Bercinta

1225 Words
Ellena pergi berjalan cukup lemas meninggalkan restoran Prancis yang baru saja menerimanya bekerja, Ellena sadar jika itu adalah sebuah kesalahan besar yang ia lakukan tetapi, hal itu ia lakukan karena reflek mendengar ucapan Bryan, ia bahkan menangis di sebuah kursi taman yang sepi, baginya air mata adalah sahabat tetapi, apakah harus terus terulang dan menandatanganinya. Ellena mencoba untuk tegar karena ada orang yang harus ia bahagiakan. "Aku tidak boleh menyerah, pasti ada pekerjaan lain yang bisa menerima ku apa adanya dan membuat aku aman di dalamnya," ucap Ellena mengusap air matanya. Ellena pulang dengan rasa kecewa yang memenuhi seluruh relung jiwanya, di depan pintu rumah itu ia mencoba tersenyum sebelum bertemu kakeknya. "Kakek aku pulang, apa obat mu sudah di minum?" tanya Ellena menyapa kakeknya yang saat ini ada di kamar. Ellena tak mendengar sautan dari kakek di ruang tengah itu membuat ia curigai. "Kakek? Apa kau baik-baik saja?" tanya Ellena bergegas masuk ke kamar kakeknya dan mendapati kakeknya yang tengah tergeletak lemas di bawah kasur. "Kakek? Kakek? Apa yang terjadi?" ucap Ellena nampak panik. Akhirnya ia menghubungi ambulance dan membawa kakeknya ke rumah sakit. "Bagaimana keadaan kakek ku, dokter?" tanya Ellena di samping kakek yang tengah terpasang selang infus. "Kondisinya semakin melemah, jantungnya juga melemah, sepertinya dia telah melakukan sebuah pekerjaan yang berat, untuk saat ini aku harap kau menjaga kakekmu, agar dia bisa kembali normal," ucap dokter membuat Ellena nampak sedih. Kakek telah mengalami beberapa musibah penyakit dan berhasil melewatinya, dulu ia pernah terkena stroke tetapi, berhasil sembuh dan sekarang kakek didiagnosis mengidap penyakit jantung. "Kakek, semenjak aku ada di samping mu, kehidupan mu semakin hancur tetapi, kau tidak pernah sedikitpun mau meninggalkan aku, bahkan kau rela keluar dari rumah mu sendiri hanya untuk merawat ku, dan kali ini aku masih belum bisa menghasilkan apapun untuk mu," ucap Ellena tak kuasa menahan tangisnya. Kakek tersadar sesat kemudian ia mengatakan sesuatu. "Ellena, jangan menangis, apa yang aku rasakan sekarang bukanlah salah mu, aku bersyukur memiliki cucu sepatu dirimu, hanya kau yang selalu mengerti keadaan ku, aku sangat menyayangimu walaupun sebenarnya aku tidak pernah membeda-bedakan anak dan cucu-cucu ku," ucap kakek tersenyum menasihati Ellena yang nampak bersedih. "Kakek, apa aku harus memanggil mereka? Aku tahu kakek sangat ingin berkumpul lagi dengan anak-anak kakek," ucap Ellena kemudian kakek tak mampu menjawab. "Tidak usah kau pikirkan Ellena, aku tidak mau kau kesulitan lagi, sudah cukup kesulitan yang kau hadapi di masa lalu, biarkan kini kau terbebas dari beban yang kau tanggung sejak kecil," jawab kakek. Sebenarnya kakek sangat merindukan semua anak-anaknya tetapi, apa boleh buat kini ia seakan dibuang oleh anak-anaknya sendiri dan tak ada satupun anaknya yang datang menjenguk walaupun mereka tahu keadaan kakek yang sekarang. "Kenapa mereka tega melakukan itu pada ayahnya sendiri? Apakah harta membutakan mata mereka sehingga mereka tak mampu menggunakan hati nuraninya?" gumam Ellena merasa miris dengan kehidupan paman-pamannya. Untuk membayar biaya perawatan kakeknya selama di rumah sakit, Ellena berusaha keras untuk mencari pekerjaan, sebenarnya kakek mengatakan ada satu harta lagi yang masih tersisa, itu adalah beberapa gram emas yang ia simpan di bank tetapi, Ellena berusaha keras agar harta terakhir kakeknya itu tidak digunakan sekarang karena itu adalah harta paling berharga yang kakek miliki. "Aku tidak akan membiarkan harta satu-satunya kakek terpakai, aku akan berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan walaupun sampai detik ini masih belum bisa aku temukan," ucap Ellena di koridor rumah sakit. Hari ini Bryan nampaknya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Natasha, wanita yang sangat ia sayangi, sayangnya Bryan tak mengetahui jika selama ini Natasha sudah mengkhianati dirinya, entah kenapa Bryan sangat mempercayai wanita itu bahkan ketika Luis tidak menyukai Natasha. "Dasar laki-laki bodoh, dia pikir aku mencintainya? Selama ini aku real menurunkan harga diri ku hanya untuk menguras hartanya tetapi, pria itu cukup kata dan sulit dihabiskan uangnya, rumah mewah ini adalah pemberian Bryan, entah kenapa dia malah mencintai ku lebih dari apapun," ucap Natasha merasa dirinya berharga di hadapan Bryan. Seorang pria nampak mendekatinya, itu adalah pria yang sebelumnya meniduri Natasha saat ia menerima telepon dari Bryan, dan bodohnya selama ini Bryan tidak mengetahui jika Natasha benar-benar bermain di belakangnya. "Hahaha pria itu sungguh bodoh, bahkan dia tidak pernah sadar jika wanita yang ia cintai sudah berkali-kali ditiduri banyak lelaki, kau sungguh jalang yang jahat sayang," ucap pria itu merangkul Natasha dan mencumbunya. "Diam kau, aku melakukan ini untuk kesenangan ku, kau nikmati saja semua yang aku hasilkan dan terus layani aku," ucap Natasha nampak jahat dengan tatapan mata yang menyala. "Baiklah sayang," ucap pria itu melucuti pakaiannya dan juga Natasha. Bryan mendatangi apartemen tempat Luis tinggal, selain rumah orang tuanya, Luis memiliki beberapa apartemen yang ia gunakan untuk tidur dan salah satu apartemen itu tak jauh dari gedung perusahaannya. "Kenapa dia tak mengangkat telepon ku?" ucap Bryan tampak buru-buru berjalan di koridor menuju kamar apartemen Luis. Dia mengetuk pintu apartemen itu tetapi tak ada jawaban sampai akhirnya ia membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci. Di sana Bryan melihat Luis yang sedang bercinta bersama dengan dua orang wanita. "Luis, aku sudah mengira jika kau pasti sedang meniduri gadis-gadis jalang ini," ucap Bryan menyaksikan Luis yang tengah asyik mencumbui dua gadis cantik yang ada di atas kasur. "Sialan, aku sudah mengatakannya jika aku tidak mengangkat telepon maka aku sedang sibuk, mau apa kau kemari Bryan? Apa kau ingin ikut menikmatinya juga?" tanya Luis terus melakukan aksinya terhadap dua gadis yang nampak pasrah. "Aku tidak ingin mengganggu kenikmatan mu karena aku tak ingin mengkhianati kekasihku," ucap Bryan duduk di sebuah kursi yang ada di sana. Salah seorang dari wanita itu nampak merengek. "Tuan Luis jangan tinggalkan aku, aku rela melakukan ini setiap saat," ucapnya lirih sedangkan satu orang wanita lainnya nampak menjilati d**a Luis. "Berisik sekali kau, nikmati saja apa yang aku berikan padamu sekarang, aku masih ingin bermain-main dengan banyak wanita," ucap Luis menjambak rambut perempuan itu dan terus melancarkan aksinya. Desahan kedua wanita itu membuat Bryan sedikit terganggu dan ia meminta Luis untuk segera menuntaskannya. "Luis, aku mulai terganggu," ucap Bryan. "Sial," jawab Luis. Luis mengerti jika Bryan sudah mengatakan hal itu maka dia harus segera menyelesaikannya. Dua wanita itu dipaksa keluar dengan kasar tanpa pakaian lalu membuang barang-barang mereka rapat di wajahnya. Hal itu seperti Luis sama sekali tak menghargai wanita-wanita itu. "Tuan Luis, jangan lakukan ini, aku mohon," ucap kedua wanita yang sekarang belum menggunakan pakaiannya dan dipaksa keluar lalu Luis menutup pintu apartemennya. "Dasar w************n, mereka pikir aku akan mencintai mereka," ucap Luis tak peduli dengan yang terjadi. Ini adalah sifat aslinya, selama ini ia sering melakukannya bahkan wanita-wanita itu yang menawarkan diri padanya walaupun pada akhirnya mereka akan dipermalukan dan diperlukan kasar oleh Luis. "Hahaha Luis, kau kejam sekali kawan, mereka akan menganggap kau seorang iblis karena telah memperlakukan wanita dengan kasar," ucap Bryan menertawakan Luis. "Mereka yang menginginkannya, aku hanya mewujudkan apa yang mereka mau," ucap Luis memakai pakaiannya. "Kau memang sahabatku, wanita memang pantas mendapatkan hal semacam itu karena mereka sendiri yang merendahkan dirinya," ucap Bryan tersenyum. "Lalu ada masalah penting apa yang membuat mu tiba-tiba kemari?" tanya Luis penasaran. "Aku hanya ingin meminta saran mu saja untuk membelikan ku permata untuk Natasha," ucap Bryan. "Kenapa kau sangat mencintai jalang itu? Dia tidak pantas mendapatkan cintamu Bryan," ucap Luis dengan ekspresi datarnya. "Hahaha ayolah kawan, dia wanita paling sempurna yang pernah aku temui," ucap Bryan. Bryan sangat yakin dengan yang ia katakan dan belum mengetahui fakta yang sesungguhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD