Siapa sebenarnya Naya, gadis cantik yang hari itu berusia genap tujuh belas tahun? Dia dicap sebagai anak haram, karena lahir tanpa ayah saat Rena Pradipta sang ibu terlibat skandal jadi pihak ketiga di pernikahan seorang artis dan pengusaha. Mungkin karena itu jugalah dia jadi minder dan tidak punya teman, selain para kerabatnya sendiri. Padahal statusnya sekarang adalah cucu keluarga Lin, setelah ibunya dinikahi anak sang konglomerat Satria Lin.
Pukul sepuluh mereka datang ke Mirror, night club elite milik kakak Dirga. Ada Cello, abang sepupu kesayangan Nay dan Liam sahabatnya juga. Sedang Key sendiri malah belum tampak batang hidungnya. Di tengah hingar-bingar suara musik dan pengunjung yang mulai ramai, Nay terlihat sedikit kurang nyaman.
“Tuh kan, Papa sudah bilang disini nggak asyik! Cuma berisik dan bikin pusing,” ucap Satria yang duduk di samping anak gadisnya.
“Bikin pusing, tapi nagih. Papamu saja dulu paling suka kok nongkrong di tempat beginian, Nay,” sahut Enda, sahabat karib Dirga yang malam itu juga datang setelah janjian ketemu disana.
“Nggak lah, Om Enda cuma bercanda kok,” sanggah Satria melotot ke mereka yang tertawa ngakak, melihatnya kelabakan takut identitasnya sebagai mantan buaya dibongkar di depan anaknya.
“Mama dulu pernah datang kesini nggak, Pa?” tanya Nay.
“Nggak pernah,” geleng Satria.
“Bang Ello minum apa? Kok beda sama punya Nay?” tanya gadis itu melirik ke gelas minum sepupunya.
“Ini vodka, ada alkoholnya,” jawab Cello, si ganteng yang menuruni otak jenius mamanya, dan belum lama ini baru kembali dari London setelah menyelesaikan studinya.
Liam hanya tertawa pelan. Sejak masuk tadi tingkah si Nay yang unyu memang membuat mereka tidak bisa berhenti tersenyum. Karena polosnya itulah mereka selama ini selalu lebih berhati-hati menjaganya, apalagi papanya yang kadang over protektif.
“Kak Key juga minum begituan?” tanyanya lagi.
“Nggak, Key biasanya minum wine kalau datang kesini bersama kami,” jawab Cello.
Mendengar nama Key disebut, Dirga yang sejak tadi diam kembali menoleh ke arah pintu. Jeje bilang Key sedikit telat datang, karena pekerjaannya juga baru kelar. Kangen, terlalu sibuk membuat Dirga tidak punya waktu menyambangi gadis itu. Biasanya dia akan datang, meski hanya sebentar dan cuma menatapnya dari kejauhan.
“Kapan aku diundang datang ke apartemen barumu? Penasaran, bagaimana rasanya bertetangga dengan model cantik?” sindir Enda cengengesan mendapati Dirga yang menatapnya kesal.
“Nanti jangan sampai keceplosan di depan Key!”
“Akses si lampir sudah kamu blokir, belum? Jangan sampai nanti kamu pindah, lalu apartemen yang sana jadi sarang penyusup. Dia kan sinting karena sejak dulu terobsesi ke kamu.”
“Sudah langsung aku blokir dan ganti sandi pintunya pas ribut sama Key kapan hati itu,” jawab Dirga kembali meneguk minumannya.
Dengan Enda dia sudah kenal dan berteman sejak kuliah di Aussie dulu. Satu-satunya sahabat yang tahu betul seluk beluk hidupnya, termasuk soal Key dan mantan istrinya.
“Kak Key …,” seru Nay.
Mereka menoleh dan sontak muka Dirga berubah kecut. Bukan cuma kesal dengan penampilan Key yang menurutnya kelewat seksi, tapi dia juga datang bersama teman prianya. Entah siapa belum jelas, karena wajahnya tertutup topi.
“Selamat ulang tahun Nay kesayangan!” ucap Key tersenyum lebar sambil memberikan pelukan hangatnya.
“Terima kasih.”
“Lihat siapa yang datang!” ujar Key ketika mengenalkan temannya.
Pria berperawakan tinggi yang berdiri di samping Key itu membuka topinya. Naya melongo dengan mata terbelalak kaget. Cello dan Liam yang sudah tahu Key bakal memberi kejutan tampak tertawa lebar.
“Selamat ulang, Naya! Kenalkan saya temannya Keyra, Sean Abrisam.”
Mata Satria menatap awas saat anaknya dengan wajah merona malu menyambut uluran tangan pria berwajah tampan itu. Sean Abrisam, penyanyi yang sedang naik daun dan digandrungi oleh Naya. Satria sampai hafal beberapa lagunya. Bukan karena ngefans, tapi otaknya ikut tercuci saking seringnya mendengar Nay memutar lagu-lagunya.
“Terima kasih sudah mau datang,” sahut Nay.
“Duduk sini, Sean!” panggil Liam yang ternyata juga kenal.
Key celingukan. Tinggal menyisakan sofa di samping Dirga yang kosong, sedang dia paling ogah berdekatan dengan pria menyebalkan satu itu.
“Om Satria, geser! Aku mau duduk sama Nay.”
“Aku lagi jaga Nay, nanti kena senggol. Itu sebelah Gaga kan masih kosong!” tolak Satria mengulum senyum.
Cello yang tidak tega sudah mau berdiri memberikan tempat duduknya, tapi malah ditarik lagi oleh Enda.
“Mau kemana? Om masih belum selesai tanya soal yang tadi!”
Wajah ganteng Cello tertawa terkekeh, paham kenapa mereka seperti sengaja melempar sepupunya itu untuk duduk di samping omnya.
Key merengut, melangkah ke arah Dirga yang masih diam dengan tatapan tajamnya. Benar-benar aneh, tidak tahu salahnya apa sampai baru datang sudah disuguhi muka keruhnya itu.
“Mau minum apa, Key? Aku pesankan yang biasanya ya?” seru Sean, karena wine kesukaan Key tidak ada di meja mereka.
“Boleh, terima kasih ….”
Key nyaris terpekik kaget saat tangannya ditarik oleh Dirga hingga bokongnya terhempas ke sofa. Sambil mendengus dia berusaha menepis tangan pria yang masih mencekalnya erat itu, tapi sia-sia saja. Key berhenti meronta, malu karena dia tahu yang lain pasti sedang memperhatikan mereka meski keadaan di sana berisik dan remang.
“Kamu nggak punya baju yang lebih pantas atau bagaimana, sampai berpakaian seperti itu?!” tanya Dirga yang kesal bukan kepalang melihat Key memakai celana jeans sobek-sobek setengah paha, dan kaos singlet ketat warna putih dengan jaket jeans lengan pendek. Gerak sedikit saja sudah pasti kelihatan itu perutnya.
“Bagian mana yang tidak pantas? Saya mau nongkrong di klub, bukan mau ke kondangan. Susah ngomong sama om-om!”
Gigi Dirga mengerat, gemas melihat penampilan seksi key dan mulut kurang ajarnya itu. Dia melepaskan cekalan tangannya. Key baru saja menghela nafas lega, ketika tiba-tiba terjengkit seperti kena setrum saat merasakan pahanya diraba dan dielus lembut. Dia menoleh, matanya melotot mendapati wajah Dirga yang dengan santainya meneguk minumannya seolah tidak terjadi apa-apa.
“Suka kalau tubuh kamu dipantengin mata-mata lapar pria b******k disini? Kamu tidak tahu kan apa yang di otak mereka? Ingin menyentuhmu seperti ini!” bisik Dirga mendekat di telinga Keyra.
Bukannya marah, Keyra malah menoleh dan tersenyum dengan tatapan menantangnya. Dikira setelah mendapatkan ciuman pertamanya, lalu si om bisa seenaknya mengklaim seolah dirinya adalah pacarnya beneran.
“Berarti termasuk om juga kan? Pria b******k yang matanya lapar pengen grepe-grepe kalau lihat paha nganggur!”
“Kamu ….”
“Minumanmu, Beb!” ucap Sean datang meletakkan sebotol wine dan gelas kosong di depan Keyra.
“Thank you,” sahut Key tersenyum lebar meraih botol dan menuang ke gelasnya.
“Beb?!” dengus Dirga melotot kesal ke Sean yang sudah kembali duduk di samping Cello dan Liam.
“Om nggak pernah muda, ya? Dengar-dengar mantannya juga serenteng kok.” sahut Key.
“Bukan itu masalahnya!”
Mereka semua menoleh saat tanpa sadar Dirga yang tersulut amarahnya menyahut keras dengan muka galaknya. Key mengulum senyum meneguk minumannya, puas bisa membalas.
“Panaasssss ya, Ga?” olok Enda tertawa ngakak.
“Sabar, ingat umur! Nanti belum-belum tensi naik,” timpal Satria.
“Sial!” dengus Dirga kembali menyambar gelasnya.
“Kak Key, Nay mau dong nyicipi yang itu!” seru Naya melihat Key meminum winenya.
“Nggak boleh!” tegas Satria.
Key meringis melihat Nay muka yang langsung merengut. Diajak ke nightclub benar-benar cuma disuruh nonton dengan dikasih cemilan dan segelas mocktail.
“Satu teguk saja boleh kan, Om?” bujuk Key ke omnya itu.
Satria melirik muka kecut anaknya, lalu tertawa pelan mengacak rambut panjang Nay yang digerai.
“Cuma satu teguk!”
Keyra mengambil gelas kosong di depannya, lalu menuang sedikit wine. Nay yang sudah penasaran tampak senang bukan main menerima gelas itu dari Key.
“Jadi nggak?” tanya Liam ke Keyra, sedang Dirga mulai tampak awas.
“Jadi,” angguk Key.
Entah apa maksudnya, tapi kemudian Liam beranjak bangun dan bergegas ke belakang panggung besar di depan sana.
“Kamu mau bikin ulah apalagi?” tanya Dirga.
“Kasih kejutan buat Nay,” jawab Key.
“Jangan minum terlalu banyak, Key!” tegur Dirga ketika gadis kecilnya itu sudah menuang gelas keduanya.
Key bukan pecandu dunia malam, hanya salah satu cara agar tetap waras. Dia mulai datang ke tempat begini juga setelah terbebas dari penjara papanya, dan bergaul dengan teman-teman dari dunia hiburan. Itupun Key tidak pernah datang sendirian, biasanya dia ditemani Jeje atau Liam.
“Ayo, Beb!” ajak Sean berdiri mengulurkan tangannya ke Keyra.
“Mau kemana?” tanya Dirga, tapi tidak digubris.
Key memakai masker hitam yang diambil dari sakunya, lalu segera berdiri. Dirga melotot melihat gadis itu melenggang pergi setelah melepas jaket jeans pendek yang dikenakan.
Dia pikir Key mau ikutan joget diantara kerumunan orang disana, makanya berniat menyeretnya kembali. Sayang, Enda kembali menahannya.
“Jangan terlalu mengekang! Sesekali biarkan dia melakukan apa maunya,” ucap Enda menunjuk ke atas panggung sana.
“Lho, itu kan Kak Key!” seru Nay tampak kaget melihat Key dan Sean sudah di atas panggung depan.
Kepala Dirga sudah cenat-cenut tidak karuan melihat Key dengan pakaian seksi terbuka, berdiri di belakang alat DJ dengan headphone terpasang di kepalanya. Suasana berubah riuh bukan main saat Sean tersenyum menyapa disana.
“Sialan!” umpat Dirga nyaris membanting gelas minuman di tangannya.