Bab 13: Malu

1278 Words
Leo datang di lokasi yang Tania kirim sangat cepat, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi dan langsung sampai di lokasi tersebut lima belas menit kemudian. Sampai di sana, Leo lantas mencoba menghubungi Tania tapi sambungannya tetap tak terjawab, ia panik dan tak menyadari daerah sekelilingnya, bahkan tak menyadari pajangan gaun-gaun pernikahan mewah yang terpampang rapi di balik kaca gedung tersebut. Leo lantas masuk saja ke butik yang hanya berisi gaun pernikahan mulai dari tradisional hingga modern, baik dalam negeri ataupun luar negeri tersebut. Telepon genggam masih melekat erat di telinganya saat Leo memasuki gedung berlantai tiga tersebut, sambutan ramah dua pegawai perempuan kepadanya itu ia abaikan, matanya menatap ke sekeliling dan hanya ingin menemukan Tania seorang saja. Salah seorang pegawai yang menyadari wajah panik Leo, mendekat dan memanggilnya pelan. Dua kali panggilan tak dihiraukan oleh Leo, dan untuk yang ketiga kalinya ia sedikit memanggil dengan suara agak keras, Leo berbalik dan mendapati gadis manis sederhana dengan seragam berwarna merah lengkap dengan rok span kain selutut berwarna merah juga itu menyapanya dengan senyum lembut. Gadis itu seperti pegawai hotel atau pramugari, cantik dan anggun. “Bapak cari seseorang?” tanya gadis itu ramah. Leo berpikir sejenak, sebelum menjawab ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan matanya dimanjakan dengan aneka macam gaun pernikahan yang sangat indah dan elegan. Ya Tuhan! Leo menyadari kalau ia kena prank Tania kali ini. Leo menghela napas dan menatap gadis itu yang menunggunya mengatkan sesuatu, apapun itu, yang jelas ia berharap Leo segera menjawab pertanyaannya, “saya mencari calon istri saya, dia …” “Leo?” suara berat perempuan memanggilnya dan ia menoleh. Wajah terkejut Sarah itu menatapnya sembari berjalan pelan ke arahnya, “bukannya kamu ada rapat penting hari ini. Kenapa kamu ada di sini?” tanya Sarah heran. Sarah kemudian berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum. Sarah pikir kedatangan Leo ke butik terkenal di kota itu adalah karena Tania. Ia ingin tahu bagaimana penampilan Tania. Leo menghela napas, “rapatnya sudah selesai, ma. Tadi Leo pikir, bagaimana kalau kita makan siang sama-sama. Makanya Leo ke sini,” kata Leo mencari jawaban yang tepat untuk Sarah. Petugas butik itu undur diri karena merasa ia tak dibutuhkan lagi. Ia bergabung dengan petugas lainnya yang sedang menata gaun yang baru untuk dipajang, menggantikan gaun yang sudah lima hari dipajang di depan. “Tapi mama dan Tania belum selesai,” kata Sarah yang membuat Leo langsung melirik jam di pergelangan tangannya. Sekarang sudah hampir jam satu siang dan mamanya tadi mengabari kalau ia dan Tania sudah bertemu di butik dari jam sembilan pagi, jam sebelas siang Leo mendapatkan pesan gambar dari mamanya, delapan pesan gambar berisi Tania yang mencoba gaun pernikahannya. “Ayo, ikut mama,” ajak Sarah ke ruangan khusus. Ruangan yang cukup luas itu terlihat elegan dan mewah dan hanya ada bu Hani dan beberapa petugas butik yang ada di sana. Tak ada tanda-tanda Tania di sekitar ruangan itu. Di dalam ruangan itu terdapat beberapa gaun mahal yang berjajar sangat mewah dan terlihat cantik. Leo membuka galeri ponselnya dan ia melihat potret Tania dalam balutan gaun pernikahan yang ia coba. Tania terlihat sangat cantik meski foto itu diambil secara asal, gayanya sudah seperti model saja, sangat fotogenic. Senyum kembali terukir di bibir Leo, ia senang melihat Tania yang terlihat cantik di dalam galeri ponselnya. Sarah mendekat ke arah putranya itu dan menengok ponselnya lalu tersenyum. Firasatnya sangat tepat, ia tak salah memilih Tania untuk Leo, karena Leo mulai tertarik pada gadis tersebut. Suara tirai yang dibuka membuat Leo mengangkat wajahnya dan ia menatap tak berkedip ke arah Tania dan gaun ke lima belas yang dicobanya. Ia sudah lelah karena mencoba banyak gaun dan tak satupun yang cocok dengan selera calon mertuanya, padahal Tania tahu gaun-gaun itu sangat special karena harganya yang mahal. Tania terkejut melihat kehadiran Leo yang berdiri di sebelah Sarah, dadanya tiba-tiba saja berdebar tak karuan dan ia merasa malu saat Leo memandangnya tak berkedip seperti sekarang ini. Tania pikir Leo tak akan datang dan malah menertawakannya yang meminta tolong padanya karena merasa terjebak dengan Sarah. Nyatanya pria itu datang dan ia malu sekali, malu karena Leo menatapnya tak berkedip dan malu karena menyadari kekonyolannya tadi yang meminta tolong padanya. Bahkan Tania berulang kali mengumpat dirinya sendiri kala ia menyadari kalau ia juga mengirimkan lokasi dimana ia berada sekarang. Yang kau lakukan konyol sekali, Tania! Tania berharap ini adalah gaun terakhir yang ia coba, ia sungguh lelah harus bolak balik mencoba beberapa gaun yang menurutnya sama saja. Warna putih. Wajahnya tak akan berubah jadi Anna Hathway jika ia mencoba banyak gaun, kan? “Saya mau gaun ini, dan dua gaun yang tadi saya minta untuk disendirikan,” kata Sarah yang membuat Tania menatapnya kaget. Bagaimana tidak kaget, karena Sarah membeli tiga gaun sekaligus yang mungkin total semua harganya hampir satu milyar. “Kita makan siang setelah ini, kamu ganti baju dulu, Tania,” kata Sarah pada Tania dan ia mengangguk kemudian. Tania lantas menuju ruang ganti dan di dalam sana ia bernapas sangat lega, seolah ia baru saja terbebas dari penjara. Keluar dari ruang ganti ia tak melihat ibu panti dan Sarah di ruangan yang penuh dengan gaun pernikahan tersebut, hanya ada Leo yang sibuk dengan ponselnya. Tania melirik sebal ke arah Leo karena tak berkomentar apapun padanya dan malah sibuk dengan ponselnya. Dasar! Tania berjalan lurus dan tak menyapa Leo sama sekali. Moodnya hari itu berantakan, ia memimpikan pujian sekali saja dari Leo bahwa dia cantik mengenakan gaun, eh yang didapatnya apa? Leo sibuk dengan ponselnya. “Seharusnya dia menikah saja dengan ponselnya itu,” gumam Tania pelan. “Apa?” tanya Leo yang langsung membuat Tania kaget dan menoleh ke belakang. Tania sama sekali tak menyangka kalau Leo ternyata sudah berada di belakangnya, “siapa yang seharusnya menikah dengan ponsel?” tanya Leo serius. Siapa lagi? Kamu lah pak! “Orang yang hanya sibuk dengan ponselnya!” ketusn Tania. Leo mengerutkan keningnya lalu tersadar apa maksud ucapan Tania barusan, Leo pun tertawa mendengarnya yang membuat Tania semakin dongkol. “Cup cup cup!” Leo dengan gemas menciumi layar ponselnya itu di hadapan Tania yang membuat Tania heran bukan main. Bagaimana mungkin Leo mencium ponselnya? Aku sepertinya menikahi pria gila! “Aku mengagumimu, tolong jangan cemburu,” kata Leo pada ponselnya. Di sana ada foto Tania yang terpampang dan ia menciuminya. Tania yang tak tahu hal itu hanya merasa kalau Leo memang perlu ke psikiater untuk memeriksakan kondisi kejiwaannya. “Ayo kita temui bu Sarah, pak,” ajak Tania. “Buat apa?” “Sepertinya kita perlu tes kesehatan mental sebelum menikah,” kata Tania. Tania tak memedulikan ekspresi Leo, ia menarik lengan Leo agar segera menghadap ke bu Sarah. Ia harus menceritakan kondisi Leo sebelum terlambat. “Leo? Tania? Kalian sudah siap? Yuk kita pulang makan,” ajak bu Sarah. Tania menggeleng. “Kami perlu test kesehatan mental, bu. Sepertinya pak Leo kena sindrom paska menikah, masak beliau menciumi ponselnya?” kata Tania heran. Sarah tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Tania barusan. Ia pun menoleh ke arah Leo dan menuntut pertanggujawabannya, “jangan-jangan dia punya selingkuhan dan foto perempuan itu ia simpan di ponselnya,” imbuh Tania dan Sarah melongo heran. “Benar itu, Leo?” tanya Sarah. “Leo hanya mengagumi perempuan yang ada di ponsel Leo, Ma,” jawab Leo tenang tapi membuat bu Sarah yang mendengarnya geram dan langsung mengambil ponsel Leo dan memeriksanya. Wajah tegangnya berangsur menjadi senyum kecil dan itu membuat Tania bertanya-tanya. “Ini adalah perempuan yang dikagumi oleh Leo,” kata Sarah seraya menunjukkan potret Tania di ponsel Leo pada Tania. Sarah tak hanya menunjukkan satu foto Tania, tapi foto Tania yang lainnya. Perlahan tapi pasti wajah Tania memerah karena malu sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD