Pada Tempatnya

1053 Words
Malam telah tiba dan kini Ellena meminta Bryan untuk tinggal di sana karena malam yang gelap tidak cocok untuk wanita keluar, ditambah lagi kejahatan di malam hari sering terjadi. Walaupun awalnya menolak akhirnya Bryan pun menerima tawaran Ellena karena ia juga cukup bingung jika harus berada di luar, jika kembali ke rumah nenek tua, itu hanya akan menambah kewaspadaannya terhadap James. "Apa rencana mu selanjutnya? Apa keluarga mu tidak bisa menjemput? Nampaknya orang yang kau telepon tidak peduli padamu, sebaiknya kau tidur di tempat ku malam ini dan besok kau boleh pergi," ucap Ellena menawarkan tempat untuk tidur. "Enak saja kau, mereka adalah orang yang selalu ada untukku, tak mungkin mereka membiarkan aku terlantar," ucap Bryan menyangkal. Tiba-tiba Bryan memikirkan Natasha pacarnya, kenapa dia baru berpikir tentang pacarnya itu. "Ah ia benar, apa aku boleh meminjam ponsel mu lagi? Aku ingin menelpon pacarku, dia pasti akan menjemput ku kemari," ucap Bryan yang langsung diiyakan oleh Ellena walaupun terjadi beberapa percakapan antara mereka. "Hah? Jadi kau punya pacar? Baiklah, silakan pakai jika kau perlu, aku harus beristirahat karena besok harus kembali bekerja," ucap Ellena membuka baju dan celananya sehingga kini ia hanya menggunakan pakaian dalam saja dan membuat Bryan sedikit bereaksi. "Waw, pemandangan yang menarik," ucap Bryan yang langsung direspon oleh Ellena. "Hah? Apa kau kau katakan barusan? Apa kau memperhatikan aku?" tanya Ellena menoleh. "Hah? Tidak, kau percaya diri sekali," jawab Bryan langsung menempelkan handphone di telinganya setelah ia menghubungi Natasha. "Wanita ini benar-benar aneh, apa dia kaum pelangi?" gumam Ellena merebahkan diri di atas kasur sementara Bryan berada di ruang tengah. "Natasha? Apa ini kau?" tanya Bryan melalui sambungan telepon itu. "Iya, benar. Ini siapa?" tanya Natasha santai. "Ini aku sayang, Bryan." Seketika Natasha langsung bereaksi dengan ucapan Bryan yang saat ini suaranya telah berubah dan hanya terdengar seperti suara wanita pada umumnya. "Dari sekian wanita yang aku temui dan mengaku ingin dinikahi oleh Bryan, hanya kau wanita gila yang bahkan mengaku sebagai Bryan, sudahlah lagipula pria itu sudah mati, aku tidak ada urusan lagi dengannya," ucap Natasha menutup teleponnya. "Sayang, sayang? Hei, kenapa dia menutup teleponnya? Sial, aku lupa jika suaraku sudah tidak seperti dulu, wajar saja jika Natasha menutup teleponnya, mungkin dia mengira jika aku adalah orang asing yang mengaku sebagai Bryan tapi, kenapa dia tidak sedih kehilangan aku yang dikabarkan mati?" ucap Bryan terlihat kebingungan dan sedikit frustasi. Sementara itu, Ellena yang sebenarnya penasaran dengan wanita itu nampak mengintipnya dari balik pintu kamar dan melihat Bryan dengan tatapan yang aneh. "Apa kau benar-benar tidak normal? Kau bilang ingin menelpon pacarmu tetapi, pacarmu perempuan? Apa kau benar-benar sudah tidak normal?" tanya Ellena dengan ekspresi wajah anehnya. "Ya ampun, apa yang harus aku katakan? Dia telah memergoki ku menelpon Natasha, seharusnya aku tidak keceplosan mengatakan pacar," gumam Bryan merasa malu. "Taruh handphone di atas meja dan menjauh dariku, kau tidak normal, jangan sentuh aku," ucap Ellena telah berlebihan. "Dasar aneh, padahal aku biasa saja, malah dia sekarang yang terlihat begitu aneh," gumam Bryan menaruh handphonenya di atas meja. Tubuh Ellena saat ini terselimuti oleh selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya sehingga Ellena tidak ragu berjalan ke sana. "Aku ingatkan, kau jangan pergi ke kamarku, kau terlalu menyeramkan jika aku pikirkan," ucap Ellena kembali ke kamarnya. "Wanita ini sangat menyebalkan, seandainya aku masih dalam keadaan seperti pria, sudah habis aku maki dia," gumam Bryan melihat Ellena menjauhi dirinya dan masuk ke kamarnya lalu menutup pintu kamar itu. Keesokan harinya Ellena yang baru tidur mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, yang ternyata tengah buang air kecil. Di kamar mandi Ellena terdapat sebuah kaca pintu yang samar-samar, ia melihat Bryan nampak berdiri dan suara tetesan air deras kecil pun terdengar. "Dia benar-benar aneh, dia malah kencing dengan posisi berdiri," ucap Ellena yang melihat bayangan Bryan dari kamar mandinya. "Sulit sekali berdiri seperti ini dan merepotkan, menjadi wanita benar-benar membuat aku kesulitan," ucap Bryan yang saat ini telah keluar dari kamar mandinya. Ellena yang tengah mandi nampak buru-buru karena sebentar lagi ada seseorang yang menjemputnya sementara Bryan kini tampak hanya mengenakan bra yang ia ambil dari lemari di kamar Ellena serta memakai hot pant yang ada di hadapannya. "Aku benar-benar tidak menyukai pakaian seperti ini tapi, aku harus menutupinya," ucap Bryan. Ellena yang telah selesai membersihkan badannya tiba-tiba terkejut saat ia melihat Bryan memakai pakaian dalamnya. "Apa yang kau lakukan? Apa kau mau mencuri?" tanya Ellena terkejut dengan handuk yang masih menyelimuti seluruh bagian tubuhnya. "Aku hanya ingin meminjam, aku sudah tidak betah memakai pakaian kotor ku," ucap Bryan. "Enak saja, seharusnya kau bilang dulu, lalu di mana baju kotormu?" tanya Ellena yang kemudian Bryan mengarahkan telunjuknya ke kasur. "Di sana, jika kau bisa membantuku mencucinya nanti aku akan membayar mu," ucap Bryan membuat Ellena kesal. "Aku tidak peduli yang jelas jika kau ingin memakai baju orang lain maka kau harus meminta ijinnya," ucap Ellena. "Ya ya ya, aku tidak peduli hal itu,"jawaban Bryan membuat seorang wanita yang diselimuti handuk putih itu semakin marah. "Jika kau tak ingin mengikuti aturan maka kau adalah musuh aturan itu sendiri," jawab Ellena. "Kenapa dia banyak bicara? Aku benar-benar bosan mendengar ucapannya," gumam Bryan yang langsung pergi dari kamar itu tetapi, Ellena menariknya dan melucuti pakaian yang Bryan pakai. "Hei apa yang kau lakukan? Hentikan! Aku bukan penjahat," ucap Bryan yang bahkan tak mampu menandingi kekuatan fisik Ellena. "Itu semua milik ku, dan kau belum meminta izin, aku berhak menariknya dari tubuhmu," ucap Ellena membuat Bryan menutupi d**a dan bagian pinggulnya karena saat ini tak memakai sehelai benangpun. Tak terima dengan perlakuan Ellena, kemudian Bryan menarik handuk yang Ellena kenakan sehingga sekarang Ellena nampak tak memakai sehelai benang pun. "Apa yang kau lakukan? Dasar bodoh!" ucap Ellena. Akhirnya mereka adu mulut walaupun pada akhirnya Ellena sedikit melonggar dan membiarkan Bryan memakainya. "Kulitnya benar-benar lembut dan bentuk tubuhnya terlihat seksi, seandainya aku masih dalam tubuh seorang pria, mungkin aku akan memaksanya untuk memuaskan hasratku," ucap Bryan yang nampaknya malu karena masih belum terbiasa dengan keadaan itu. Seusai kedua wanita itu memakai pakaiannya tiba-tiba ketuk pintu terdengar. "Ada yang datang, tunggu di sini,' ucap Ellena yang malah didekati oleh Bryan. Itu adalah bos Ellena yang sering menjemputnya tetapi, melihat pria itu membuat Bryan sedikit was-was entah apa yang dia pikirkan. "Selamat pagi sekretaris pribadi ku," ucapnya sembari melemparkan senyum. Tiba-tiba Bryan menghampiri dan melihat seseorang yang ada di hadapannya. "Dia?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD