Bab 4 : Permintaan Aneh

1027 Words
Bianca memandangi dirinya di cermin saat Zayn mengubah seluruh penampilannya hari ini. Jika kalian bertanya apa yang Zayn lakukan, dia membawa Bianca ke sebuah butik dan salon mewah yang berada di tengah kota New York. Untuk apa Zayn melakukan itu? Bianca sendiri tidak tahu. Zayn terpaku menatap Bianca yang terlihat sangat berbeda dari penampilan sebelumnya. Dia mendekati Bianca dan mengusap pipinya dengan lembut. "Zayn, ada apa?" tanya Bianca kebingungan. "Maaf jika aku meminta hal aneh seperti ini." ucapnya perlahan. 'Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, tapi sepertinya dia terlihat sedih.' ucap batin Bianca. Bianca tersenyum tipis, "Tidak apa-apa. Ayo kita kembali ke mobil." Zayn mengangguk dan keluar dari tempat itu setelah membayar tagihannya. Saat mereka masuk mobil, dia terdiam untuk beberapa saat. Bianca melirik ke arah Zayn, "Jadi, apa tugasku selanjutnya?" Zayn menatap Bianca, "Hari ini adalah peringatan dua tahun kematian kekasihku. Jadi, aku ingin kamu menjadi dirinya." Tebakan Bianca benar. Bianca juga awalnya mengira hal seperti itu, mengingat Zayn menatap dirinya dengan lekat-lekat saat Bianca mengubah penampilannya. Bianca tersenyum tipis, "Tentu. Itu hal yang mudah bagiku. Apakah ada spesifik lain yang ingin aku lakukan untukmu?" Zayn terlihat memikirkan sesuatu, "Panggil aku dengan sebutan Zay." Bianca terdiam beberapa saat lalu berkata, "Zay, aku lapar, bisakah kita pergi makan siang sekarang?" ucap Bianca dengan lembut. Zayn terlihat terkejut saat Bianca memanggilnya dengan sebutan itu. Dia mengangkat tangannya dan mengusap pipi Bianca dengan lembut. "Zay, ada apa?" panggil Bianca seraya menyentuh tangan Zayn yang berada di pipinya. Zayn tersenyum kecil, "Apapun yang kamu inginkan, Fiona." Fiona, ya? *** Langit-langit tinggi, dinding batu bata berwarna putih, serta lampu-lampu gantung klasik yang bersinar lembut membuat Bianca merasa hangat saat masuk ke restoran itu. Aroma harum daging panggang dan saus yang merayap keluar dari dapur terbuka, membuat Bianca sedikit lapar mengingat dia belum makan apapun sejak pagi tadi. Zayn menarik kursi untuk Bianca, mengajaknya duduk. Bianca tersenyum kecil, mengapresiasi gestur Zayn. Mereka duduk di sudut yang agak tersembunyi, memberikan privasi bagi mereka berdua. "Terima kasih, Zay," ucap Bianca seraya duduk di kursi yang ditawarkan Zayn. "Anything for you, Fiona." ucap Zayn dengan lembut. Pelayan datang untuk memberikan menu, dan Zayn membiarkan Bianca memilih apa yang dia inginkan. Bianca melihat-lihat menu dengan antusias, menimbang-nimbang pilihan makanan di depannya. "Bagaimana dengan ini?" ucap Zayn, menunjuk pada satu hidangan di menu. Bianca memandang hidangan tersebut dan tersenyum, "Itu terlihat enak. Aku akan pesan itu." Setelah memesan, Zayn menggenggam tangan Bianca tanpa melepaskannya sedikitpun. Sejujurnya, Bianca merasa hangat, mengingat Zayn memperlakukannya dengan lembut. "Sebenarnya, aku ingin memberimu sesuatu," ucap Zayn dengan senyuman lembut. Bianca tersenyum tipis, "Sesuatu? Apa?" Zayn tiba-tiba mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya. Dia membuka kotak tersebut, dan di dalamnya terdapat cincin berlian yang cantik. Mata Bianca melebar kaget. "Zay, ini..." ucap Bianca, mencoba mencari kata-kata. "Ini bukan pertunangan atau sesuatu yang terlalu berat, Fiona," kata Zayn, "Ini hanya tanda terima kasihku atas semua kebahagiaan yang telah kau berikan padaku selama ini. Kau membuat hidupku lebih berwarna, lebih hidup." Sedih. Itu yang Bianca rasakan. Zayn sangat mencintai Fiona, dan itu membuat Bianca meneteskan air matanya. "Ah, maaf.." "Maafkan aku. Aku membuatmu menangis lagi," ucap Zayn mengusap air matanya. Zayn meraih tangan Bianca dan menyematkan cincin itu di jari manisnya. Bianca menatap cincin di jarinya. Cincin itu begitu indah, tapi di saat yang sama, ia merasa sedih karena melihat perasaan Zayn yang begitu dalam terhadap Fiona. Zayn menatap Bianca dengan lekat, "Fiona, Maafkan aku karena baru memberikan cincin ini sekarang. Maaf, karena terlambat membuatmu menjadi istriku. Maaf, karena aku tidak bisa menyembuhkanmu. Maaf, karena tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan. Maaf, selalu menuntutmu. Aku selalu meninggalkanmu. Aku.. aku.. aku ingin kamu kembali Fiona, aku ingin kamu menjadi istriku, hidup bersamaku." Bianca terdiam, merasa terkejut dengan kata-kata Zayn. Dia menatap wajah Zayn yang terlihat pasrah, air mata mulai mengalir di pipinya, membuat Bianca mengusap pipi Zayn yang sudah basah. "Zay, tenanglah. Aku ada disini." ucap Bianca dengan lembut. Zayn tetap memegang tangan Bianca, "Fiona, aku mencintaimu. Aku tahu aku membuatmu bingung dulu, dan aku tahu aku tak bisa membuatmu hidup kembali. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Maafkan semua kesalahanku." Bianca tersenyum, "Iya, Zay. Aku memaafkanmu. Aku memaafkan semua kesalahanmu." Zayn memeluk Bianca setelah dia mengatakan hal itu. Bianca bisa merasakan perasaan bersalah yang ada dalam diri Zayn. Walaupun Bianca tidak tahu permasalahan apa yang Zayn alami dengan Fiona, tapi tugas Bianca di sini adalah menenangkan hati Zayn dan memberinya sedikit obat penenang agar Zayn tidak memikirkan perasaan bersalahnya lagi. Tidak masalah. Apapun akan Bianca lakukan jika uang imbalannya. Tetap pada visi bahwa uang adalah segalanya! Jaya! *** Bianca melirik pergelangan tangannya. Sudah jam 9 malam. Jasa yang seharusnya hanya berlangsung selama 4 jam, kini bertambah menjadi 8 jam. "Farah pasti akan sangat senang menerima uang itu." gumam Bianca tersenyum senang. Zayn menghampiri Bianca dan memberikan es krim coklat dengan senyuman hangat. Bianca menerima es krim tersebut sambil tersenyum. "Terima kasih, Zay," ucap Bianca sambil menyantap es krimnya. Zayn duduk di sebelah Bianca, "Terima kasih, Bianca." Eh? Sandiwaranya sudah selesai? "Ah, ya.." ucap Bianca sedikit kikuk. Zayn menatap es krim dihadapannya, "Terima kasih karena sudah menjadi seseorang yang sangat berharga di hidupku. Fiona adalah satu-satunya perempuan yang aku cintai. Kehilangannya membuatku tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapapun." Bianca mengangguk paham, dia bisa mengerti hal itu. "Aku mengerti, tenang saja." "Bianca, aku ingin berbicara sesuatu denganmu." ucap Zayn dengan hati-hati. Bianca menelan es krimnya dan menatap Zayn dengan penasaran, "Tentang apa?" Zayn mengambil napkin dan membersihkan sisa es krim di bibir Bianca, kemudian menghela napas sejenak sebelum berbicara, "Sebenarnya, aku tahu ini mungkin terdengar gila, tapi aku ingin kita bisa melanjutkan hubungan seperti ini. Aku ingin kamu tetap bersamaku sebagai Fiona." Bianca menatap Zayn dengan heran, "Apa maksudmu?" Zayn menjelaskan, "Maukah kamu menjadi Fionaku?" Satu pelajaran yang Bianca bisa ambil sekarang dari Zayn adalah rasa obsesi dapat membuat seseorang kehilangan akal dan pikirannya. Bianca tersenyum tipis, "Tidak, Zayn. Perjanjian kita tidak bisa diteruskan lebih lanjut. Kamu tahu sendiri, aku bekerja sebagai wanita sewaan per jam dan kamu membayarku dengan nominal yang besar." Zayn mengangguk, "Aku tidak masalah dengan hal itu. Aku akan membayarmu setiap hari." Gila. Zayn benar-benar gila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD