BAB 17: CARA MEMINTA MAAF?

1449 Words
Darius gelisah sejak tadi pagi. Dia tidak konsen mengerjakan pekerjaannya. Di kepalanya selalu berputar wajah sedih Morin dengan mata bengkak akibat bentakannya. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menghubungi Diego. “Hallo Pak Darius. Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara ceria dari ujung sana. “Diego, bagaimana cara membuat wanita memaafkan kita?” tanya Darius serius. Hening… Setelah menunggu beberapa saat yang tidak ada suara, Darius melihat ponselnya untuk mengecek apakah sambungannya terputus? tapi ternyata tidak. Dan diseberang telepon sana, Diego juga sedang melihat nama di ponselnya ‘Darius Hartadi’ dan berpikir apakah ada Darius Hartadi lain yang dia kenal? Karena yang dia kenal dekat itu tidak akan bertanya hal seperti tadi! “Diego?” panggil Darius lagi. “I-iya. Ini Darius Hartadi yang mana ya?” tanya Diego yang membuat alis Darius berkerut. “Kau tahu aku tidak suka bercanda Diego” sahut Darius kesal. Dia pikir Diego sedang mengajaknya bercanda. “Aku serius. Darius yang aku kenal tidak mungkin bertanya soal wanita, apalagi untuk meminta maaf pada wanita” jawab Diego serius juga. “Diego” Darius menggeram, ada nada peringatan disana. “Oh baiklah, hanya Darius Hartadi temanku yang bisa membuat suara menggeram seperti binatang buas. Tadi kau bertanya apa? Oh, membuat wanita memaafkan kesalahan kita. Omong omong siapa wanita beruntung itu?” tanya Diego penasaran. “Bukan urusanmu. Jawab saja pertanyaanku!” sahut Darius galak. Dia juga tidak tahu kenapa dia sampai harus menelepon Diego. Tapi perasaannya tidak akan tenang kalau tahu gadis itu masih bersedih karena dirinya! Dan Diego satu satunya temannya yang dia tahu pasti mengerti cara merayu wanita dengan sangat baik. “Jangan terlalu kaku begitu Pak! Kalau mau dimaafkan maka kamu harus membawakan hadiah sebagai tanda permintaan maaf. Semakin besar salahmu, semakin mahal pula hadiahnya. Dan jangan lupa ditambahkan dengan buket bunga yang cantik. Setelah itu ajak dia makan malam romantis. Kalau masih kurang, ajak dia belanja apapun yang dia inginkan. Kalau masih kurang juga, ajak dia liburan.” jawab Diego panjang lebar. “Kenapa ribet sekali?” tanya Darius. Alisnya berkerut tidak senang. Bukankah kalau salah harusnya minta maaf dan mencoba memperbaiki kesalahan, yah membujuk dengan hadiah masih bisa dia terima. Tapi ditambah bunga, belanja dan liburan? Rasanya terlalu berlebihan. “Kalau kamu mencariku hanya untuk menanyakan itu. Berarti wanita itu cukup penting kan?” tanya Diego kesal. Tapi dia benar benar penasaran, wanita mana yang bisa membuat Darius si beku ini bisa memikirkan perasaannya? “Tentu saja” jawab Darius pasti. Memang Morin penting untuknya, gadis itu keponakannya. Dia tidak menyadari maksud ‘penting’ yang ditanya Diego berbeda dengan yang dia pikirkan. “Berarti kau maunya wanita itu tidak marah lagi kan?” Diego mencoba untuk menjelaskan walaupun dia tidak yakin Darius bisa mengerti. “Yah supaya dia tidak nangis lagi” jawab Darius. Sekarang saja saat mengatakannya, perasaannya menjadi semakin tidak enak. “Kau membuatnya menangis? Sepertinya masalah ini cukup berat! Pernah mendengar peribahasa woman is forgiven but not forgotten? Jadi sampai mati, dia akan mengingat kapan kita menyakiti mereka dan akan mengungkitnya ketika kalian bertengkar lain kali. Jadi jangan sering menyakitinya, kalau tidak kau sendiri yang akan pusing.” Diego memberikan pencerahan pada si beku. “Bukankah kau sering menyakiti wanita?” tanya Darius heran. Diego memiliki banyak kekasih, sudah pasti mereka akan sakit hati ketika tahu mereka itu di entah berapakan? Belum lagi kalau sudah bosan akan dia tinggalkan juga. “Makanya hubunganku tidak pernah lama, semakin lama semakin banyak maunya. Bikin pusing saja. Sekarang kita kembali ke masalahmu. Kalau kau berbuat salah sampai dia menangis, berarti salahmu berat dan” Diego belum selesai bicara saat Darius memotong perkataannya. “Aku hanya membentaknya” kata Darius tidak terima dikatakan salahnya berat. “Bentakanmu bahkan pernah membuat asistenmu syok dan tidak fokus lalu terpeleset dari tangga, dia patah kaki dan dirawat di rumah sakit seminggu dan baru bisa masuk kerja dua minggu kemudian menggunakan kruk. Jadi jangan bilang hanya!” sahut Diego dongkol. Dia mulai mengasihani wanita itu. Membutuhkan mental yang kuat untuk bisa bersama pria tidak peka seperti Darius. Kalau tidak, dibentak tiga kali oleh Darius mungkin wanita itu akan lompat dari atap gedung. Diego mendengar helaan napas dari seberang telepon. “Jadi aku harus melakukan semua yang kau bilang tadi?” tanya Darius dengan berat hati. Wanita memang menyusahkan! Dia harus sabar, seminggu lagi dia akan bawa gadis itu pulang ke Jakarta dan masalah akan selesai. “Iya” jawab Diego. Dia agak terkejut mendengar Darius menyetujui sarannya. Dia benar benar penasaran dengan wanita itu. Sepertinya wanita itu mulai bisa mencairkan hati si beku. “Baiklah, akan aku coba” kata Darius lagi walau masih terdengar nada keberatan disana. “Oh iya, bagaimana kabar keponakanmu yang cantik itu?” tanya Diego teringat orderan yang baru dia terima beberapa hari lalu. “Jangan mengganggunya Diego” jawab Darius dengan nada tidak boleh dibantah. Dia tahu Diego tidak akan macam macam pada Morin, namun pria itupun masuk golongan orang paling berbahaya yang tanpa dia mau juga bisa menarik orang lain berada dalam bahayanya. “Beberapa hari lalu aku menerima order untuk temannya” sahut Diego. Sama seperti Morin, Diego memiliki mental yang sangat kuat. Jadi intimidasi Darius tidak berdampak padanya. “Temannya?” tanya Darius terkejut. “Kemarin bella menunjukkan foto teman temannya. Aku mengenal seorang wanita disana karena baru kuterima order untuk peti matinya, sudah lunas” kata Diego serius. “Siapa?” tanya Darius. Dia mengenal beberapa teman dekat Morin. “Rose Willem Baskara” jawab Diego. Darius terdiam, dia mengenal wanita itu, salah satu teman dekat Morin dari saat pertama dia bertemu anak itu. Mereka semua memang anak orang kaya, tapi mengapa sampai mengirimkan pembunuh bayaran untuk membunuh wanita itu? Terlibat dalam masalah apa si Rose ini? “Untuk apa kau mengatakannya kepadaku?” tanya Darius. Diego tidak biasanya bercerita mengenai pekerjaannya yang itu. “Karena dia teman bella, dan kulihat bella menyayangi teman temannya itu. Kurasa dia akan sedih jika temannya mati.” jawab Diego. Dia juga tidak tahu mengapa, tapi dia menyukai bella. Gadis itu tidak seperti wanita kebanyakan. Gadis itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan menunjukkan dirinya apa adanya, dia tidak menggunakan topeng apapun. Hal itu membuat dirinya merasa nyaman saat berbicara dengan gadis itu. Gadis itu juga mengingatkan dirinya pada adiknya di Italia, yang membuatnya ingin melindungi gadis itu. Sebuah perasaan yang sudah lama tidak pernah dia rasakan kini hadir kembali. Hatinya sebenarnya sama bekunya dengan Darius, hanya saja mereka memiliki kepribadian yang berbeda dan dia memiliki banyak topeng. Darius mulai mengkalkulasi di otaknya. Dengan kepintaran Morin, bukan tidak mungkin gadis itu akan bisa menemukan keganjilan dari kematian mendadak sahabatnya itu. Sehebat apapun sebuah pembunuhan disamarkan, terkadang masih bisa tertinggal bukti. Dan jika gadis itu mencium ada yang tidak beres, pasti akan dia kejar dan itu berarti nyawanya juga akan terancam. “Apa yang kau inginkan?” tanya Darius. Pembicaraan semacam ini pasti berbuntut panjang. “Aku ingin ikut ke Jakarta. Kenalkan saja aku sebagai mitra kerjamu” pinta Diego. “Aku tidak akan membawamu untuk memuluskan jalanmu” jawab Darius pasti. Dia tidak mau ikut bertanggung jawab dalam urusan ini. membayangkan keponakannya yang akan menangisi kematian sahabatnya saja sudah membuat dirinya kembali tidak nyaman. Urusan nangis tadi pagi aja belum kelar, sekarang sudah ada edisi selanjutnya. “Tidak. Maksudku sekarang aku sudah tidak berniat menerima order itu. Tapi kalau kutolak sekarang, maka mereka pasti akan mengirim yang lain.” kata Diego. Lagipula untuk order kecil semacam ini, biasanya dia tidak akan turun tangan langsung. Dia tinggal menjentikkan jarinya, dan urusan selesai. “Jadi untuk apa kau mau ke Jakarta?” tanya Darius. “Untuk melihat apakah wanita itu layak dibantu” jawab Diego. “Mengapa kau mau melakukan semua ini?” tanya Darius curiga. Ini tidak seperti Diego yang biasa. Selama ini pria itu hanya terima atau tolak order, tidak pernah ingin tahu motif pengirim atau urusan si korban. “Tidak tahu. Aku hanya tidak ingin bella sedih.” jawab Diego apa adanya. “Sudah kukatakan jangan dekati keponakanku. Aku akan mengejarmu sampai ke liang kubur kalau kau membawanya dalam bahaya” ancam Darius. Dia tidak pernah bercanda dengan ancamannya. “Easy bro. Kenapa kau lebih mirip suaminya daripada pamannya?” ucap Diego sambil terkekeh, dia merasa tidak biasanya Darius begitu pedulinya pada wanita. Lalu dia teringat wanita yang sedang mereka bicarakan sebelumnya. Dan hanya ada satu wanita yang pernah dia lihat tidak takut pada Darius dan mendapatkan perhatian pria itu, selain ibunya tentu saja. Wanita yang sama yang juga bisa membuat dirinya peduli. “Apakah yang kau buat menangis itu bella?” tanya Diego dengan nada tidak suka. Tidak adanya jawaban dari seberang sana yang membuat Diego yakin kalau memang gadis itulah yang dimaksud Darius. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD