Darius melanjutkan pekerjaannya kembali setelah mendapatkan pencerahan dari Diego. Sekarang perasaannya sudah tenang sehingga dia bisa bekerja dengan baik.
Tidak lama James, salah satu asistennya datang untuk mengantar dokumen yang harus dia tanda tangani.
“Apa saja jadwal saya setelah ini?” tanya Darius lagi karena sejak pagi dia kurang fokus. James sedikit terkejut karena biasanya bosnya tidak akan lupa jadwal karena dia sudah menginformasikan hal itu tadi pagi.
“Jam tiga ada pertemuan dengan Emerald Co untuk membahas gedung yang akan mereka bangun. Jam empat sampai jam lima nanti ada meeting internal” jawab James. Darius tampak berpikir sebentar, lalu dia berkata.
“Pesan buket bunga mawar ungu dari tempat biasa dan cokelat dari Berry n Co, praline strawberry mix dengan kotak berwarna ungu dan pita merah. Pastikan kedua barang itu sampai disini jam lima” kata Darius dengan suara datanya. Otak Darius yang memang sangat encer membuatnya bisa mengingat apapun yang pernah dia dengar, termasuk bunga kesukaan Morin dan cokelat yang disukai gadis itu. Karena itu juga dia tahu pai daging kesukaan keponakannya itu. Dia tahu karena sejak kecil Morin selalu memaksanya mendengarkan apa saja yang anak itu suka dan tidak suka, dan itu membuat Darius lebih mudah untuk membeli hadiah untuk gadis itu sekarang.
Tak..
James tidak sengaja menjatuhkan tabletnya mendengar perintah Darius, matanya terbelalak. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya sekarang, bosnya mau berkencan! Dia sudah bekerja hampir lima tahun dan baru kali ini bosnya menyuruhnya membeli bunga dan cokelat.
Mendengar suara tablet yang terjatuh membuat Darius menoleh pada James yang masih menatapnya seakan dia spesies langka.
“Ada apa?” tanya Darius dengan alis berkerut.
“Tidak ada apa apa Pak. Bunga dan cokelat jam lima sudah akan ada di meja Bapak. Saya permisi dulu” kata James cepat. Dia langsung mengambil tabletnya dan keluar dari ruangan bosnya.
Begitu menutup pintu, James langsung memesan barang yang diminta oleh bosnya dan memastikan barang itu tiba sebelum jam lima. Atau jabatan dia yang akan menjadi taruhannya!
Akhirnya! Semoga setelah bosnya tidak jomblo lagi, dia tidak akan terlalu sadis dengan jam kerja asisten asistennya! Gajinya memang besar, tapi mereka juga tidak punya waktu untuk cari kekasih!
James berdoa semoga bosnya bahkan cepat menikah dan punya anak, jadi ada kesibukan dan membuat mereka yang ikutan jomblo karena keadaan ini bisa menikmati kehidupan percintaan juga, bukan pacaran sama kerjaan doang seperti selama ini!
Dia harus merayakan ini dengan kedua teman sepenanggungannya, kedua asisten Darius yang lain. James langsung mengirim chat pada si asisten dua dan asisten tiga untuk janjian bertemu nanti malam. Karena bosnya ada kencan, jadi mereka juga tidak harus berada di kantor! Semangat!!!
Darius kembali ke ruangannya setelah meeting internal dan menemukan cokelat dan buket bunga mawar ungu sudah ada di meja tamu ruangannya. Alisnya berkerut melihat ukuran kotak cokelat dan buket mawar ungu itu. Mengapa cokelat dan buket itu besar sekali? Maksudnya hanyalah buket bunga yang bisa dengan mudah dipegang dengan satu tangan, tapi buket di depannya ini malah diameternya mungkin enam puluh sentimeter. Itu baru buketnya, belum cokelatnya yang ukurannya bukan satu kotak kecil tapi ukuran satu loyang pizza!
Ini entah akibat James yang terlalu bahagia atau kelamaan jomblo?
Darius kembali memanggil James lewat interkom, tidak lama pria itu masuk ke ruangannya dan dia langsung melempar kunci mobilnya pada asistennya itu.
“Masukan itu ke dalam mobil saya” perintahnya. Dia menunjuk buket bunga dan kotak cokelat ukuran jumbo itu. Menyusahkan sekali dia harus membawa kedua barang dengan ukuran tidak normal itu ke mobilnya. Dan itulah yang terjadi pada James yang sekarang berusaha membawa dua barang itu tanpa merusak salah satunya.
****
Morin hari ini bersantai di apartemen. Setelah sarapan tadi pagi, dia sibuk memperbaiki catatan di bukunya. Mencoret rencana yang sudah berhasil, lalu menambah rencana baru sesuai dengan perkembangan keadaan.
Sepanjang ini dia merasa rencananya berjalan cukup lancar. Walaupun ada beberapa kendala karena ketidak pekaan omnya, tapi pagi ini dia cukup yakin kalau dia sudah bisa membuat omnya memperhatikan dirinya. Dia masih memiliki waktu lebih dari tiga minggu lagi untuk membuat omnya jatuh cinta padanya. Lalu dia akan mendapat cincin lamaran di hari ulang tahunnya ke delapan belas, lalu mereka menikah! Ini gambaran rencana indah masa depan Morin. Rencana sepihak.
Morin tersenyum puas memikirkan mereka masih akan bersama selama tiga minggu di rumah omah. Jika disini adalah wilayah om tercintanya, maka rumah omah adalah wilayahnya. Dia bisa membuat keadaan selalu berpihak padanya disana.
Morin lalu tertawa licik. Oh omku sayang, aku tidak akan membiarkanmu kembali ke London tanpa jatuh cinta padaku!
Siang itu dia memanaskan makanan instan yang ada karena dia agak sibuk membereskan barang barang yang kemarin dia beli di Harrods, barang barang itu datang di waktu hampir bersamaan. Saat melihat kotak pakaian dari brand terkenal yang kemarin dia coba, tawa Morin kembali membahana, mengingatkan dia akan kejadian tadi pagi!
Setelah selesai membereskan semua belanjaannya, dia mulai bermain ponsel lagi. Dia bercerita pada teman temannya mengenai kencan semalam dan reaksi Darius tadi pagi. Tidak lupa dia mengirimkan foto pakaian yang dia gunakan untuk menggoda omnya itu yang membuat teman temannya agak syok dengan kenekatannya. Diantara semua komentar temannya, komentar Jisoo yang paling menarik perhatiannya.
“Coba pakai baju itu di kamar om Darius nanti malam” kata Jisoo yang ditambahkan emoticon kiss oleh wanita itu.
“?” tanya Morin.
“Kamu pasti tidak bisa keluar lagi sampai besok pagi, bahkan mungkin sampai besok siang” lanjut Jisoo dan ditambah stiker semangat!
“Jangan dengarkan Jisoo, Morin! Ingat, bikin om Darius jatuh cinta, bukan bikin nafsu” kata Sissy. Lalu dia mengirimkan stiker pedang yang ditunjukkan pada Jisoo. Mereka semua tahu betapa absurdnya Morin, gadis itu bisa nekad dan terpancing dengan perkataan Jisoo demi membuat Darius mengakui dirinya sebagai wanita.
“Jangan ngajarin yang aneh aneh nenek! Dia tuh masih di bawah umur!” oceh Rose.
“Oh iya. Aku lupa. Maaf Morin. Yang tadi dilupakan saja” kata Jisoo, lalu mengirim stiker menyesal. Dia lupa kalau Morin baru berumur tujuh belas tahun, hanya Morin saja yang usianya berbeda dengan mereka. Morin dibawa oleh Sissy masuk ke kelompok mereka enam tahun lalu. Walau usia mereka berbeda, tapi ternyata mereka bisa cocok.
Mereka semua memaklumi kemampuan otak Jisoo yang suka lola dan suka bicara asal nyeplos. Namun dia gadis yang sangat baik hati, tidak seperti teman temannya yang lain, dia seperti malaikat yang nyasar ke grup iblis.
Lalu mereka berganti topik ghibahan lagi ke hal lain, mengenai suami Rose yang ketahuan pergi berlibur dengan selingkuhannya dan bagaimana mereka membalas pasangan tidak tahu malu itu!
****
Darius sudah tiba di depan pintu apartemennya, entah kenapa dirinya merasa tidak nyaman. Dia merasa aneh karena membawa bunga dan cokelat untuk wanita. Bahkan saat pacaran dengan Fiona dulu, dia tidak pernah memberikan buket bunga, jika Fiona meminta, baru dia akan membelikan.
Akhirnya dia masuk ke dalam apartemen itu dan tidak melihat Morin disana, jadi dia mencoba untuk mengetuk pintu kamar gadis itu. Semoga gadis itu sudah tidak bersedih, harap Darius.
“Morin” panggilnya. Terdengar jawaban dari dalam kamar.
Tidak lama Morin membuka pintu kamarnya dan melihat buket bunga mawar ungu yang besar. Dia tertegun.
Tiba tiba air matanya keluar lagi tanpa diminta. Dia bahkan tidak pernah berpikir kalau omnya akan memberikan bunga. Bukannya dia tidak mau, tapi dia cukup realistis, dia tahu omnya itu tidak peka dan tidak memiliki inisiatif apapun dalam hubungan percintaan alias pasif abiz.
Tapi sekarang di depannya ada buket bunga besar yang berisi bunga kesukannya. Dulu dia selalu memaksa omnya mendengarkan apa yang dia suka dan dia tidak suka, dan pria itu selalu tampak acuh. Namun sekarang dia tahu kalau omnya ternyata mengingat perkataannya. Dia sangat bahagia, dan air mata harunya sekarang mengalir.
“Eh Morin, aduh…” Darius menjadi panik. Bukannya kata Diego harusnya dia dimaafkan? Kenapa ini malah nangis lagi? Dia mau menenangkan gadis itu lagi tapi kedua tangannya sekarang penuh. Satu memegang bunga dan satu lagi memegang cokelat. Keduanya kalau dilempar ke lantai pasti rusak.
“Om minta maaf Morin, tapi jangan nangis lagi ya.. Ini makan cokelat aja, om belikan cokelat kesukaan kamu” bujuk Darius. Dia mengulurkan tangannya yang sedang memegang kotak cokelat. Dia membujuk Morin seperti sedang membujuk anak SD yang kehilangan permen.
Melihat brand di kemasan kotak cokelat itu membuat tangis Morin semakin deras. Omnya benar benar mengingat apa yang dia sukai. Dia benar benar terharu, ternyata di balik kecuekannya, pria itu mengingat semua hal yang dia sukai. Bagaimana dia tidak semakin cinta pada omnya ini.
Darius sekarang semakin pusing dan perasaannya menjadi tidak keruan melihat Morin yang semakin menangis. Salahnya dimana lagi kali ini? Lalu dia teringat perkataan Diego jika bunga dan hadiah tidak berhasil, berarti dia harus menyogok dengan hal lain lagi.
Namun sebelum dia sempat membuka mulut, Morin sudah melompat ke pelukannya yang membuatnya harus melepaskan kedua barang di tangannya untuk menahan tubuh gadis itu. Akhirnya dia menggendong gadis yang menomplok seperti koala ini untuk duduk di sofa.
Dia mengambilkan tisu untuk menyeka wajah gadis itu dan gadis itu diam saja terus menatapnya dengan puppy eyesnya. Dia merasa seperti dejavu. Dulu gadis ini pernah berada di pangkuannya dan menangis bombay seperti ini saat berpikir kalau rencananya untuk membuat ayah dan ibunya menikah dulu gagal, yang lalu membuat dirinya tidak tega dan akhirnya membantu rencana absurd gadis nakal ini.
“Sudah” kata Darius saat selesai membersihkan wajah Morin.
“Terima kasih om” kata Morin menunjukkan senyumnya. Jika saja Darius bisa lebih peka, pasti saat ini dia menyadari kalau Morin menatapnya dengan penuh cinta. Namun karena dia tidak peka sama sekali, dia malah bertanya.
“Ada apa?” tanyanya. Entah mengapa dia merasa tidak nyaman dengan tatapan Morin, tatapan itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Morin menghela napas dan menggeleng, lalu menyandarkan kepalanya di bahu omnya. Ini nih susahnya kalau ga peka. Kudu ngomong jelas, kalau perlu di-eja supaya situ ngerti! Pake tatapan dan kode kodean mah ga kena!
“Mau pergi makan?” tanya Darius yang berusaha mempraktekkan saran Diego.
“Mau” jawab Morin. Tapi dia belum berniat bangun atau bergerak dari posisinya sekarang yang menurutnya paling nyaman, duduk di pangkuan omnya dengan kepala bersandar di d**a bidang omnya.
“Mau makan apa?” tanya Darius lagi.
“Apa aja” jawab Morin kalem. Kalau saja Darius tahu cara membuat Morin ga kumat adalah dengan duduk di pangkuannya seperti ini.
“L’Escargot Rest? Dia dekat dengan Chin Chin. Kamu suka gelato disana kan?” tanya Darius dan Morin mengangguk. Dia hampir menangis lagi karena terharu, dia tidak akan heran kalau omnya juga menyebutnya menu gelato yang selalu dia pesan. Omaigot, mau bilang omnya tidak peka tapi dia sekarang merasa sangat bahagia karena perlakuan manis omnya yang bahkan mungkin tidak disadari oleh yang bersangkutan.
“Ya sudah ayo bersiap siap” kata Darius menepuk lembut punggung Morin, karena sepertinya keponakannya tidak berniat bangun. Akhirnya dengan berat hati Morin mengangkat setengah tubuhnya dari posisi bersandar di bahu-able omnya, lalu mencium pipi Darius dan berkata
“Terima kasih om. Aku sayang sekali sama om” lalu dia mencium bibir Darius sekilas sebelum bangun dari pangkuan pria itu dan berjalan ke kamarnya. Dia mengambil buket bunga dan kotak cokelat dari lantai di depan pintu kamarnya lalu masuk dan menutup pintu, meninggalkan Darius yang masih duduk termangu memikirkan arti ciuman barusan? Dan juga detak jantungnya yang sejak masuk ke pintu apartemennya ini rasanya sangat tidak beraturan. Mungkin dia perlu ke dokter spesialis jantung, mengingat usianya sudah hampir empat puluh. Pikir Darius secara logika.
****