Pertemuan Kedua

2056 Words
Kedatangan Bryan ke tempat itu disambut baik oleh manajer restoran bernama Bobi. Pria yang berpakaian rapi dengan dasi kupu-kupu itu selalu menyapa dan melayani Bryan setiap kali ia datang ke sana, bukan karena ia bos dari perusahaan besar tetapi, Bryan adalah satu-satunya orang yang memberikan uangnya pada restoran itu saat semua orang tidak ada yang percaya ketika dulu restoran itu benar-benar bangkrut. Bryan adalah tamu istimewa di sana, kapanpun ia datang maka semua orang wajib menyambutnya. Orang-orang yang makan di sana juga telah mengenal Bryan, banyak diantara mereka juga yang tak menyukai kontroversi yang Bryan ciptakan tetapi, mereka tak dapat melakukan apapun pada orang itu karena dia terlalu kuat untuk dilawan. "Bobi, apa ada menu baru di restoran ini? Jangan bilang kau tidak pernah menambah menu baru? Apa kau tidak belajar dari kesalahan? Restoran ini bangkrut karena setiap menu yang disajikan selalu sama dan satu lagi, karena terlalu banyak pelayanan perempuan yang ada di sini tetapi, tidak masalah jika pelayan wanita itu cantik dan bisa menarik pelanggan, setidaknya mereka bertugas sebagaimana mestinya, pada dasarnya wanita adalah sebuah objek kecantikan yang harus dinikmati," ucap Bryan yang membuat beberapa pelayan wanita merasa kesal walaupun mereka tak dapat melakukan apapun. Ellena sebagai pegawai baru di sana tidak pernah mengetahui jika kedatangan Bryan harusnya disambut khusus dengan berbaris layaknya penyambutan sang raja, kali ini Bryan melihat Ellena sedang menyajikan makanan ketika pelayan lainnya berbaris menyambut kehadirannya. "Tunggu dulu, apa kau punya pegawai baru Bobi?" tanya Bryan matanya fokus menatap wanita yang sedang menjamu tamu lainnya. Luis menyadari hal itu dan ia mencoba menahan Bryan dengan meraih pundaknya. "Mau apa kau, Bryan? Sudahlah jangan membuat keonaran," ucap Luis kemudian Bobi langsung mengalihkan pandangannya pada Ellena yang kini berada di belakang. "Gawat, pegawai baru itu belum diberitahu jika ada tamu spesial, dia harus berbaris," gumam Bobi nampak ketakutan dengan ekspresi yang khawatir. "Maaf tuan, dia memang pegawai baru dan belum tahu jika harus menyambut dirimu," ucap Bobi meminta maaf. "Tidak masalah Bobi, ini sangat menarik, siang ini aku belum melakukan apapun, pemanasan mulut sepertinya sangat menarik di sini," ucap Bryan membuat orang-orang yang berbaris di depannya nampak khawatir. "Celaka, ketika tuan Bryan sudah mengatakan hal itu, maka akan ada sesuatu yang terjadi, matilah dia pegawai baru, mungkin ini akhir dari karirnya," gumam seorang pelayan perempuan yang telah mengetahui bagaimana Bryan bertindak ketika ada orang yang tak menghormati dirinya. "Lebih baik kau duduk Bryan," ucap Luis mendorong paksa tubuh Bryan ke samping mencari tempat duduk spesial yang hanya disiapkan untuk dirinya. "Hei apa yang kau lakukan Luis? Biarkan aku menyelesaikan ini," ucap Bryan yang tak dapat menahan dorongan Luis yang cukup kuat. "Dua orang itu sangat berbeda seratus delapan puluh derajat, tuan Luis begitu baik dan dapat menenangkan keadaan dengan segala kesempurnaannya, mereka ibarat iblis dan malaikat, yang satu nampak arogan dan satu lagi nampak menyejukkan," ucap pelayan wanita berbisik pada teman sebelahnya. "Kau jangan berbicara sembarangan, dia bisa mendengar mu dan kau akan dipecat," ucap temannya mengingatkan. Luis dan Bryan akhirnya duduk di sana, ia juga meminta Bobi untuk menyiapkan menu favoritnya tetapi, kali ini dia tak ingin dilayani oleh Bobi melainkan oleh pelayan baru yaitu Ellena. Bryan belum menyadari jika pelayan wanita itu adalah wanita yang dulu sempat memakinya saat interview kerja di kantornya, Bryan hanya fokus pada seorang wanita yang tidak menyambutnya barusan. "Bobi, bawakan aku menu kesukaanku dan aku ingin tidak terlalu pedas karena lidahku tidak terbiasa dengan rasa itu, oh ya satu lagi Bobi, aku ingin pelayan baru itu yang melayani ku," ucap Bryan membuat Luis menghela napasnya kemudian Bobi hanya mengiyakan dan tak dapat melakukan apapun. "Baiklah tuan, aku akan memintanya," ucap Bobi kembali ke dapur untuk melakukan tugasnya. "Hei kau tidak lupa, kan? Kita datang kemari untuk makan dan bukan membuat keributan? Aku harap kau bisa menjaga sikapmu Bryan," ucap Luis mengingatkan sahabatnya itu. "Tenang saja, aku hanya ingin menguji mentalnya saja, kok," ucap Bryan menunggu pesanannya. Sementara itu do dapur, nampaknya mereka cukup sibuk karena permintaan dari Bryan harusnya benar-benar sempurna, jika tidak mereka akan kena marah. Ellena yang tak tahu apa-apa kemudian dipanggil oleh Bobi dan memintanya untuk melayaninya Bryan. "Pegawai baru, cepat kemari! Ada tugas penting untukmu," ucap Bobi yang langsung direspon cepat oleh Ellena. "Iya manajer, apa ada sesuatu yang genting?" tanya Ellena nampak siap dengan apapun tugasnya kali ini. "Ya ini sangat penting bahkan lebih penting dari nyawamu sendiri," ucap Bobi membuat Ellena penasaran. "Memangnya ada yang lebih penting dari nyawa seseorang? Apa itu manajer? Beritahu aku jika itu sangat penting," ucap Ellena. Ini adalah hari pertama ia bekerja tetapi, nampaknya banyak tugas berat yang harus ia kerjakan. Tidak pernah ada yang bisa tenang ketika melayani Bryan, mereka yang telah mengenal sifat Bryan akan berpikir ulang ketika melayaninya apalagi bagi para pelayan perempuan, mereka banyak menolak karena terlalu takut untuk menghadapi Bryan, kali ini mental Ellena diuji ketika semua orang tak ada yang berani melayani Bryan tetapi, di sini Ellena seakan tumbal penyelamat bagi para pelayan yang telah lama bekerja di sana. "Baiklah semuanya dengar ini, di luar ada tuan Bryan, tentu kalian sudah tahu itu bukan tetapi, dia mengatakan padaku ingin memakan menu kesukaannya, dan juga permintaannya ingin dilayani oleh salah seorang pelayan wanita yang ada di sini," ucap Bobi mengumpulkan semua pelayan di hadapannya. Semua orang nampak khawatir dan beberapa orang bahkan ketakutan dan berharap bukan mereka yang melayani Bryan. "Apa? Semoga dia tidak memilihku," ucap seorang pelayan yang ketakutan. "Terakhir kali aku melayaninya, dia benar-benar memaki dan merendahkan ku, aku tidak ingin lagi melayani orang itu," ucap pelayan lainnya yang terkena mental setelah melayani Bryan. Semua orang panik kecuali Ellena bahkan ia merasa aneh kenapa orang-orang itu nampak ketakutan melayani seorang tamu. Hal itu membuat Ellena penasaran sebenarnya siapa orang yang mereka takutkan itu sampai-sampai mereka tak berani melayani orang tersebut. "Kalian kenapa? Apa dia orang yang menyeramkan?" tanya Ellena begitu polos. "Kau tidak tahu, dia bahkan lebih menyeramkan dari film horor yang kau tonton," ucap seorang pelayan yang ditanya. "Sudah-sudah, kalian tidak usah khawatir, biasanya ketika tuan Bryan datang kemari, aku akan melayaninya tetapi, kali ini dia ingin aku memberikan pelayan wanita untuknya, aku tidak tahu kenapa dia melakukannya tetapi, mungkin karena orang itu tak ada saat kita menyambut dirinya," ucap Bobi yang membuat mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita yang di cari Bryan. "Jadi, tuan Bryan memintaku agar orang yang menyajikan makanannya adalah pelayan baru yaitu Ellena," ucap Bobi membuat semua orang lega karena mereka tidak harus melayani Bryan. "Akhirnya, untung saja dia tidak memilihku," ucap mereka merasa lega. "Baiklah aku akan berusaha keras," ucap Ellena tersenyum dan membuat orang-orang terkejut dan menertawakannya. "Hahaha bodoh sekali, dia pikir akan berhadapan dengan siapa, dia akan benar-benar hancur ketika sudah tahu siapa orang yang ia layani," ucap seorang pelayan yang nampak menertawakan kepercayaan diri Ellena karena dia belum tahu siapa Bryan sebenarnya. "Tuan Bryan itu sangat tampan bahkan dia dan tuan Luis seperti malaikat yang turun dari surga, aku bahkan sempat tergila-gila padanya sampai akhirnya aku mengetahui sifat aslinya dan tak berani lagi mendekati pria itu walaupun ketampanannya melelehkan tubuhku berkali-kali," ucap salah seorang pelayan mengakui ketampanan Bryan. "Kau benar, andai saja dia memiliki sifat yang baik, aku akan memperebutkan nampan untuk melayani tuan Bryan," ucap seorang lainnya. Makanan disiapkan dan Ellena telah bersiap mengantarkan semua pesanan itu kepada Bryan, dia masih penasaran siapa sebenarnya pria yang sedang dibicarakan para seniornya itu. "Ellena, rapikan rambutmu, kau harus terlihat rapi lalu ikat dan sanggul agar terlihat lebih sopan di hadapan tamu spesial kita," ucap Bobi yang diiyakan oleh Ellena. Akhirnya Ellena merapikan rambutnya kemudian ia ikat seperti sanggul layaknya pramugari pesawat terbang. Semua menu pesanan Bryan telah siap, Ellena mendorong gerobak stainless steel miliknya kehadapan Bryan. Sepanjang perjalanan menuju meja Bryan, ia cukup penasaran dan mempercepat perjalanannya. Sesampainya ia di sana kemudian Ellena dikejutkan dengan sosok Bryan begitupun dengan Bryan yang mencermati wajah Ellena. "Siapa orang itu? Kenapa mereka begitu takut padanya?" ucap Ellena selama perjalanan menuju meja Bryan. Di sana Bryan nampak mengobrol dengan Luis sampai akhirnya Ellena tiba dihadapannya dengan berbagai menu masakan yang Bryan pinta. "Pesanan spesial untuk meja nomor sepuluh," ucap Ellena melontarkan senyuman yang kemudian berubah menjadi wajah serius ketika Bryan memalingkan wajahnya. "Jadi ini pelayan baru wanita yang tidak tahu sopan santun? Tunggu dulu, sepertinya kita pernah bertemu tetapi, di mana?" ucap Bryan menatap fokus wajah Ellena yang samar-samar ia ingat. "Apa? Pria ini? Bukankah dia adalah orang yang melecehkan aku saat aku interview kerja di perusahaan besar itu?" gumam Ellena dengan kelopak mata melebar. "Ada apa Bryan? Apa kau mengenal wanita ini?" tanya Luis penasaran. "Aku tidak mengenalnya Luis tetapi, aku mengingat wajah orang yang berani melawan saat aku nasihati," ucap Bryan nampak menyeringai. Tatapan Bryan seperti seekor ular yang siap mematuk mangsanya, dia terlihat begitu ambisius ingin menyerang Ellena. Bagi Bryan, ketika ada orang yang melawannya maka orang itu takkan pernah dibiarkan hidup dengan tenang. Ellena mencoba profesional dengan tidak mempedulikan komentar Bryan, dia bahkan menata hidangan cukup rapi di atas meja. "Aku tidak boleh melakukan hal yang aneh, ini adalah hari pertama aku bekerja dan aku harus tetap tenang menghadapi orang ini. Aku tidak pernah menyangka jika orang inilah yang diistimewakan oleh manajer, pantas saja para senior enggan berurusan dengan dia, pria ini memang sedikit gila," gumam Ellena menahan perkataannya. "Lihatlah, wanita ini memiliki ijazah S2 tetapi, dia hanya mampu bekerja sebagai pelayan, betapa memalukannya dirimu, untuk apa kau susah payah mendapatkan gelar itu? Jangan berlagak seakan dunia memihak padamu, kau itu tidak pantas mendapatkan gelar setinggi itu, perempuan seperti mu bahkan lebih cocok untuk menjadi pengemis," ucap Bryan membuat Ellena sedikit emosi. Luis yang melihat kelakuan buruk sahabatnya itu kemudian menegurnya, apalagi Bobi yang melihatnya dari kejauhan nampak khawatir sehingga ia sedikit mendekat. Kehadiran Bryan tak hanya menjadi sorotan pegawai yang lain tetapi, para tamu yang juga hadir di tempat itu, diantara mereka rupanya ada yang sejalan dengan pemikiran Bryan sehingga beberapa orang nampak menikmati. "Apa yang kau katakan Bryan? Kau sudah berjanji padaku untuk tidak melakukan aksi yang konyol di sini, lebih baik kau biarkan dia menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu lalu biarkan dia pergi, sehari saja aku pinta padamu untuk tidak berbuat onar," ucap Luis mencoba mencegah Bryan melakukan aksi tidak terpujinya. "Luis, dia adalah wanita yang sombong, dia pantas mendapatkan hal itu, bahkan dia menolak permintaan ku saat interview dulu," ucap Bryan semakin memandang Ellena walaupun Ellena fokus menata piring berisi makanan di atas meja Bryan. "Apa? Maksudmu dia pernah melamar kerja di perusahaan kita?" tanya Luis terkejut. "Seperti yang kau lihat Luis, dia benar-benar wanita yang kuno dan rela menjual harga dirinya untuk mendapatkan uang, wanita yang tak memiliki prinsip," ucap Bryan membuat Ellena tak mampu menahan emosinya sehingga ia menggebrak meja ketika piring terakhir ia letakkan. Brak! Suara benturan cukup keras bersamaan dengan ekspresi wajah Ellena yang memerah. Ellena menghela napasnya kemudian Bryan semakin menyeringai bahkan sekarang ia berdiri dari tempat duduknya, hal itu membuat Bryan menjadi pusat perhatian dan Bobi segera mendekati Ellena agar tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk. "Hei, apa begini caramu bekerja? Bagaimana orang yang memiliki pendidikan tinggi tak memiliki etika dalam melayani tamu? Sepertinya kau harus diberi pelajaran nona," ucap Bryan menatap tajam mata Ellena. "Sepertinya orang yang harus diberikan pelajaran adalah dirimu pria sombong!" ucap Ellena membalas perkataan Bryan dan membuat seisi restoran terkejut dibuatnya. Selama ini tidak pernah ada yang berani membalas kata-kata Bryan di depan umum, Ellena adalah satu-satunya wanita yang berani melakukannya di sana. "Hei apa yang kau lakukan pelayan baru? Apa kau tidak tahu dengan siapa kau berbicara?" ucap Bobi mencoba menenangkan keadaan. "Aku tidak peduli siapa orang ini, yang jelas dia tidak pantas berada di sini," ucap Ellena tak peduli dengan ucapan atasannya. "Wah berani sekali kau mengabaikan ucapan atasanmu, sepertinya kau memang tidak pantas berada di restoran ini, lagipula kenapa Bobi bisa menerima wanita seperti dirimu ada di sini ya? Apa ibumu tidak pernah mengajarkan sopan santun padamu? Atau mungkin ibumu adalah orang miskin yang tak berguna seperti dirimu?" ucap Bryan membuat Ellena murka. "Jaga bicaramu sialan!" ucap Ellena yang tak sadar mengangkat tangannya ia arahkan ke pipi Bryan dengan cukup cepat dan keras membuat Bobi terkejut begitupun semua orang yang melihat perseteruan itu. Belum sampai tangan mungil Ellena mendarat di pipi Bryan, sebuah tangan besar menghentikannya dengan memegang pergelangan tangan Ellena. "Hentikan nona, kau tidak bisa menampar pria ini sembarangan," ucap Luis yang sigap menahan tamparan Ellena yang hampir mendarat di pipi Bryan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD