Pada akhirnya, Aksara tetap pergi ke coffeshop yang dijadikan tempat pertemuannya dengan wanita bernama Sri. Tolong salahkan jiwa malaikat Aksa yang tidak pernah bisa tega melihat mata ibunya berkaca-kaca. Hanya dengan dua kalimat rayuan saja, Aksa langsung setuju pergi tanpa pikir panjang. Aksa paling lemah jika ibu Ratu sudah mengungkit-ungkit soal usianya yang tidak lama lagi. Padahal punya penyakit kronis saja tidak. Ibunya memang berlebihan tapi Aksa menyayanginya.
Sekarang, Aksa harus sekali lagi menjalani ujian terberat dalam hidupnya: bertemu perempuan antah berantah berdarah bangsawan pilihan Sashi. Demi kerang ajaib Spongebob, Aksa benar-benar masih tidak mengerti jalan pikiran ibunya. Aksa pikir, ibu Ratu sudah puas dengan pernikahan Sashi yang kemarin diadakan di keraton Surakarta, dengan mantu berdarah biru full dengan adat jawa yang super ribet. Tapi nyatanya masih tidak puas juga.
Aksa mengambil napas dalam, kemudian mengelap lehernya yang berkeringat dengan punggung tangan. Aksa sudah biasa bertemu dengan orang-orang hebat dari berbagai kalangan. Mulai dari pebisnis, kaum intelektual hingga politikus. Semuanya Aksa hadapi dengan mudah, tanpa ragu dan percaya diri. Tapi jika menghadapi acara perjodohan seperti ini, Aksa lebih memilih pilihan ditelan bumi. Kakinya bahkan terasa berat begitu memasuki kafe. Tubuhnya seperti ditindih beban puluhan ton.
Aksa melihat lagi layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Sashi.
Namanya RA Sri Rejeki Maharani. Dia pake blouse warna biru muda sama rok hitam. Rambutnya panjang sebahu. Kulitnya kuning langsat. Dia punya tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri. Jangan sampe salah orang. Gud luck, brother! Cepet pecah telor!
Mengangkat kepala, Aksa mencari keberadaan wanita sesuai ciri-ciri yang disebutkan Sashi. Tapi apa yang Aksa temukan jistru membuat mata sipit Aksa terbelalak. Wanita yang sedang berjalan dari arah kasir sambil membawa dua cup kopi itu adalah... Renisha!
Astaga, kenapa hidup Aksa sial sekali hari ini? Kenapa mendadak Renisha seperti sengaja menampakkan diri untuk membuat Aksa kesal?
Buru-buru Aksa pergi dari sana, menuju ke bagian kafe yang lebih dalam. Ia jelas tidak mau bertemu cewek itu. Bisa-bisa Aksa muntah. Setelah yakin jika Renisha tidak bisa melihatnya, Aksa kembali mencari sang wanita bernama Sri. Saat itulah ia melihat seorang wanita dengan ciri-ciri yang disebutkan Sashi, sedang menunduk sambil memainkan ponsel.
Aksa mengambil napas dalam dan menipiskan jarak. Dalam hati Aksa berperang. Jika Sashi kali ini membohongi Aksa lagi, maka Aksa tidak akan segan untuk meninggalkan Sri. Peduli setan dengan sopan santun. Biar saja Sashi yang menanggung akibatnya. Aksa sudah tak punya waktu lagi untuk bermain-main.
"Kamu Sri ya? Temannya Sashi?" sapa Aksa ramah. Senyum tipisnya sudah terlukis.
Wanita itu mendongakkan kepala. Sejenak keningnya berkerut, menatap Aksa penuh spekulasi, dari atas ke bawah. Hingga kemudian ia tersenyum, sangat tipis. Lalu mengulurkan tangan. "Mas Aksara ya? Aku Sri Rejeki Maharani. Panggil Rani saja."
Aksa mengangguk dan menjabat uluran tangannya. Kemudian ia mengambil duduk di hadapan Sri. "Kamu udah nunggu lama di sini?" tanya Aksa basa-basi.
"Belum lama sih. Sekitar sepuluh menitan." ia kemudian melambaikan tangan memanggil pelayan. "Mending Mas Aksa pesan minum dulu. Aku udah tadi."
Aksa mengangguk. "Saya pesan Americano satu." kata Aksa pada pelayan yang langsung mencatat pesanannya.
Setelan pelayanan pergi, suasana mendadak agak canggung. Jika melihat gerak-gerik Sri yang tenang namun tetap berwibawa, sepertinya apa yang dikatakan Sashi memang tidak main-main. Sri memanglah wanita terhormat dari kalangan bangsawan. Tetapi, Aksa bahkan tak yakin jika bisa menghadapi tipe cewek seperti Sri.
"Sashi bilang ke aku kalau Mas Aksa baru aja ngajar di Universitas. Gimana ngajarnya Mas? Lancar? Dulu kalau di kampusku ada dosen ganteng gitu suka dijahilin sama mahasiswinya." Sri memulai percakapan, tertawa manis dan anggun.
Aksa tersenyum. "Saya udah biasa ngadepin berbagai macam tipe orang jadi udah kebal digodain. Kamu sendiri? Lagi sibuk apa?"
"Cari jodoh?" wanita itu tersenyum geli. Tapi anehnya masih saja tampak berkelas. "Nggak, bercanda. Kebetulan aku ke Bandung lagi ngurusin cabang butik aku yang mau buka."
Aksa mengangguk. "Ah, jadi kamu punya butik? Udah mulai sejak kapan?"
Saat itulah americano pesanan Aksa datang, menguarkan aroma pekat kopi hitam ke udara. Kening Aksa berkerut begitu pelanyan itu juga menyelipkan sebuah kertas di bawah cangkir. Aksa tak sempat bertanya karena pelayan itu keburu pergi.
"Aku dari kecil udah punya cita-cita jadi desainer sih. Terus--"
Aksa tidak lagi mendengarkan cerita Sri karena ia kini fokus membuka kertas yang diselipkan pelayan tadi. Ternyata ada sebuah tulisan tangan di sana.
Hallo, Ramas. Aku tadi nggak sengaja liat kamu masuk kafe? Kenapa bisa kebetulan, ya? Kata orang, jika kita bisa ketemu lagi untuk ketiga kalinya, berati kita jodoh.
Dan, aku nggak sabar buat nunggu pertemuan ketiga kita.
-Renisha.
Aksa mencengkeram kertas itu, nyaris merobeknya menjadi serpihan. Tapi Aksa sadar jika ia sedang bersama Sri. Maka Aksa menahan diri. Ditatapnya Sri yang tampak begitu antusias menceritakan pekerjaannya. Sri mempunyai garis kecantikan wanita jawa yang sangat khas. Warna kulitnya kuning langast, matanya agak sayu dan cemerlang. Tahi lalat kecil di bawah bibirnya membuat wanita itu bertambah manis. Sepertinya, Aksa bisa beradaptasi dengan Sri. Jika mereka cocok, maka Aksa akan cepat-cepat melamarnya dan memuaskan dahaga ibu Ratu. Dengan begitu, bukankah Renisha tak lagi punya alasan untuk mengganggu hidup Aksa? Benar, kan?
Tetapi, apa Aksa bisa memutuskan sesuatu yang bahkan tidak diinginkan hatinya? Kenapa Aksa terlalu terburu-buru?
****
Renisha tersenyum puas saat melihat ekspresi terganggu Aksa dari sudut kafe. Tentu saja tadi Renisha melihat Aksa memasuki kafe dan langsung pergi begitu melihatnya. Ramas itu, astaga. Masih saja memandang Renisha seperti hantu. Dan bukannya bersikap tak peduli seperti yang telah lalu, kali ini Renisha akan mengejar Aksa hingga titik darah penghabisan. Setidaknya sampai cowok itu mulai terbiasa dengan kehadiran Renisha dan tidak lagi menghindarinya seperti virus. Ia sengaja mengganggu Aksa dengan menitipkan sebuah surat kepada pelayan yang mengantarkan pesanan Aksa.
Sambil menahan tawa, Renisha melihat ekspresi Aksa yang sedang membaca suratnya. Dan, seperti dugaannya, Aksa terlihat kaget sekaligus kesal. Astaga, kenapa menjaili Aksa terasa menyenangkan sekali? Bagi Renisha, Aksa adalah anak kecil yang terperangkap pada tubuh orang dewasa.
Setelah puas dengan Aksa, Renisha berjalan meninggalkan kafe. Ia akan ke kantin Universitas Bestari dan melakukan pengecekan rutin di outlet miliknya. Renisha baru akan menyalakan mesin mobil saat ponselnya berdering. Ternyata dari Jauhar, kakak Ghea.
"Halo, Bang," sapa Renisha.
"Hai, Renisha," balas Jauhar diseberang telepon. "Kenapa nggak ngehubungin pas udah sampai di Bandung?"
Kemarin Renisha memang melakukan kunjungan ke Bali untuk urusan bisnis sekaligus jalan-jalan. Sebenarnya ia punya beberapa kenalan di Bali, tapi untuk menghormati Ghea, Renisha menghabiskan hari terakhirnya untuk jalan-jalan bersama Jauhar. Renisha juga tahu jika Jauhar sedang melakukan pendekatan padanya. Namun, Reni tak yakin jika hubungan mereka bisa berjalan baik, meski Jauhar bukan berasal dari kalangan atas.
"Maaf Bang. Kemarin aku buru-buru ke kedainya Ghea begitu sampai di Bandung. Jadi nggak sempet ngabarin." Nada suara Renisha terdengar bersalah.
"Its okay," balas Jauhar. "Kayaknya satu bulan lagi aku juga mau ke sana. Ada project di Jawa. Mau sekalian mampir."
"Oh ya? Bagus dong. Nanti gantian aku yang traktir."
"Wah. Aku jadi nggak sabar," tawa Jauhar terdengar renyah. "Udah dulu ya Nis, ada klien datang."
Renisha mengangguk. "Oke."
Setelah itu, sambungan terputus. Renisha menghela napas panjang dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir. Semenjak hubungan terakhir Renisha dengan anak DPR yang tidak berakhir baik, Renisha sudah malas untuk berhubungan dengan laki-laki manapun. Namun, dengan Jauhar, sepertinya Renisha mau mencoba lagi. Renisha sudah mengenal Jauhar sejak ia berteman dengan Ghea. Dia bukan tipe cowok b******k yang hanya memikirkan jabatan, kekuasaan, dan nama baik.
Biarpun Renisha sudah pernah disakiti cowok berkali-kali, tetapi ia masih punya keinginan untuk menikah. Ya, meski tidak dalam waktu dekat ini karena ia sedang sibuk-sibuknya dengan bisnis dan kuliah di kelas karyawan.
****