Bab.9 Si Om Posesif

1353 Words
Ulang tahunnya yang ketujuh belas pasti akan meninggalkan kenangan indah tidak terlupakan bagi Nay. Bagaimana tidak, dia mendapat kejutan luar biasa dari Key. Setelah ini pasti akan banyak yang penasaran dengan pemilik nama Kanaya Lin itu. Sosok spesial yang Sean Abrisam tag di live streamingnya saat menyanyikan lagu selamat ulang tahun di sana sebelum memulai lagu berikutnya. Namun, beda terbalik dengan Dirga yang selama hampir satu jam harus mati-matian menahan emosi. Key dengan pakaian seksinya tidak hanya memainkan alat DJ nya yang membuat suasana semakin high, tapi juga berjingkrak-jingkrak dan meliuk di atas panggung. Apalagi melihat sesekali Sean mendekat dan merangkul Key, tangan Dirga sudah gemetar ingin menonjok bocah itu. “Wah … Kak Key makin keren main DJ nya ya, Pa?” sanjung Nay yang sedari tadi menonton dengan mata berbinar kagum. Siapa sangka Key yang biasanya anteng bisa berubah begitu lincah dan membuat suasana di sana pecah dengan permainan duetnya bersama Sean. “Iya,” angguk Satria. “Kalau Bang Bian lihat anak perempuannya sekarang pecicilan seperti itu, pasti bakal kejang-kejang,” sahut Enda melirik Dirga yang masih menatap sengit. “Mana mungkin dia tidak tahu. Semarah apapun ke Key, aku yakin dia terus memantau keadaan anaknya. Pada dasarnya dia sayang ke Key, cuma caranya yang salah,” ujar Satria. “Aku lebih suka melihat Key yang seperti itu, lepas dan seperti tanpa beban. Selama ini dia terlalu diam, sampai kita tidak tahu harus bagaimana menghiburnya. Aku pikir hatinya sudah kebal sakit, tapi nyatanya hanya mencoba pasrah tanpa mengeluh.” Iya, Dirga pun setuju dengan apa yang Cello ucapkan. Namun, tetap saja dia tidak suka Key berpakaian seksi dan sedekat itu dengan pria lain. “Kasih dia ruang untuk bernafas, Om. Key minggat dari rumah karena sudah nyaris gila oleh tekanan Om Bian. Jangan sampai setelah keluar dari sana, ganti Om Dirga yang membuatnya tidak nyaman. Aku, Nay dan Liam adalah saksi hidup seberapa menderitanya dia selama ini,” ucap Cello langsung ditujukan ke omnya itu. “Iya, aku tahu,” angguk Dirga kembali meneguk minumannya. Lagu terakhir dari Sean akhirnya selesai. Tak lama Key kembali ke meja mereka dengan peluh tampak membasahi kening dan lehernya. Dia sama sekali tidak ambil pusing muka keruh dan tatapan tajam pria di sebelahnya itu. Tangannya baru saja mau meraih minuman, tapi Dirga justru menyingkirkan gelasnya dan memberi sebotol air putih. Tak ingin ribut, Key hanya melotot dan meneguk hampir setengahnya. “Terima kasih untuk kejutannya. Sumpah, keren banget!” ucap Nay tersenyum lebar. “Aku juga senang bisa kenalan dengan adiknya Key. Persis seperti yang selalu dia bilang, kamu unyu banget. Lain kali kita hang out bareng. Aku traktir makan sebagai ganti kado ulang tahun buat kamu hari ini. Boleh kan, Om?” tanya Sean ke papanya Nay. “Tidak usah makan di luar. Lain kali ganti kami yang mengundangmu makan di rumah, sebagai ucapan terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu datang ke ulang tahun Nay,” jawab Satria setelah mendapat tatapan memohon dari anak gadisnya. “Ok, nanti kalau Key longgar saya pasti akan dengan senang hati datang,” sahut Sean melempar pandangannya ke Key. Namun, apa yang dilihatnya justru membuat pria tampan itu meringis canggung. Sedangkan Key juga gelagapan salah tingkah. Saat dia celingukan mencari tisu, Dirga justru dengan sapu tangannya mengusap peluh di kening dan lehernya. “Gampang, bisa diatur kok,” ucapnya tersenyum mengangguk. Dia berusaha mengambil sapu tangan Dirga, tapi pria kurang ajar itu justru merengkuh pinggangnya dan menariknya mendekat. “Om ….” “Diam!” gumam Dirga, seperti sengaja memperlihatkan ke Sean kalau Key adalah miliknya. Jengah dengan kelakuan posesif Dirga, Key kembali meraih gelas minumannya. Siapa sangka, lagi-lagi Dirga bikin ulah. Dia memasukkan es batu ke dalam wine Keyra. Mereka yang masih memperhatikan keduanya tertawa ngakak melihat Keyra mendengus dengan muka galaknya. “Aishhh, apaan sih! Kenapa dikasih es batu? Om kira sirup!” “Biar segar, kan kamu kepanasan,” sahutnya enteng. “Mana ada orang minum anggur dikasih es! Dasar nyeleneh!” protes Key menatap kesal gelas minumannya. Dan kelakuan menyebalkan Dirga makin menjadi. Dia mengambil gelas minum Key, lalu meminum beberapa teguk. Mereka sampai gedek dengan ulahnya yang seperti anak kecil gara-gara cemburu. “Enak kok. Coba saja kalau tidak percaya!” Itu bukan tawaran lagi, tapi Dirga menyodorkan sisa anggur yang baru dia minum itu ke mulut Key. Dan lucunya, meski sambil melirik sangit Key tetap meminum suapan dari Dirga. “Tuh kan, enak!” ucap Dirga meletakkan gelas minumannya. Tangannya terulur mengusap sisa basah di ujung bibir Keyra. “Sialan! Nggak usah pamer begituan di depan Nay!” seru Satria mulai ikutan kesal dengan kelakuan Dirga. Meringis malu, Key menepis tangan Dirga. Sedang Sean masih terdiam dengan raut anehnya. Liam merangkul bahu temannya itu. Sepertinya dia harus mencari waktu untuk bicara dengan Sean, supaya tidak ada masalah setelah ini. Namun, kurang ajarnya Dirga justru menyeringai puas melihat muka masam Sean. “Jam dua belas pulang!” ucap Dirga tanpa repot-repot menoleh ke Key yang lagi-lagi mendengus merasa dia tidak berhak mengaturnya. “Pulang saja sendiri sana! Besok jadwalku sore, bisa tidur dulu seharian,” tolaknya mentah-mentah. “Ya sudah, nanti jam dua belas aku minta Leon untuk menutup tempat ini. Tidak masalah kok kalau aku harus mengganti rugi ke pengunjung, yang penting kamu pulang.” “Dasar sinting!” gerutu Key menatap Dirga luar biasa jengkel. Dia sangat tahu itu bukan hanya isapan jempol. Apapun bisa dia lakukan kalau sudah kumat gilanya. Dirga tersenyum, menyandarkan punggungnya yang kaku karena lelah seharian bergelut dengan kesibukannya di kantor. “Fotomu yang pakai gaun merah di dinding ruang tamu itu cantik sekali, aku suka.” “Om ke apartemenku?!” tanya Key saking kagetnya sampai melongo, sedang Dirga malah terkekeh menoel ujung mancung hidung gadis itu gemas. “Iya, ketemu calon mertua sedang antar belanjaan terus ikut sekalian mampir ke sana,” jawab Dirga. “Ketemu mama dimana?” tanyanya semakin penasaran. “Bukan masalah ketemu dimana, tapi apa yang mamamu bicarakan itu justru jauh lebih penting.” Key mulai ketar-ketir mendapati senyum mencurigakan di wajah menyebalkan Dirga. Saat dia sakit dan mamanya datang menjenguk, bahkan sang mama tidak bertanya apa-apa meski tahu dirinya menginap di apartemen pria ini. Entah karena Dirga sudah bilang sendiri ke orangnya atau karena terlalu menaruh percaya. “Om nggak ngomong yang aneh-aneh kan ke mama?” “Sini!” Dirga memintanya mendekat. Setelah Key menurutinya, dia berbisik di telinga gadis kecilnya itu. “Mamamu tanya soal cupang di lehermu waktu baru pulang dari menginap di apartemenku.” Kaget bukan main, Key langsung menoleh. Sialnya, justru saat sudah saling berhadapan dengan jarak sedekat itu Dirga tidak melewatkan kesempatan untuk mencuri ciuman di bibir Keyra. “Aishhh ….” Key mendengus dengan wajah panas mendorong Dirga yang tertawa puas. “Sialan! Mata dan otak anakku ternoda gara-gara kelakuan kalian!” umpat Satria segera beranjak menggandeng Nay pulang. Enda, Cello dan Liam tertawa terbahak, tapi tidak dengan Sean yang tampak semakin canggung. Key merengut, malu setengah mati dengan sikap posesif Dirga yang makin menjadi setelah ciuman mereka malam itu. “Terus Om jawab apa ke mama?” “Aku bilang sudah mencuri ciuman pertamamu. Kalau memang disuruh tanggung jawab, kapanpun aku siap membawa orang tuaku melamar kamu.” ucap Dirga. “Ngawur!” sungut Key. “Aku serius!” tegas Dirga meraih tangan Key, lalu menggenggamnya erat. Sama sekali bukan ngawur, karena kalau Key benar-benar mengangguk maka dia akan membuktikan ucapannya. Key berusaha melepas tangannya, tapi genggaman Dirga justru semakin mengerat. Setelah meneguk habis minumannya, pria itu justru meraih tas milik Key dan menarik gadis itu berdiri dari duduknya. “Aku antar Key pulang dulu!” pamitnya. “Tapi Sean kan datangnya sama aku, Om. Nanti dia pulangnya gimana?” sahut Key menatap Sean sungkan. “Sean pulang bareng aku,” ucap Liam. “Nggak apa-apa,” ujar Sean masih berusaha memberikan senyumnya, mesti terlihat jelas sangat kaku. “Sorry Sean, terima kasih juga sudah mau bantu untuk acara malam ini.” Dirga menggandeng Key keluar dari sana, demikian juga Enda yang juga mengikuti mereka pulang. Liam dan Cello saling lempar pandang, mungkin sekarang waktu yang tepat untuk bicara dengan sean.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD