Ruang hati Davin

1363 Words
“Bunda.” Suara kecilnya mengagetkan ku. “hei, sudah bangun sayang." Langkahnya mendekat ke arahku. Menyusul ke arah belakang saat aku sedang ngobrol dengan mbak Mira “He em. Gendong." Ucapnya manja merentangkan tangan mungilnya. Ku angkat dia dalam dekapan. Bisa kurasakan detak jantungnya yang bertalu pelan. “Dave mau apa?” Tanyaku padanya sembari menatap wajahnya yang hanya berjarak dekat dari wajahku. “Mau es krim. Ada di kulkas." “Oke, Ayuk. Tapi minum air putih dulu ya.” Ajakku. “oke.” Serunya bersorak girang. Kulangkahkan kaki dengan tubuh mungil Dave dalam dekapan. kemudian aku melangkah menuju dapur. Aku mengambilkan sekotak es krim untuknya setelah memberinya air putih, kemudian kubawa ia ke arah taman samping rumah. Di taman itu ada berbagai macam bunga dan pohon buah mini. Pohon buah yang ditanam dalam planter bag. Dan ada beberapa yang berbuah dan hampir masak. Terlintas ide untuk membuatkan Dave camilan sehat. Kami duduk di sebuah bangku dekat kolam ikan. Kusuapkan es krim ke mulutnya sambil dia memberi makan ikan-ikan. Nampak gurat bahagia terpancar dari wajahnya. Dalam keadaan seperti ini, ia terlihat seperti anak-anak normal yang tidak terlihat dengan pikiran dan gaya bicaranya seperti orang dewasa. “Bunda mau es krim juga?” tanyanya sambil menyodorkan sendok ke arahku. Kutatap matanya. Ia terlihat sungguh-sungguh saat menawarkan itu. “aaa bunda”. Ia menyodorkan sendok yang berisi es krim padaku, sambil membuka mulutnya sebagai isyarat jika aku harus membuka mulutku. Menyuruhku memakan suapan es krim darinya. Kubuka mulut. “enak Bun?” tanyanya antusias. “sangat enak." Jawabku dengan senyuman. Senyum dari bibir mungilnya seketika mengembang. Wajahnya terlihat sangat bahagia. *** Waktu menjelang sore. Kuajak Davin mandi dan berganti pakaian. “Neng Melati ada yang nyariin.” Kata Bik Tun membuka pintu kamar Davin. “Siapa bik?” Tanyaku penasaran. Karena aku merasa tidak pernah memberitahukan alamat ini pada siapa pun. “Katanya kurir antar paket." “Oh iya. Hampir lupa tadi aku pesen sesuatu. Makasih bik." “ya sudah cepetan. Orangnya sudah nungguin." Kata Bik Tun lagi. Ia kemudian keluar dan menutup pintu kemudian berlalu. “Dave, bunda turun kebawah dulu ya. Bunda punya hadiah untuk Dave.” Kuminta izin pada Tuan kecil ini. “yee hadiah." Ucapnya bersorak senang. Aku menggandeng Davi turun ke lantai bawah, menemui kurir yang mengantar paket. Sampai di depan pintu, terlihat seorang pria memakai jaket merah membawa sebuah bungkusan kotak di tangannya. Ia berdiri di depan pintu tapi pandangannya menatap ke jalan raya. "Paket Mas". Sapaku. Ia kemudian menoleh, sedikit Senyumnya berkembang. "Atas nama Melati?" Tanyanya. "Iya benar." Ia menyodorkan paket itu padaku. "Tanda tangan dulu kak". Pintanya. Diulurkannya sebuah pulpen, kemudian kutandatangani tempat yang ia tunjukkan. "Baik terima kasih Kak." ucapnya sopan. "Sama-sama." Kuanggukan kepala menjawab ucapannya. Setelah kurir itu pergi, kami kembali naik keatas untuk membuka paket. “Nah ini untuk Dave kecil." Kataku setelah paket dibuka. “Wah keren. Buku apa ini bunda?” “Ini buku keteladanan dan kisah-kisah Nabi." Kataku menjelaskan sambil tersenyum. “Nabi? Apa itu Nabi?” tanyanya polos. “Nabi itu utusan Allah. Untuk mengajarkan kebaikan dan mengenalkan kebenaran kepada manusia. Supaya kita tidak jadi orang yang jahat sayang dan hanya beribadah kepada Allah saja." Jelasku. “Oh gitu. Bunda mau bacain ceritanya buat Dave?” “Mau banget dong sayang. Kita baca yang ini dulu ya. Kisah Nabi Adam.” “Oke.” Dave duduk bersila bersiap mendengar ceritaku. “Nabi Adam adalah manusia pertama sekaligus Nabi pertama. Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah kemudian meniupkan Ruh kedalam jasadnya. Sehingga hiduplah ia. Kemudian Allah mengajarkan Adam segala hal yang ada di surga.” “Surga itu dimana bunda?” “Surga ada di langit. Sebuah tempat yang Allah ciptakan untuk tempat bagi orang-orang yang beramal sholeh." “terus kapan kita ke surga bunda?” ucapnya polos. Ternyata dibalik kepolosannya Dave adalah anak yang kritis. “Kalau Dave jadi anak yang sholeh dan baik. Mengerjakan setiap perintah Allah dan meninggalkan yang Allah nggak suka Dave bisa masuk surga.” “Kok Nabi Adam bisa ada di surga. Dave baru lahir kok nggak di surga?” tanyanya terlihat belum puas. “Sayang, Nabi Adam, Allah ciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di bumi. Tapi sebelum di turunkan ke bumi Nabi Adam harus banyak belajar dulu di surga. Setelah siap barulah Allah turunkan ke Bumi.” “Oh gitu bunda. Lanjutin lagi.” “Allah memanggil para Malaikat dan jin untuk menyaksikan kecerdasan Adam alaihis salam. Para Malaikat pun terkagum-kagum melihat kecerdasan dari Nabi Adam. Kemudian Allah memerintahkan para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam. Para Malaikat pun melakukannya. Tapi tidak dengan iblis. Iblis adalah makhluk Allah dari golongan Jin. Iblis enggan bersujud kepada Adam karena kesombongannya. Ia merasa lebih baik Dari pada Adam karena diciptakan dari api. Sedangkan Adam di ciptakan dari tanah. Allah murka dan mengusir iblis dari surga. Namun iblis bersumpah dan meminta izin Allah untuk menggoda Adam dan keturunannya. Dan meminta umur panjang sampai kiamat tiba.” Saat tengah asyik membacakan cerita tiba-tiba pintu terbuka. Aku sedikit terkejut karena ternyata ayah Davin telah pulang. Tumben dia pulang sebelum malam. Tanpa menyapa sang anak dia menutup kembali pintu kamar. *** Malam ini Bik Tun sudah menyajikan makanan di atas meja. Kubawa Davin ke bawah. Kuajak cuci tangan lalu mendudukkannya di meja. Tidak lama kemudian ayahnya turun sudah dalam keadaan berganti pakaian. Mereka menikmati makan malam yang di sajikan. “Dad, tadi bunda membacakan kisah...” Belum selesai Dave berbicara tiba-tiba handphone ayahnya berdering. Dia mengangkat tangannya memberi kode agar Dave diam. Kemudian berlalu pergi meninggalkan meja makan dan naik ke atas. Seperti berbicara sesuatu yang terlihat serius. Wajah Dave seketika murung. Kulihat perubahan suasana hatinya. “Dave sudah selesai makan bunda. Antar Dave ke kamar.” Kubiarkan saja dulu. Padahal sisa makanannya masih banyak. Kuantar dia naik ke kamarnya. “Bunda boleh Dave peluk bunda?” ucapnya sendu. “Tentu.” jawabku mengangguk. Kuusap punggungnya. Terdengar suara isakan lembutnya. Setelah tenang dia meregangkan pelukan. “Daddy selalu seperti itu. Tidak pernah sayang Dave. Selalu tidak peduli pada Dave.” Ucapnya sedih. Kutatap sendu wajahnya yang basah dengan jejak air mata. Ternyata dia begitu kesepian. Banyak limpahan harta tapi merasa kurang kasih sayang. “Tidak seperti itu sayang.” Ucapku menenangkan. “Daddy pasti sangat sayang pada Dave. Mungkin itu tadi telpon yang sangat penting.” Kuberikan nasihat atas perasaannya. Aku tidak ingin dia membenci ayahnya. “Dave besok mau sarapan pakai apa?” Tanyaku mengalihkan pembicaraan. “Nasi goreng nugget”. Katanya saat sedikit tenang. Kami menghabiskan malam ini dengan menonton film kisah ashabul kahfi. Ternyata dia begitu antusias dan senang mempelajari dan mengenal tokoh-tokoh islam. Hingga akhirnya suara film itu tak lagi terdengar. *** Fajar menyingsing. Kudengar sayup-sayup suara adzan subuh. “Astaghfirullah. Ternyata semalam aku tertidur dikamar ini”. Kurapikan kerudung yang sedikit berantakan. Lalu beranjak turun dari ranjang dan kembali ke kamarku. Setelah mandi dan berganti pakaian aku membantu bik Tun memasak. Aku menyiapkan bumbu untuk memasakkan Dave nasi goreng nugget. Usai masak segera kubangunkan Dave dan mengajaknya mandi. Kemudian kami turun ke ruang makan. Ternyata ayahnya sudah siap di tempat duduknya. “pagi boy.” Sapanya saat melihat putranya. “pagi Dad”. Dave membalas sapaan ayahnya. Ayahnya melirik sarapan milik Dave. “wah harumnya sedap. Boleh Daddy minta?” “sure”. Katanya sambil menyuapkan nasi goreng untuk ayahnya. “Gimana dad? Enak?" “Hmm yummy sangat enak.” Ucapnya sambil main mata kearah putranya. “Bik apakah masih ada nasi gorengnya?” Bik Tun melirikku. Aku menggeleng. Tadi aku hanya membuatkan sedikit untuk Dave. “Maaf tuan. Tadi Cuma bikin sedikit untuk sarapan tuan kecil saja." “Besok buatkan aku sarapan seperti ini." “Iya tuan. Itu Melati yang membuatnya.” “Yah siapapun." Jawabnya acuh. Usai sarapan pria itu bersiap untuk berangkat bekerja. Kubisikkan kata ditelinga Dave agar menyalami ayahnya. Dan mengucapkan salam. Dave berlari mendekat dan menarik tangan ayahnya, Kemudian menciumnya. “Assalamualaikum dad. Hati-hati di jalan." Ucapnya. Nampak ekspresi terkejut dari wajah ayahnya. Dengan Ragu ia pun menjawab. “Wa alaikum salam." “Bye dad.” “Bye." Kemudian ayahnya berlalu masuk ke dalam mobil. Mobil kemudian melaju hingga bayangannya tak terlihat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD