Tania dan Leo saling berpandangan. Detak jantung keduanya berpacu cukup cepat dan Tania mengakui kalau Leo memiliki pesona yang luar biasa meski usianya sudah tak lagi muda, alias ia di atas tiga puluh lima tahun. Kadang kala Tania berpikir kenapa Leo tak jua melepas masa lajangnya? Apa yang ia tunggu? Tania sangat tahu bahwa banyak perempuan yang menarik perhatiannya tapi Leo tak menggubris mereka. Leo sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa seharusnya dia sudah berumah tangga. Jika dipikir-pikir, Tania telah menemani Leo bekerja kurang lebih tujuh tahun dan selama itu pula ia juga bekerja keras bagai kuda. Sudah banyak adik pantinya yang lulus kuliah dan SMA karena sokongan dana dari dirinya. Meski ya, terkadang Tania harus menelan kecewa ketika adik-adik perempuannya selepas lulus lebih memilih menikah daripada bekerja membantu panti dan itu membuat Tania juga lama menjomblo sampai akhirnya ia bertemu dengan Ilham. Seperti namanya, Ilham membuat Tania ingin membangun rumah tangga, Ilham memberinya ilham bahwa hidup akan indah jika punya teman hiduip.
“Permisi, pesanannya,” salah seorang pelayan membuyarkan ketegangan yang terjadi antara Tania dan Leo. Leo dan Tania lantas menggeser duduk mereka karena merasa canggung. Bagi Leo, ini adalah kali pertama dadanya berdebar-debar sangat kencang setelah putus dari cinta pertamanya saat SMA dulu. Leo akui bahwa ia cukup dingin sebagai lelaki dan membosankan. Diantara perempuan-perempuan yang ia bayar itu, ada perempuan yang mengumpatnya dan menyumpahinya kalau ia tak akan berkutik pada perempuan jika ia sudah jatuh cinta ketika Leo mengatakan bahwa ia tak butuh cinta perempuan dalam hidupnya. Ia tak butuh mencintai perempuan karena ia tak butuh semua itu.
Tapi sepertinya ia benar-benar telah dikutuk untuk jatuh cinta. Setelah mamanya mengatakan bahwa dia dan Tania harus menikah, Leo sadar bahwa hanya Tania yang bertahan menjadi sekretarisnya selama tujuh tahun. Leo masih ingat semua sekretarisnya tak ada yang bertahan dibawah tekanan pekerjaan yang ia beri, rata-rata sekretarisnya hanya bertahan kerja enam bulan, paling lama sembilan bulan karena terlalu lelah mengikuti jadwal Leo yang padat tanpa jeda. Tapi, Tania bertahan hingga tujuh tahun dan Leo juga tak pernah menatapnya sebagai perempuan dewasa sebelumnya, ia hanya memandangnya sebagai sekretarisnya saja. Dan kini Leo memandang Tania sebagai wanita dewasa yang mulai membuatnya tertarik dan tak ingin jauh darinya setelah sang mama memilihnya sebagai istri. Kata orang jawa, ‘tresno mung soko kulino’. Mungkin ya, cinta yang ada di hati Leo adalah karena kebiasaannya bersama dengan Tania dan menghabiskan waktu dengan gadis itu.
“Pak!” pekik Tania kesal, Leo kaget bukan main. Suara Tania yang memanggilnya cukup keras itu membuat beberapa orang menoleh ke arah meja mereka berdua dan menunggu ada adegan apa selanjutnya.
“Kenapa teriak? Gara-gara suara kamu mereka semua melihat kita!” kata Leo kesal dan malu.
“Dari tadi saya sudah panggil bapak, tapi bapak gak ngerespon dan hanya menatap saya tanpa berkedip dan ekspresi sama sekali. Kan saya jadi takut bapak kesurupan dan ngereog,” kata Tania.
“Nyatanya kamu yang ngereog,”
“Mau lihat saya ngereog lebih dari tadi, pak?” tanya Tania kesal, “orang-orang yang ngelihat kita kayaknya nunggu saya nyiram air ini di kepala bapak. Adegan yang perempuannya marah ke cowoknya karena diselingkuhi,” kata Tania.
“Saya gak akan pernah menyelingkuhi kamu,” ucapan Leo langsung membuat hati Tania menjadi adem seperti diguyur es. Demi menetralisir perasaannya yang aneh itu, Tania tak membalas tatapan Leo dan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Kenapa harus baper?
Seharusnya aku bisa bales gombalan pak Leo, kan?
“Tentu! Kalau gak saya akan minta ganti rugi dari bapak,” kata Tania.
“Setelah jadi istriku, kamu bebas memakai berapapun uang milikku,” kata Leo. Mendengar kata istri dan gombalan dari Leo itu seketika itu pula membuat Tania menjadi merinding bukan main. Ia benar-benar tak menyangka sama sekali kalau Leo akan bisa menggombal seperti sekarang ini. Ia jadi speechless dan tak tahu harus berkata apa sekarang.
“Makan yuk, pak. Udah laper, masak digombali melulu gak dikasih makan, mana kenyang?” tanya Tania ceplas ceplos. Leo hanya meringis kecil melihat tingkah nyentrik dari Tania itu. Mereka berdua menikmatin steak yang masih hangat dan juga jusnya.
Usai dari restaurant dan dari kantor pengacara Leo, mereka pulang ke panti asuhan dan kehadiran mereka disambut oleh anak-anak panti yang sangat antusias ketika Leo datang. Mereka semua berharap Leo membawakan sesuatu untuk mereka, tapi ternyata Leo tak membawa apapun. Mereka sedikit kecewa tapi tak marah, melihat wajah mereka yang kecewa tersebut, Leo lantas mengeluarkan dompet dan memberi uang dengan jumlah yang sama untuk mereka.
“Pak! Jangan!” kata Tania tak enak.
“Buat uang saku sekolah mereka,” kata Leo pada Tania. Tania merasa tak enak karena bukan hanya sekali Leo melakukan itu tapi ia sudah melakukan kebaikan itu sangat banyak sampai Tania tak bisa mengingatnya lagi.
Anak-anak itu bersorak senang, apalagi setelahnya ada petugas eskrim datang dan mereka menyerbunya. Ada kebahagian tersendiri yang Leo rasakan setiap kali anak-anak panti itu tersenyum senang dengan pemberian kecilnya. Ia teringat tentang kisah Tania saat dulu melamar kerja dan diinterview oleh mamanya.
“Cita-cita?” tanya Tania saat Sarah menanyakan hal apa yang diimpikannya ada di perusahaan.
“Membuat adik-adik saya tersenyum. Mereka akan senang jika saya katakan saya sudah diterima kerja. Membelikan mereka eskrim itu rasanya menyenangkan,” jawaban sederhana Tania itu membuat Leo melihat ke arah Sarah dan ia sadar kalau ibunya terharu dengan ucapan Tania itu.
“Bapak ini, hobi sekali ngelamun akhir-akhir ini!” seru Tania kesal di hadapan Leo setelah mengipasi wajahnya dengan tangan karena sedari tadi Leo hanya terpaku melihat adik-adik Tania menikmati es krim yang mereka beli.
“Tania, besok sama aku saja ya fitting baju pengantinnya,” kata Leo dan Tania menggeleng.
“Bapak banyak kerjaam”
“Tapi saya juga ingin melihat kamu memilih, ini pernikahan kita loh, Tania. Bagaimana jika kamu salah memilih gaun dan malah bingung dengan harganya?” tanya Leo.
“Nggak akan, pak. Kan besok juga ada bu Sarah yang nemenin,” kata Tania dan Leo heran.
“Mama nemenin kamu cari gaun?” tanya Leo dan Tania mengangguk. Leo benar-benar tak menyangka bahwa mamanya meluangkan waktu untuk Tania hanya untuk fitting gaun pengantin.
“Kenapa bapak senyum-senyum gitu?” tanya Tania.
“Nggak,” jawab Tania, “aku pamit pulang! Jangan lupa banyak istirahat karena besok pasti melelahkan!” kata Leo penuh arti. Leo tahu mamanya, ia akan mencari baju yang sangat sempurna sampai cocok meski harus berjam-jam lamanya.
***
Ponsel Leo berdering tepat setelah ia keluar rapat dengan para staff keuangannya, membahas masalah perubahan modal dan laporan laba rugi.
“Ya, Tania,” jawab Leo.
“Tolong selamatkan saya, pak!” seru Tania di seberang yang langsung membuat Leo kaget. Ia seketika panic karena suara Tania yang berbisik dengan napas yang tertahan.
“Maksud kamu?” tanya Leo. Kepala Leo masih pusing karena laporan keuangan yang merugi nol koma persen.
“Tolong datang ke sini dan selamatkan saya, pak. Please. Saya kirim lokasinya,” kata Tania seraya mematikan ponsel dan Leo bergegas lari keluar dari perusahaan setelah menerima pesan lokasi dimana Tania berada. Leo panik sampai ia tak bisa berpikir jernih, ia makin panik kala mencoba menghubungi Tania lagi tapi panggilannya tak terjawab.
Ya Tuhan, ada apa dengan Tania?