BAB 19 B

1481 Words
SUAMI ONLINE 19 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Tidak berselang lama, pria itu sudah membawa Bu Hesti ke rumah Kenes. Raut wajahnya tampak bingung melihat ada banyak orang. Tidak biasanya Kenes membuat masalah yang mengundang kehadiran Pak RT. Menurutnya Kenes adalah wanita baik-baik, dan selalu ramah pada tetangga. Sebelum berangkat, ia tidak diberitahu ada masalah apa. Ia hanya disuruh mengikuti langkah pria yang membawanya. "Ini, Pak, Bu Hestinya ...," ucap pria yang diberi perintah untuk menjemputnya. Kemudian berdiri di sebelah pria yang dihormati di desa ini. "Ada apa ini? Kok, tumben rumah Mbak Kenes banyak orang?" tanya Bu Hesti masih bingung kesalahan apa yang dibuat Kenes sampai membutuhkan kehadiran dirinya. "Apa sebaiknya kita duduk dulu, Pak?" usul Danesh yang mulai lelah berdiri sambil memikirkan cara ini akan sukses atau tidak membuat Ratan terdiam. Pak RT terlihat sejutu dengan usul pria yang selalu berdiri setia di samping Kenes. Begitu juga dengan yang lain. "Boleh, Mas." Mereka semua masuk dan duduk di sofa yang berwarna cokelat tua. Pak RT meletakkan buku nikah mereka di meja, lalu menatap Bu Hesti untuk memulai meminta kesaksiannya. Danesh dan Kenes berharap kesaksian Bu Hesti bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini. Diam-diam keduanya menaruh harapan besar pada ucapan yang akan keluar dari bibir Bu Hesti. Sebagai manusia tentunya tidak boleh kehilangan harapan apalagi sampai tidak percaya. Karena dengan harapan, hati dan jiwa akan terus bisa bernyanyi lewat nada untuk terus memaknai kehidupan. "Sebelumnya saya meminta maaf karena membuat Bu Hesti bingung." Pak RT membuka kembali diskusi masalah yang belum menemui titik terang. Bu Hesti melirik sekilas pada wanita yang sedang menatapnya iba. Lalu kembali mendengarkan perkataan Pak RT dengan hati penasaran. "Sebenarnya saya sedang mencari kebenaran dari hubungan Kenes dan pria yang tinggal serumah dengannya. Ada warga yang melapor, saya jadi takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka tadi sudah menunjukkan buku nikah, tapi agar semakin jelas saya membutuhkan saksi sebagi penguat. Apa benar Bu Hesti menyaksikan pernikahan mereka berdua?" tanya Pak RT seakan mewakili pertanyaan beberapa warga yang turut menginginkan jawaban, termasuk Ratan. Bu Hesti sekarang mengerti kehadiran dirinya di sini. Keterangan darinya akan memperjelas semua masalah yang ada. Sejenak, Bu Hesti membenarkan posisi duduknya sebelum menjawab pertanyaan dari Pak RT. Setelah menghirup napas dan membuangnya, Bu Hesti membuka mulutnya untuk memberi kesaksian. "Begini Pak RT ... Mbak Kenes memang benar sudah menikah dengan Mas Danesh. Saya juga menyaksikan pernikahan mereka lewat video call. Dan insya Allah mereka pasangan yang sah, tidak berbuat yang melanggar norma," tutur Bu Hesti yang membuat Kenes melega seketika. Pak RT mengangguk sebagai tanda mengerti. Namun, tidak bagi Ratan. Di desa seperti ini masih jarang yang melakukan pernikahan secara online. Apakah itu bisa dikatakan pernikahan? Kepalanya terus berusaha menolak semua bukti yang menurut sebagian orang sudah jelas. Hatinya masih saja belum menerima kenyataan Kenes telah dimiliki pria lain. "Maaf, Pak RT ... pernikahan lewat video call apa bisa dikatakan sah?" Pertanyaan Ratan sontak membuat jantung Kenes berhenti berdetak. Ia masih tidak habis pikir kenapa sikap Ratan menjadi seperti itu. Akan tetapi, hatinya tidak bisa memungkiri jika pertanyaan Ratan pernah menjadi dilema besar baginya. Semua orang yang hadir terlihat saling pandang. Apalagi Danesh. Sikap Ratan sukses membuat emosinya berantakan. Namun, berbeda dengan wajah Pak RT yang masih begitu tenang. Pria yang memakai baju lengan panjang dan mengenakan peci itu terlihat menghirup napas dalam. Lalu mengembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari pria yang namanya Ratan. Danesh dan Kenes merasa seperti sedang menunggu pengumuman undian berhadiah di swalayan berlogo JB. Deg-degan. "Begini semuanya ... menikah lewat video call itu bisa dikatakan sah jika hal tersebut disebabkan akad nikah pada perkawinan yang dimaksud telah memenuhi rukun dan syarat sahnya satu perkawinan yang menjelaskan mengenai ijab dan qabul yang tidak dilakukan dalam satu majelis atau secara non fisik menurut Hambali. Sedangkan menurut pendapat Syafii perkawinan tidak sah karena mengharuskan calon pengantin pria dan wanita berada dalam satu majelis fisik dan para saksi harus menyaksikan langsung," jelas Pak RT yang membuat semua orang melongo. Kenes kembali menelan ludahnya sendiri mendengar penjelasan Pak RT. Ia masih bingung apa pernikahannya sah atau tidak. Namun, bibirnya terasa kelu untuk bertanya. Danesh sangat memahai perubahan wajah sang istri. Ia menjadi tergerak untuk bertanya lebih jauh. Sedangkan Ratan masih tersenyum karena sudah berhasil membuat mereka kembali gelisah. "Maaf, Pak RT. Terus untuk pernikahan yang saya jalani sama Kenes sah atau tidak? Soalnya saya sendiri yang menjabat tangan bapaknya Kenes, dan disaksikan beberapa kerabat juga tetangga," tanya Danesh dengan sedikit bergetar. Ia tidak mau Ratan menang dan semakin menggila mengejar istrinya. Bu Hesti hanya menyimak penjelasan dari Pak RT. Ia tidak begitu paham hukumnya, menurutnya pernikahan mereka sah karena memang matanya melihat Danesh mengucap janji suci di hadapan para orang tua dan saksi. Satu senyum mengembang di bibir Pak RT. Ia menatap lekat pria yang meragukan pernikahannya sendiri. "Sebenarnya saya pernah mencari tahu tenang hal ini dari banyak sumber, baik dari google dan juga Bapak Yusuf Amin selaku pemilik madrasah di desa ini. Sebagai orang yang dipercaya banyak warga, sudah semestinya saya belajar banyak hal untuk jaga-jaga jika ada kejadian seperti sekarang." Pak RT menjeda kalimatnya sejenak untuk mengambil napas, kemudian melanjutkan kembali ucapannya. "Hukum akad nikah melalui video call menurut UU Perkawinan dan Hukum Islam di Indonesia adalah sah jika dalam pelaksanaannya sudah memenuhi syarat dan rukun perkawinan serta tidak bertentangan dengan Kompilasi Hukum Islam, maka perkawinan tersebut sudah sah. Hal ini dikuatkan dengan ketentuan pasal 27-29 Kompilasi Hukum Islam antara lain tidak berselang waktu, kemudian dilakukan oleh wali nikah yang bersangkutan dan diucapkan langsung oleh mempelai laki-laki melalui video call, kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain, rukun, syarat sahnya perkawinan. Wali dan calon mempelai laki-laki harus berada dalam satu ruangan, sehingga mereka dapat saling memandang. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak (wali dan calon suami) saling mendengar dan saling memahami secara jelas ijab dan qabul yang mereka ucapkan." Pak RT menjelaskan dengan begitu detail. Lagi, semua orang merasa tidak percaya kalau Pak RT bisa tahu tentang hal itu. Wajah Ratan kini akhirnya terdiam setelah mendengar penjelasan yang panjangnya sepanjang waktu mengenal Kenes Nismara. "Jadi, jika Mas Danesh melakukan semua itu, insya Allah pernikahan dengan Mbak Kenes sudah sah," sambungnya lagi yang membuat d**a keduanya melega. Bu Hesti juga terlihat menatap Kenes dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa kasian di usia pernikahan yang masih seumur jagung sudah mendapat ujian seperti ini. Sementara warga memandang aneh ke pria yang masih terkejut memikirkan Kenes tidak dapat lagi disentuh olehnya. Hubungannya kini akan seperti bumi dan matahari, saling jauh dan tidak mungkin bersatu. "Lain kali kalau ngasih info dicari kebenarannya dulu, Mas. Takut jadi fitnah. Kalau sudah begini kasian Mbak Kenes-nya," ucap pria yang sempat minum bersama di warung angkringan. Pak RT sudah merasa cukup menyelesaikan masalah ini dengan adil. Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi warga agar tidak percaya kabar yang belum pasti kebenarannya dan tidak asal menuduh. Karena fitnah bisa lebih kejam dari pemb*n*han. "Ya sudah. Kalau begitu saya pamit, Mbak. Sekali lagi maaf kalau hal ini membuat tidak nyaman. Dan ... selamat menempuh hidup baru. Buat Mas-nya, jangan segan untuk membaur bersama warga yang lain," ucapnya sembari mengajak Danesh bersalaman. Seketika Danesh merasa lega saat berjabat tangan dengan pria yang begitu bijak mengurus warganya. Rasanya seperti terlepas dari himpitan batu besar yang menghalangi tubuhnya. Bahkan burung yang terbang bebas ke angkasa mampu mengalahkan kelegaan hati seorang Danesh Emran. Pun dengan Kenes yang sesekali mengucapkan syukur atas semua kebaikan Tuhan selama ini. Hatinya melonggar seakan terlepas dari jerat tali kegelisahan. "Hati-hat, Pak ... makasih udah ikut membantu memecah masalah ini," ucap Danesh sembari mengantar kepergian Pak RT dan beberapa warga sampai teras depan. Sekarang yang tersisa hanya Bu Hesti. Sementara Ratan masih meringkuk di dekat bangku depan teras. Kedua tangannya memegang kepalanya yang masih tidak percaya. Hatinya patah dan melebur menjadi debu yang diterpa angin entah kemana. Raganya melemah seketika karena kekuatan tersedot penuh oleh kebenaran yang baru saja ia dengar. "Kenapa kamu selalu tidak pernah menganggap aku sebagai orang istimewa, Nes. Padahal aku cinta banget sama kamu. Tapi kenapa dengan mudahnya kamu menikah dengan orang yang belum kamu kenal," ucap Ratan lirih. Air mata tetiba menitik perlahan membasahi pipi. Suara rintihan dari bibirnya terdengar lirih. Hatinya menjerit menahan lara dan kesakitan karena cinta yang tak terbalas. Bu Hesti yang melihat keberadaan Ratan menjadi tertarik ingin mendekat. Punggung pria itu ditepuknya lembut agar lebih tenang. Ia berharap bisa lebih legowo menerima kenyataan. "Sabar, Mas. Cinta ditolak memang sakit. Tapi lebih sakit lagi jika menuduh orang yang pernah di hati melakukan hal tidak senonoh. Relakan ... belajar menerima kehendak dari Tuhan. Percaya saja akan ada pengganti saat kamu kehilangan sesuatu yang berarti. Karena setiap kamu kehilangan sesuatu maka Tuhan akan mempersiapkan lagi yang lebih indah," ucap Bu Hesti dengan senyum yang begitu teduh. Ratan terdiam. Rungunya mencoba mendengarkan ucapan dari wanita yang menjadi saksi pernikahan Kenes. Ia tidak tahu apakah hatinya bisa menerima dengan lapang d**a atau tidak. Satu yang pasti, saat ini ia terluka. -----***---- Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD