27 Setibanya di tempat lontong sayur yang diminta Isan, aku berulang kali menahan tawa karena menyaksikan tingkah Isan yang terlampau percaya diri menebar pesona pada anak pemilik warung itu. Harus kuakui bila orangnya memang cantik, tetapi bagiku tetap Neng Isna pujaan hati yang paling cantik. Bila teringat sosoknya, terkadang aku takjub sendiri. Isna itu tidak pernah berdandan tebal. Tingkahnya juga polos dan apa adanya. Kentara sekali dia adalah gadis baik-baik dari hasil didikan orang tua yang baik pula. Walaupun begitu, jujur aku sedikit ragu untuk bisa mendapatkan restu dari orang tuanya. Bukan soal persaingan dengan Heru yang kukhawatirkan, tetapi karena kelakuanku yang ajaib sebelum ke sini. Merasa sedikit timpang dengan jalan hidup Isna yang lurus. Sedangkan aku sudah berbel