akan menceritakannya untukmu, emangnya kau mau mendengar cerita apa? ucap Marth, ia sudah lama hidup dan umrunya sudah sangat renta, ia merasa Aeris terlihat seperti seorang cucu untuknya sekarang Mendengar tawaran dari Marth tentunya membuatnya senang, ia langsung menahan senyumnya dan beranjak untuk duduk dikursi yang ada dimeja yang sama dengan Marth "Marth, kau seorang penyihir?" ucap Aeris menebak dan menyimpulkan dari yang ai lihat dan baca dari buku sebelumnya "Pertanyaan apa itu, kau udah tahu jawabannya" "Terus orang tuamu?" "Keduanya penyihir" "Ohh terus apa mungkin penyihir lahir dari manusia biasa?" "Mungkin, kalau salah satunya penyihir" Aeris terdiam berfikir apakah kedua orang tuanya adalah penyihir atau tidak, namun bibinya adalah adik ayahnya dan berarti ayahnya manusia biasa karena paman dan bibinya hanya manusia biasa. setidaknya Aeris memang tidak melihat keanehan selama mereka masih hidup "Apa ibuku penyihir?" batin Aeris "Berarti mustahil kalau penyihir lahir dari dua manusia biasa?" tanya Aeris lagi "Emangnya kau pernah lihat manusia biasa lahirin penyihir?" tanya Marth lagi "Ada, makanya aku bingung"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD